Peserta aksi dari Forum Ukhuwah Islamiyyah (FUI) menggelar aksi unjuk rasa di Titik Nol Yogyakarta, Jumat (30/10). Aksi ini imbas penyataan Presiden Perancis Emmanuel Macron yang dianggap menghina umat Islam. | Wihdan Hidayat / Republika

Kabar Utama

Darurat di Prancis

MUI menyerukan umat Islam Indonesia memboikot produk Prancis.

NICE -- Dua aksi penusukan dalam sehari serta serangan di dekat Konsulat Prancis di Jeddah memicu penerapan status darurat keamanan nasional di Prancis. Sementara itu, kecaman dari berbagai negara mayoritas Muslim terus mengalir atas sikap Presiden Emmanuel Macron terkait kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW.

Aksi teror terkini dilakukan seorang pengungsi asal Tunisia yang baru memasuki Eropa sebulan lalu lewat Italia. Pria bernama Brahim Aouissaoui (21 tahun) tersebut menyerang pengunjung Gereja Notre-Dame de Nice dan menewaskan tiga orang.

Ia kemudian ditembak kepolisian hingga kritis. Penegak hukum menyimpulkan serangan tersebut adalah terorisme meski tak menyebutkan afiliasi kelompok penyerang.

Pada hari yang sama, seorang penjaga keamanan di Konsulat Prancis di Jeddah, Arab Saudi, ditikam. Kepolisian juga menangkap seorang pengungsi Afghanistan yang terlihat membawa pisau saat hendak menaiki kereta di Lyon.

 

photo
Petugas forensik kepolisian Prancis memeriksa TKP di Geraja Notre Dame di Nice, Kamis (29/10). - (Pool Reuters/Eric Gaillard/Pool via AP)

Atas serangan-serangan itu, Prancis menyatakan kondisi darurat keamanan. Presiden Emmanuel Macron menyatakan, militer Prancis sedang dikerahkan untuk melindungi semua tempat ibadah, terutama gereja Katolik. Jumlah tentara di jalanan akan dinaikkan dari 3.000 menjadi 7.000 personel. 

Serangan mematikan kemarin adalah yang kedua di Prancis dalam bulan ini. Dua pekan lalu, seorang guru dipenggal setelah videonya menampilkan kartun Nabi Muhammad yang dilansir majalah Charlie Hebdo.

Kejadian itu ditingkahi Macron dengan tekad tak akan melarang penerbitan karikatur tersebut. Komentar itu kemudian memicu kemarahan di seluruh negara mayoritas Muslim.

Selepas kejadian kemarin, Macron kembali menegaskan sikap pemerintahannya. "Jika kami diserang sekali lagi, itu karena nilai-nilai kami, perasaan kami untuk kebebasan, kebebasan untuk percaya dengan bebas dan tidak menyerah pada teror apa pun. Kami tidak akan menyerah pada apa pun. Hari ini kami telah meningkatkan keamanan kami untuk menghadapi ancaman teroris," kata Macron dalam pidatonya.

Macron juga menyampaikan pesan dukungan terhadap umat Katolik Prancis. "Pesan kedua saya adalah untuk Nice dan warga Nice yang telah menderita akibat kebodohan teroris Islam. Ini adalah ketiga kalinya terorisme melanda kota Anda dan Anda mendapat dukungan dan solidaritas bangsa," ujar Macron.

Aksi teror di Prancis meningkat seiring keputusan majalah Charlie Hebdo menerbitkan karikatur yang menghina Nabi Muhammad beberapa waktu lalu. Puncaknya, serangan yang menewaskan sejumlah pekerja di media tersebut dan kemudian aksi pembantaian dalam konser metal di Paris pada 2015 lalu.

Sedikitnya 300 orang meninggal dalam serangan teror sejak 2015 lalu. Menengok latar para penyerang, kebanyakan adalah imigran dari negara-negara Muslim. Tak sedikit yang memiliki catatan kejahatan pada masa lalu dan kemudian disebut terbujuk kelompok ekstremis. Para imigran Muslim di Prancis sejak generasi terdahulu biasanya ditempatkan di wilayah-wilayah dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran yang tinggi.

Muslim di Prancis secara terbuka mengecam penusukan di Nice. Presiden Dewan Kepercayaan Muslim Prancis (CFCM) Mohammed Moussaoui menyerukan semua masjid ditutup sebagai tanda berkabung atas kejadian tersebut.

"Saya mengimbau umat Islam Prancis sebagai tanda dukacita dan solidaritas dengan rekan-rekan kami yang menjadi korban tindakan keji ini agar membatalkan semua peringatan Maulid Nabi," kata Moussaoui, Jumat (30/10).

Pimpinan negara-negara Muslim juga menyampaikan kutukan atas pembunuhan di gereja tersebut. Kecaman datang dari Turki, Arab Saudi, Indonesia, Mesir, Qatar, dan negara-negara lainnya. Di sisi lain, kecaman atas sikap Macron membela penerbitan karikatur juga terus disuarakan.

“Indonesia mengecam pernyataan Presiden Prancis yang menghina agama Islam. Pernyataan tersebut telah melukai perasaan lebih dari dua miliar Muslim di seluruh dunia dan telah memecah persatuan antarumat beragama di dunia," tulis pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Jumat (30/10).

Kemenlu menekankan, hak kebebasan berekspresi tidak seharusnya dilakukan dengan mencederai kehormatan, kesucian, dan kesakralan nilai dan simbol agama.

 

photo
Sejumlah massa yang tergabung dalam Masyarakat Cinta Rasulullah melakukan Aksi Damai Bela Nabi di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (30/10). Dalam aksinya mereka mengecam pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai telah menyinggung umat Islam serta menyerukan untuk memboikot produk-produk Prancis - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

Mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohammad juga melayangkan kritik keras terhadap Macron. "Dia (Macron) sangat primitif dalam menyalahkan agama Islam dan Muslim atas pembunuhan guru sekolah yang menghina. Itu tidak sesuai dengan ajaran Islam," ujar Mahathir.

Perkembangan terkini dari Indonesia dan Malaysia itu menggenapi kecaman yang menyeluruh di seluruh wilayah mayoritas Muslim dari Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan, hingga Eropa. Di Tanah Air, seruan untuk memboikot produk-produk Prancis juga menguat.

"MUI menyatakan sikap dan mengimbau kepada umat Islam Indonesia dan dunia untuk memboikot semua produk yang berasal dari Prancis," tulis MUI dalam surat resmi yang ditandatangani Wakil Ketua Umum MUI KH Muhyiddin Junaidi dan Sekretaris Jenderal MUI Buya Anwar Abbas pada Jumat (30/10).

Pemboikotan itu dianjurkan hingga nantinya Presiden Macron menyampaikan permohonan maaf. Meski begitu, dalam melakukan protes, umat Islam diimbau mengedepankan cara-cara yang beradab. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat