Penampilan sisi interior pada Masjid Jami al-Saleh di Sanaa, Yaman. | DOK EPA Yahya Arhab

Khazanah

DMI: Perlu Ada Prodi Manajemen Masjid

Masjid sudah menjadi sentra keumatan sejak 14 abad silam.

 

 

 

JAKARTA –  Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan Ikatan Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) se-Indonesia mengapresiasi adanya perguruan tinggi yang fokus mendidik calom imam dan manajer masjid. 

Perguruan tinggi yang dimaksud adalah Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam (STIDKI) Ar Rahmah Surabaya yang beberapa hari lalu telah mewisuda 45 orang lulusan. 

Dengan memberikan beasiswa 100 persen, kampus ini mendidik mahasiswanya sebagai penghafal Alquran 30 juz, dai yang memiliki wawasan keislaman yang luas, serta pemimpin dan manajer masjid yang andal. 

"Dari kampus ini, diharapkan lahir sarjana-sarjana yang akan konsen dalam pengembangan manajemen masjid di Nusantara," kata Ketua Program Studi Manajemen Dakwah STIDKI Ar Rahmah Surabaya, Ustaz Ahmad Faiz Khudlari Thoha, melalui keterangan tertulis, Sabtu (24/10).

Sekretaris Jenderal (Sekjen) DMI Imam Addaruquthni menilai, pemerintah khususnya Kementerian Agama (Kemenag) perlu merespons adanya para sarjana manajemen masjid ini. Dulu, DMI sempat menyampaikan secara lisan ke Kemenag bahwa program studi (prodi) manajemen masjid lebih luas ruang lingkupnya daripada prodi manajemen haji dan umrah.

"Karena masjid terus tumbuh, masyarakat juga terus tumbuh, dinamika juga ada. Karena itu, perlu sebuah sistem manajemen masjid yang mestinya itu menjadi program studi. Ini untuk meningkatkan peran masjid di tengah masyarakat," kata Imam kepada Republika, Ahad (25/10).

Menurut dia, hasil akhir dari lulusan prodi manajemen masjid adalah memakmurkan masjid dan dimakmurkan masjid. Nantinya, hal itu akan mengarah kepada satu sistem yang lebih profesional dalam mengelola masjid. Harapannya, masjid tidak dikelola apa adanya oleh orang-orang yang kurang kompeten.

Akibat masjid dikelola secara biasa-biasa saja, menurutnya, umumnya masjid sekarang hanya seperti tempat ibadah. Masjid belum menjadi alat vital bagi pengembangan kekuatan masyarakat dalam kehidupannya. Jadi, kalau ada prodi manajemen masjid, misalnya, di fakultas dakwah akan membawa hasil yang baik.

"Manajemen masjid luas, ada aspek fisik, ada aspek pengelolaan keuangan, ada aspek manajemen pemakmuran dalam arti pemakmuran masyarakatnya, aspek hubungan masjid dengan masyarakat, aspek pemeliharaan, (dan lain-lain)," ujar Imam.

Ketua Umum (IPIM) yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta, Prof KH Nasaruddin Umar juga mengpresiasi adanya perguruan tinggi pencetak calon imam dan manajer masjid. Namun, menurut dia, perguruan tinggi tersebut sebaiknya bersinergi dengan DMI ataupun IPIM.

“Kita perlu duduk bareng. Paling tidak, DMI itu punya segudang pengalaman. Jangan sampai namanya keren, tetapi profesionalisme penanganannya tidak komprehensif,” ujar Kiai Nasaruddin. 

Menurut dia, manajer masjid penting untuk pengelolaan masjid ke depan. Namun, dia mengingatkan agar lulusan perguruan tinggi tersebut tidak mengecewakan umat Islam.  

Dia menambahkan, Masjid Istiqlal juga tengah merintis pendidikan kader ulama. Di dalamnya juga terdapat pembelajaran manajemen masjid.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat