Pekerja beraktivitas di konveksi baju di kawasan Tanjung Barat, Jakarta, Jumat (23/10). Industri konveksi tersebut mengalami penurunan omzet mencapai 70 persen saat pendemi Covid-19, kini pada masa psbb transisi industri konveksi kembali bergeliat hingga | Republika/thoudy Badai

Nasional

Bonus Demografi Nasional Berakhir 2037

Bila angka tingkat kelahiran tetap, maka bonus demografi akan berakhir di 2037.

JAKARTA—Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menuturkan mentransformasi bonus demografi menjadi bonus kesejahteraan menjadi tantangan semua pihak. Menurut Hasto, pada 2030 diprediksi menjadi puncak jumlah generasi usia produktif di Indonesia.

Persoalannya sekarang bagaimana mengubah puncak bonus demografi tersebut menjadi kesejahteraan. Bonus demografi yang saat ini dinikmati Indonesia ini sulit terulang untuk kedua kalinya. Hasto mengatakan, tantangannya adalah bagaimana generasi muda saat ini dan yang akan datang memiliki kemampuan handal dalam revolusi industri 4.0 dan perkembangan teknologi digital yang semakin cepat.

"Itulah makanya kita harus bisa betul betul pandai memanfaatkan situasi ini," katanya, dalam Simposium Pemuda: Pandemi dan Momentum Terakhir, Ahad (25/10). Direktur Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda, dan Olahraga Kementerian PPN/Bappenas Woro Srihastuti Sulistyaningrum mengatakan saat ini bonus demografi Indonesia semakin sempit atau mengecil. 

photo
Sejumlah pekerja melakukan pelintingan rokok di Kudus, Jawa Tengah, Kamis (22/10). - (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

Bila angka tingkat kelahiran tetap, maka bonus demografi akan berakhir di 2037. "Jadi waktunya itu sudah semakin sempit," kata dia. Untuk memanfaatkan bonus demografi, menurut dia, yang paling penting diperhatikan adalah benar-benar harus bisa meningkatkan produktivitas tenaga kerja, khususnya di usia produktif.

Jadi, apabila dengan waktu yang semakin singkat ini tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja di usia produktif, maka kesempatan untuk memanfaatkan peluang terakhir bonus demografi tersebut akan hilang.

Ia menegaskan pembangunan sumber daya manusia Indonesia, agar menjadi pekerja yang produktif dan berkualitas secara sumber daya manusia tidak bisa dilakukan pendekatan parsial. Harus dilakukan pendekatan holistik mulai dari sebelum kelahiran hingga pendidikan tinggi.

"Jadi jangan dilepaskan dengan pembahasan keluarga dan kualitas pertumbuhan usia anak di masa lalu, sehingga berpengaruh pada saat ia dewasa dan siap bekerja," kata dia.

Sementara, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Efendy menyampaikan sambutannya melalui Staf Khusus Menko Bidang PMK Bidang Reformasi Birokrasi, Ravik Karsidi. Menko PMK menjelaskan jumlah pemuda Indonesia yang berusia 16-30 tahun, saat ini sebesar 64 juta lebih atau 24 persen lebih dari total jumlah penduduk 275 juta. 

Artinya satu dari empat orang Indonesia saat ini adalah generasi muda. Sejak 2010, Indonesia sudah mulai menikmati bonus demografi. Saat ini, Indonesia memiliki angkatan kerja hampir 68 persen dari total jumlah penduduk. Puncaknya diprediksi pada 2030, dimana angkatan kerja Indonesia mencapai 71 persen.

"Catatannya, apabila kita tidak bisa memanfaatkan peluang bonus demografi ini, maka akan menjadi permasalahan di masa datang," kata Muhadjir. Karena itu, pemerintah berharap generasi muda dan pemuda-pemudi saat ini sedini mungkin memahami fungsi keluarga sebagai pondasi ketahanan nasional.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat