Foto kombinasi Donald Trump dan Joe BIden pada 28 September 2020 saat debat capres sesi perdana di Case Western University dan Cleveland Clinic, di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat. | AP/Patrick Semansky

Laporan Utama

Menanti Dampak Suara Muslim di Pilpres AS

Muslim terkonsentrasi di negara bagian penting yang kerap menjadi medan pertempuran pilpres AS.

Fatima Salman (43 tahun), seorang Muslimah Amerika Serikat asal Detroit, Michigan, mengaku akan memberikan suaranya kepada kandidat dari Partai Demokrat, Joe Biden. Dalam Pemilu Presiden AS November mendatang, Biden akan menantang calon pejawat dari Partai Republik, Donald Trump.

"Saya memiliki tiga anak dan khawatir dengan masa depan mereka jika Trump menang," ujar Salman. Aljazirah menulis, dengan pemungutan suara awal yang sudah berjalan secara nasional, ada bukti suara Salman dan Muslim Amerika lainnya menjadi faktor penting dalam menentukan pemenang pemilihan presiden AS pada 3 November mendatang.

Diperkirakan, ada 3,45 juta Muslim di AS --yang hanya 1 persen dari total populasi negara. Meski demikian, mereka terkonsentrasi di negara bagian penting yang kerap menjadi medan pertempuran dalam pilpres. Contohnya Michigan, Florida, Wisconsin, dan Pennsylvania. Skema ini membuat pengaruh suara mereka akan menjadi gaung yang signifikan.

Mohamed Gula, direktur pelaksana Engage, sebuah kelompok advokasi Muslim AS, mengungkapkan, masalah utama bagi Muslim Amerika sama dengan yang kebanyakan warga Amerika hadapi. Mereka harus berhadapan dengan perawatan kesehatan, pendidikan, dan reformasi peradilan pidana. "Jelas kami akan mendengar masalah kebijakan luar negeri dijalankan," ujar dia.

 
Kala itu, Pemerintahan George W Bush dan Partai Republik dianggap lebih memusuhi Islam.
 
 

Lembaga survei melansir, pada 1990-an, pemilih Muslim terpecah hampir merata dalam mendukung Partai Demokrat dan Republik. Celah tersebut mulai melebar setelah peristiwa 11 September. Kala itu, Pemerintahan George W Bush dan Partai Republik dianggap lebih memusuhi Islam.

 

Tak lama setelah menjabat pada 2017, Trump mengeluarkan undang-undang untuk melarang warga negara dari beberapa negara mayoritas Muslim memasuki AS. Kebijakan ini untuk memenuhi janji kampanyenya dan me ngirim gelombang kejutan ke seluruh komunitas Muslim di AS dan luar negeri.

Trump pun melakukan persekusi terhadap Muslim dalam serangkaian komentar dan tweet yang meremehkan dengan istilah "Terorisme Islam" radikal. Dia juga menyebut negara-negara dalam daftar larangan Muslim dengan istilah "berbahaya".

photo
Donald Trump menyampaikan pandangannya saat debat perdana dalam rangkaian pemilihan presiden Amerika Serikat yang disimak oleh Joe Biden, Selasa (29/9) di Case Western University and Cleveland Clinic, di Cleveland, Ohio, AS - (AP/Morry Gash/AP Pool)

Tidak heran jika Biden ingin memanfaatkan sentimen ini. "Pemungutan suara Muslim adalah bagian dari strategi kami untuk menang," kata Farooq Mitha, penasihat senior kampanye Biden untuk keterlibatan Muslim Amerika.

Biden, katanya, telah mengeluarkan agenda bagi komunitas Muslim Amerika yang berjanji untuk mencabut larangan perjalanan Muslim pada hari pertama.

Dilansir di the Washington Post, Selasa (20/10), Biden berkomitmen untuk meyakinkan parlemen Amerika agar membuat undang undang yang otoritatif terhadap Muslim. Ia juga berjanji memerintahkan Departemen Kehakiman Amerika Serikat untuk memfokuskan sumber daya tambahan pada upaya memerangi kejahatan berbasis rasial dan agama.

Dalam kesempatan lain sebagaimana dilansir di the Hill, Biden juga berjanji akan menandatangani undang-undang kejahatan rasial dan menunjuk staf Muslimnya. Bahkan, Biden sempat mengutip hadis Nabi dalam pidatonya tentang melawan kemungkaran.

Pengamat politik luar negeri dari Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, mengatakan, isu Islam di tengah kontestasi Pemilu AS sangat menarik untuk disimak lebih jauh. Menurut dia, publik perlu mengetahui mengenai peta politik Amerika dan kaitannya dengan Muslim di sana. Misalnya tentang bagaimana suara Muslim yang terpecah-pecah dan tidak satu suara.

 
Publik perlu mengetahui mengenai peta politik Amerika dan kaitannya dengan Muslim di sana.
 
 

 

Di kalangan Muslim terdidik, mereka cukup terpesona dengan janji-janji politik Biden yang berkomitmen memperjuangkan aspirasi umat Islam. Munculnya Biden dengan pernyataan-pernyataan yang Islami dapat membuat kalangan Muslim beralih memilihnya meski tidak mungkin seluruhnya. "Akan terjadi swing voter yang sangat besar dari kalangan Muslim ke Biden," kata Teuku.

Di sisi lain dia mengamati, pernyataan Biden tentang Islam pun dinarasikan dengan mengutip hal-hal dari ajaran Islam yang moderat. Narasi rahmatan lil-alamin, misalnya, dibawakan Biden dengan cemerlang saat mengutip hadis tentang melawan kemungkaran.

Dia menjelaskan, Biden merupakan tipikal orang yang hati-hati dan berpikir panjang baru berbicara. Sedangkan, Trump tipikal orang yang sebaliknya. Menurut dia, ini setidaknya menunjukkan, secara kapasitas tim, Biden memiliki tim yang lebih mumpuni. "Sebab, yang dikutip (Biden) itu hadis yang moderat sekali," ujar dia.

photo
Donald Trump melemparkan topi ke arah para pendukungnya saat berkampanye di Duluth International Airport in Duluth, Minnesota, AS, pada 30 September 2020  - (AP/Alex Brandon)

Di sisi lain, dia pun menggarisbawahi, jangankan untuk mengucapkan hadis yang panjang, menyebut kalimat "assalamualaikum" saja merupakan hal yang tabu bagi tokoh publik di Amerika. Langkah baru dari Biden dinilai cukup representatif untuk menggaet suara Muslim secara signifikan.

Pengamat luar negeri dari LIPI, Siswanto, menilai pemilih Muslim akan beralih cukup signifikan mendukung Biden. Dia menilai narasi Islam yang dibawakan Biden cukup otoritatif terhadap umat Islam yang kerap dirugikan selama kepemimpinan Trump. "Trump sangat diskriminatif kepada Muslim dan ugal-ugalan, maka akan sangat tidak masuk akal jika Muslim di AS memilihnya kembali menjadi presiden," kata dia.

Namun, dia juga menggarisbawahi, meski Islam di Amerika cukup terbelah, kultur Amerika berbeda dengan negara lain. Sikap independen warga AS dalam pemilihan membuat mereka tidak serta-merta mengikuti pandangan suatu tokoh dalam sebuah komunitas.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat