Para petinggi bank syariah BUMN usai Penandatanganan Rancangan Penggabungan Bank Syariah di Jakarta, Selasa (20/10). | ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Kabar Utama

Layanan Syariah Meluas

Bank hasil merger akan menghadirkan layanan dan solusi keuangan syariah yang lengkap, modern, dan inovatif.

JAKARTA -- Tiga bank syariah anak usaha bank BUMN telah menyerahkan ringkasan rancangan penggabungan usaha kepada otoritas terkait. Sesuai ringkasan rencana merger yang dipublikasikan pada Rabu (21/10), penggabungan PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM), dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) ditargetkan terealisasi pada 1 Februari 2021.

Bank hasil merger tak hanya bertekad memperluas layanan keuangan syariah di Tanah Air, tetapi juga memaksimalkan potensi pasar global.

Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN Hery Gunardi mengatakan, seluruh proses dan tahapan merger akan terus dikawal hingga integrasi ketiga bank tuntas. "Integrasi ini lebih dari sekadar corporate action. Mengawal dan membesarkan bank syariah terbesar di negeri ini sesungguhnya adalah amanah yang besar," katanya, Rabu (21/10).

Hery mengatakan, penggabungan diharapkan dapat menghadirkan bank syariah nasional terbesar dan membawa nama Indonesia ke kancah global sebagai pusat ekonomi syariah dunia. Bank hasil penggabungan akan memiliki modal dan aset yang kuat dari segi finansial, sumber daya manusia, sistem teknologi informasi, serta produk dan layanan keuangan.

Total aset dari bank hasil merger akan mencapai Rp 214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun. Dengan demikian, bank ini akan masuk ke dalam top 10 bank terbesar di Indonesia dari sisi aset dan top 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar. 

Bank tersebut juga akan tetap menjadi perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan ticker code BRIS. Adapun visi bank hasil merger adalah menjadi salah satu dari 10 bank syariah terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar secara global dalam waktu lima tahun.

Bank Mandiri akan menjadi pemegang saham terbesar bank hasil merger dengan komposisi 51,2 persen. Selanjutnya, BNI 25 persen, BRI 17,4 persen, DPLK BRI-saham syariah 2 persen, dan publik 4,4 persen. Struktur pemegang saham tersebut berdasarkan perhitungan valuasi dari masing-masing bank peserta penggabungan.

Bank hasil merger disebut akan memiliki layanan berbasis syariah yang komprehensif dalam satu atap bagi semua segmen nasabah, baik untuk UMKM, ritel, komersial, wholesale syariah, maupun korporasi. Bahkan, bank ini juga bakal menjangkau investor global.

Di segmen ritel, bank ini akan memiliki berbagai solusi keuangan dalam ekosistem Islami, mencakup dari keperluan ibadah haji dan umrah, ziswaf, pendidikan, kesehatan, hingga remitansi internasional serta layanan solusi keuangan lainnya. Di segmen korporasi dan wholesale, bank hasil merger akan memiliki kemampuan untuk masuk ke dalam sektor-sektor industri yang belum terpenetrasi maksimal oleh perbankan syariah.

photo
Nasabah Bank Mandiri Syariah menunjukkan layanan digital di Pusat Oleh-oleh UMKM Indonesia Dakara Mart, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/10). - (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Selain itu, bank syariah ini diharapkan dapat turut membiayai proyek-proyek infrastruktur berskala besar dan sejalan dengan rencana pemerintah dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Bank juga akan akan menyasar investor global lewat produk-produk syariah yang kompetitif dan inovatif. Berdasarkan ringkasan rencana merger, bank syariah hasil merger bakal mengoptimalkan potensi sukuk global.

Di segmen UKM dan mikro, bank dipastikan terus mendukung para pelaku UMKM. Dukungan untuk UMKM akan dilakukan secara langsung atau melalui sinergi dengan bank-bank Himbara dan pemerintah.

Direktur Utama BRI Syariah, Ngatari, mengatakan, rampungnya penyusunan rencana merger merupakan capaian penting dalam serangkaian proses merger. Namun, masih ada sejumlah tahapan yang harus dilakukan sampai penggabungan tuntas.

"Kami pastikan semuanya dilakukan dengan saksama, sesuai dengan regulasi, dan mengedepankan karyawan, nasabah, mitra usaha, dan manfaat sebesar-besarnya untuk masyarakat," katanya dalam keterangan pers.

Ia juga memastikan kepada para nasabah bahwa layanan tetap berjalan normal dan optimal. Tidak ada perubahan operasional dan layanan selama proses merger berlangsung.

photo
Nasabah bertransaksi di kantor cabang BNI Syariah di Jakarta, Rabu (21/10). - (Prayogi/Republika)

Bank syariah hasil penggabungan juga bertekad memajukan ekosistem halal dan mengembangkan ekonomi syariah di Indonesia. Direktur Utama Bank BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo menyampaikan, strategi dan rencana bisnis bank hasil merger yang tercantum dalam ringkasan rencana merger sejalan dengan upaya pemerintah.

Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, kata dia, Indonesia memiliki potensi ekonomi syariah yang sangat besar. Namun, potensi itu belum dioptimalkan. Oleh karena itu, ia harap kekuatan yang dimiliki bank hasil merger, baik dari sisi permodalan, aset, maupun teknologi, dapat memenuhi kebutuhan nasabah sesuai dengan prinsip syariah.

"Hal ini diharapkan akan dapat meningkatkan penetrasi aset syariah sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat keuangan syariah global," kata Firman.

Mantan direktur utama Mandiri Syariah yang pada Rabu kemarin dipindahkan ke Bank Mandiri untuk menjadi direktur operasional, Toni Eko Boy Subari, mengatakan, ketiga bank syariah akan menggabungkan kekuatan. Dengan adanya integrasi tersebut, kata dia, bank hasil merger akan menghadirkan layanan dan solusi keuangan syariah yang lengkap, modern, dan inovatif. "Dengan core competence masing-masing, akan saling melengkapi, saling menguatkan," kata dia. 

Strategi Anorganik

Penggabungan entitas tiga bank syariah anak usaha BUMN tak lantas membuat bank tersebut naik menjadi bank umum kelompok usaha (BUKU) IV. Total aset BRI Syariah, BNI Syariah, dan Mandiri Syariah akan mencapai Rp 214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun yang berarti masih berada di BUKU III. Agar bisa naik ke BUKU IV, bank hasil merger diharapkan bisa menerapkan strategi yang tak biasa. 

photo
Nasabah melakukan transaksi melalui ATM Bank BRI Syariah Jakarta, Ahad (5/1). - (Republika/Prayogi)

Analis Kebijakan Pendalaman Pasar Keuangan Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Bazari Azhar Azizi mengatakan, bank syariah hasil merger perlu strategi yang bersifat anorganik agar bisa naik menjadi bank BUKU IV.

"Karena kalau hanya business as usual, mungkin di tahun 2024 pun masih di bank BUKU III," katanya kepada Republika, kemarin.

Bazari mengatakan, beberapa strategi yang bisa dilakukan adalah dengan menjadikan bank syariah tersebut sebagai bank operasional I (BO) di kementerian dan lembaga. Termasuk menjadi penyalur gaji aparatur sipil negara (ASN), yang bisa meningkatkan nasabah di produk CASA secara masif.

Kemudian, membuka peluang investasi dari dalam dan luar negeri. Salah satunya dengan penambahan modal dari investor luar negeri lewat opsi sukuk, seperti sukuk subordinasi yang bisa dikonversi menjadi modal.

Selanjutnya adalah melakukan ekspansi bisnis yang selama ini masih kurang tergarap. "Seperti pembiayaan produktif untuk sektor korporasi atau infrastruktur pemerintah," kata dia.

Tahun lalu, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) pernah melakukan kajian internal terkait beberapa strategi organik untuk membentuk bank skala besar. Beberapa hasil kajian adalah melakukan merger dan spin off unit usaha syariah (UUS) Bank Tabungan Negara (BTN) untuk kemudian ikut dalam penggabungan.

"Langkah ini bisa turut menambah modal inti juga," katanya. Opsi penambahan modal dari pemerintah pun dianggap memungkinkan.

Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Ekonomi Syariah, Irfan Syauqi Beik mengatakan, alasan paling kuat diberlakukannya merger tiga bank syariah adalah keinginan pemerintah untuk memiliki satu bank umum syariah yang sangat kuat dan kompetitif.

Ketika dimerger, bank tersebut bisa langsung masuk ke urutan 10 besar, antara posisi ketujuh atau kedelapan bank dengan aset terbesar. Sementara sebelumnya, paling tinggi baru Bank Syariah Mandiri yang hanya di urutan 15. "Jadi memang dengan adanya merger ini, kekuatan bank syariah bisa lebih baik,” ujar Irfan.

Kendati demikian, ia mengingatkan upaya menghadirkan bank syariah berskala besar jangan sampai berhenti di proses merger. Harus ada kebijakan afirmatif yang mendukung dan memperkuat industri perbankan syariah. Kebijakan itu, antara lain, pemerintah harus bisa mendorong ekosistem bisnis yang lebih terintegrasi, terutama antara sektor riil, sektor keuangan, dan sektor sosial (zakat, infak, sedekah, dan wakaf).

Ketiga sektor tersebut, menurut dia, perlu diintegrasikan dengan baik. Sebagai contoh, saat pemerintah ingin mengembangkan kawasan industri halal, semua transaksi keuangannya hendaknya difasilitasi oleh bank syariah, termasuk bank hasil merger ini.

“Berikan kesempatan kepada bank syariah untuk memfasilitasi semua transaksi keuangan, baik transaksi perusahaan yang ada di kawasan industri halal, transaksi karyawannya, bisnis pendukungnya, seperti kafetaria dan kantin karyawan, itu semua difasilitasi oleh bank syariah,” kata Irfan.

Tak hanya itu, bank syariah juga diyakini sudah memiliki teknologi yang cukup canggih untuk bisa bersaing. Teknologi bank syariah, terutama dari tiga bank yang akan dimerger, dinilai dia sudah sangat bagus. Terlebih, di tengah pandemi ini, ketiganya justru menunjukkan kinerja yang baik. “Bahkan, BRI Syariah labanya meningkat sampai 122 persen di semester pertama, demikian juga BSM meningkat 30 persen,” tuturnya.

Irfan juga mendorong agar bank syariah dijadikan bank operasional satu. Sebab, sejauh ini, bank syariah baru ada di status bank operasional dua, yakni bank tersebut baru boleh terlibat dalam memfasilitasi pembayaran gaji para aparatur sipil negara (ASN). Tercatat, ada delapan bank syariah yang mendapatkan status bank operasional dua.

“Dengan status bank operasional satu, nantinya bukan hanya soal gaji, tapi pelibatan pada proyek-proyek strategis yang berdasarkan APBN atau APBD. Jadi kalau sudah merger, berikan status bank operasional satu. Ini yang saya kira contoh kebijakan konkret, yang bisa mengakselerasi bank syariah,” ujarnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat