Pekerja bekerja di laboratorium pabrik vaksin Sinovac di Beijing, Kamis (24/9). SinoVac, salah satu perusahaan farmasi Cina yang memproduksi kandidat vaksin Covid-19. | AP Photo / Ng Han Guan

Nasional

Satgas Covid-19: Jangan Terlena Vaksin

Uji coba vaksin Covid-19 di Bandung tidak menunjukkan efek samping serius.

JAKARTA – Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengingatkan masyarakat tidak terbuai dengan ketersediaan vaksin dalam menangkal infeksi virus korona. Vaksin memang menjadi salah satu intervensi medis yang disiapkan pemerintah untuk melawan pandemi, tapi para ahli sepakat, pelaksanaan protokol kesehatan, yakni mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak adalah jurus terbaik untuk memutus rantai penularan Covid-19.

“Walaupun vaksin akan dipersiapkan dan diproduksi dalam jangka waktu dekat, kita tidak boleh terlena dengan ini. Kita harus memahami bahwa solusi pengendalian Covid-19 tidaklah hanya satu. Saat ini, hal yang terbaik adalah menegakkan protokol kesehatan,” ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Kamis (15/10).

Kepastian mengenai vaksin Covid-19 hadir lebih cepat dikonfirmasi pemerintah. Pemerintah menyebut, pasokan vaksin Covid-19 mulai tersedia pada November 2020 seiring dengan kapasitas produksi sejumlah produsen vaksin yang bekerja sama dengan Indonesia.

Ketersediaan vaksin itu dipastikan dalam pertemuan delegasi Indonesia yang terdiri atas Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Kesehatan Terawan Agus Terawan Putranto, Duta Besar RI Djauhari Oratmangun, dan Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir saat bertemu pimpinan perusahaan produsen vaksin Covid-19, yakni Cansino, G42/Sinopharm, dan Sinovac di Cina, Sabtu (10/10).

Wiku mengatakan, vaksin memang sedang diupayakan agar bisa diproduksi lebih cepat. Namun, prinsip dasar yang perlu dipahami masyarakat dalam melawan penularan Covid-19 adalah pelaksanaan protokol kesehatan.

Langkah ini bisa dibilang paling sederhana, tapi menjadi yang paling ampuh. Pembudayaan protokol kesehatan juga bisa memberi dampak jangka panjang terhadap perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat luas.

“Secara ilmiah terbukti bahwa kepatuhan terhadap protokol kesehatan efektif menurunkan tingkat risiko penularan sampai dengan 85 persen. Jika kita bisa menerapkan ketiga protokol sekaligus, risiko penularan akan turun jauh lebih besar,” kata Wiku.

Wiku menambahkan, peta jalan atau roadmap vaksinasi masih dimatangkan. Salah satu isi dari peta jalan adalah memutuskan kelompok prioritas yang akan menerima vaksin di awal waktu, dilihat dari skala risikonya. Ia meminta masyarakat bersabar menunggu vaksin Covid-19 benar-benar diproduksi dan siap didistribusikan ke daerah. 

Tahap produksi vaksin Covid-19 memang tidak singkat. Saat ini, belum ada satu calon vaksin di dunia yang sudah lulus tahap uji klinis tahap ketiga dan siap diproduksi. Di Indonesia, kata dia, pengawalan produksi vaksin Covid-19 dilakukan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). 

Sebelumnya, dalam rapat terbatas di Istana Kepresidenan, pemerintah merilis data yang menyebutkan ada 102,4 juta orang yang akan diprioritaskan mendapat layanan vaksinasi pada gelombang awal distribusi vaksin Covid-19. Total ada lima kelompok yang diprioritaskan untuk segera divaksinasi.

Akhir Januari

PT Bio Farma selaku holding BUMN farmasi memperkirakan uji klinis tahap III vaksin Covid-19 dari Sinovac akan rampung pada akhir Januari 2021. Project Integration Manager R&D PT Bio Farma Neni Nurainy mengatakan, uji klinis tahap III sudah dilakukan terhadap 1.565 subjek relawan.

“Kemungkinan kita bisa produksi (vaksin) akhir Januari atau awal Februari 2021. Kita akan ajukan emergency use authorization (EUA) ke BPOM, ini waktunya mungkin paling lambat 20 hari,” ujar Neni.

Neni mengatakan, Sinovac telah menyampaikan komitmennya untuk memberikan dosis bulk kepada Indonesia secara bertahap, mulai dari 15 juta dosis bulk pada November dan Desember 2020, 35 juta dosis bulk pada Januari hingga Maret 2021, dan 210 juta dosis bulk pada April-Desember 2021.

Bio Farma dinyatakan telah terpilih sebagai salah satu Potential Drug Manufacturer CEPI for Covid-19. Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) atau Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi merupakan koalisi pemerintah, swasta, dan filantropis yang bertujuan mengatasi epidemi, dengan cara mempercepat pengembangan vaksinnya.

Honesti mengatakan, fasilitas Bio Farma akan digunakan CEPI untuk memproduksi vaksin Covid-19 dengan multiplatform sebanyak 100 juta dosis per tahunnya, yang akan dimulai pada akhir kuartal IV 2021 atau kuartal I 2022.

“Saat ini, dunia sedang berusaha menemukan vaksin Covid-19 dengan segala jenis platform. Pengembang Covid-19 dari seluruh dunia, ada yang belum memiliki fasilitas produksi massal secara mandiri sehingga CEPI akan mempertemukannya dengan produsen vaksin yang telah memenuhi persyaratan tertentu, dan Bio Farma adalah salah satunya,” ujar Honesti.

BPOM menyebut, uji coba vaksin Covid-19 yang dilakukan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran di Bandung berjalan lancar dan tidak menunjukkan ada efek samping serius. “Dari hasil inspeksi kami tidak ada laporan kejadian efek samping yang serius akibat pemberian vaksin uji tersebut,” kata Direktur Registrasi Obat BPOM Lucia Rizka Andalusia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat