Sistem keamanan Gojek Shield untuk meningkatkan kenyamanan bertransaksi di platform Gojek, | Republika

Inovasi

Meningkatkan Keamanan di Platform Digital

Manusia merupakan faktor fundamental dalam upaya mewujudkan ruang siber yang lebih aman. 

Perkembangan teknologi tak hanya mempermudah hidup setiap orang dalam menjalankan berbagai aktivitas. Namun juga memungkinkan berbagai negara mengembangkan potensi ekonomi digitalnya.

Indonesia adalah salah satu negara dengan potensi ekonomi digital yang menjanjikan. Laporan Google, Temasek, dan Bain Company pada 2019 menyebutkan, Indonesia merupakan negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. 

Hal ini divalidasi dengan laporan terkini dari Facebook dan Bain pada 2020 yang menyebutkan, presentasi konsumen digital Indonesia telah meningkat 10 persen, menjadi 68 persen dibandingkan 2019. Kondisi pandemi Covid-19 juga turut menjadi faktor berpengaruh terhadap perkembangan industri digital di Indonesia, yang mana mengakibatkan pola konsumsi masyarakat kini kian bergantung dengan internet.

Masa pandemi juga berdampak pada berkurangnya mobilitas warga. Hal ini ternyata mendorong makin tingginya aktivitas masyarakat di dunia digital. Laporan App Annie 2020 on How Covid-19 Has Changed Consumer Behavior mengungkapkan, saat ini, masyarakat Indonesia rata-rata menghabiskan enam jam waktunya di dunia digital setiap hari. Pandemi juga mengakselerasi pemanfaatan teknologi digital hingga dua atau bahkan tiga tahun lebih cepat.

Di sisi lain, perkembangan potensi ekonomi digital yang berkembang, juga berjalan seiring dengan potensi isu keamanan serta modus kejahatannya. Consultative Group to Assist the Poor (CGAP) menunjukkan, 83 persen sampel penelitiannya di Filipina merupakan target penipuan berbasis telepon genggam, yang mana 17 persen dari sampel tersebut kehilangan uang dari tindak penipuan.

Kasus-kasus penipuan berbasis rekayasa sosial (social engineering) berbasis telepon genggam juga marak terjadi Indonesia. Mulai dari, kasus yang dulu ramai terjadi, seperti ‘Mama minta pulsa’ atau penipuan berkedok undian.

Menurut Center for Digital Society Universitas Gadjah Mada (CfDS), pusat studi independen dalam bidang sosial-politik, kasus-kasus ini sering dikenal dengan penipuan menggunakan teknik rekayasa sosial. Penipuan dengan teknik ini dilakukan dengan menembus jaringan keamanan melalui manipulasi pengguna untuk mendapatkan informasi rahasia. 

Head of Cyber Security Laboratorium Swiss German University, Charles Lim mengungkapkan, dalam mewujudkan keamanan di dunia siber, baik manusia, teknologi, dan proses memiliki peranan yang sama-sama penting. “Selama ini, banyak yang menganggap teknologi sebagai faktor yang paling berpengaruh dalam mewujudkan keamanan siber. Padahal, sebenarnya manusia adalah mata rantai yang paling rentan di dalam satu kesatuan ini,” Charles menjelaskan. 

Oleh karena itu, ia melanjutkan, membangun kompetensi keamanan teknologi keamanan digital yang baik, merupakan hal yang kini harus mulai mendapat perhatian serius. “Saat ini, tingkat kompetensi keamanan digital masyarakat Indonesia masih berada di tingkat dasar dan menengah,” ungkapnya. 

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan tingkat kompetensi keamanan digital yang lebih baik, bisa dimulai dengan senantiasa mawas diri ketika akan memilih aplikasi. Menurut Charles, sebelum mengunduh aplikasi, ada baiknya kita terlebih dulu memastikan identitas pembuat aplikasi, mengecek jumlah unduhan, bagaimana review dari pengguna lain yang telah mengunduh aplikasi tersebut, dan untuk tingkat keamanan yang lebih advance, pastikan juga kita mengunduh aplikasi yang telah tersertifikasi. 

Sistem yang Melindungi Semua Pihak

photo
Gojek terus berupaya meningkatkan keamanan di platformnya. - (Republika)

Sebagai pionir dan super app di Asia Tenggara, Gojek terus memberikan solusi digital untuk meningkatkan kualitas hidup para penggunanya. Pada Selasa (13/10), PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) kembali memperkuat teknologi Gojek Shield yang dimilikinya untuk menjaga, baik mitra Gojek maupun pengguna, dalam setiap transaksi di dalam platformnya. 

SVP Corporate Affairs Gojek Rubi Purnomo menjelaskan, maraknya order fiktif merupakan salah satu kasus keamanan yang kerap dialami para mitra Gojek selama ini. “Saat ini Gojek memiliki lebih kurang dua juta mitra di Asia Tenggara. Gojek Shield yang merupakan inovasi keamanan terbaru kami, salah satu fungsinya adalah memudahkan mitra melaporkan ketika ada kecurigaan, order yang ia terima adalah fiktif. Sehingga tidak ada kerugian waktu maupun materi,” ia menjelaskan. 

Senada, Head of Driver Operations Trust & Safety Gojek, Kevin Timotius mengungkapkan, selama ini banyak ketidakpastian yang kerap dihadapi para mitra Gojek di lapangan. Menurutnya, kehadiran inovasi terbaru dari teknologi Gojek Shield, akan dapat membantu para mitra melaporkan order fiktif kepada phak Gojek dengan lebih mudah karena fiturnya telah terintegrasi di dalam aplikasi. 

Setelah melapor, sistem kecerdasan buatan (AI) yang dimiliki Gojek Shield akan mengumpulkan data dan informasi, kemudian memastikan apakah order yang dilaporkan merupakan order fiktif atau bukan. “Proses identifikasi melalui sistem kami, hanya akan memakan waktu dua menit,” ujar Kevin. 

Apabila ada pengguna yang terbukti melakukan order fiktif, ia melanjutkan, Gojek tak segan akan segera melakukan pemblokiran. Di sisi lain, untuk menjaga keamanan pengguna, Gojek beberapa waktu lalu juga memperkenalkan kampanye Aman Bersama Gojek. 

Kampanye ini merupakan upaya Gojek untuk menjaga keamanan para pengguna layanan Gojek, termasuk juga ketika melakukan berbagai transaksi di dalam platform. Beberapa pesan penting yang terus diedukasi ke masyarakat ketika akan menggunakan layanan dalam platform Gojek, adalah jangan pernah memberitahukan One Time Password (OTP) ke pada siapapun, jangan pernah melakukan transfer di luar aplikasi, selalu gunakan PIN sebagai salah satu sistem keamanan, dan segera melapor ketika ada hal-hal yang mencurigakan. 

Dengan terus mengembangkan sistem keamanan, baik bagi para mitra dan pengguna, diharapkan akan dapat meningkatkan keamanan di dalam platform Gojek.  

Waspadai Aplikasi Ilegal

photo
Aplikasi Gojek memiliki teknologi Gojek Shield untuk meningkatkan keamanan bertransaksi. - (Republika)

Demi melindungi keamanan mitra, Gojek sejak awal telah melarang penggunaan perangkat ilegal seperti Fake GPS, dan Mod App atau aplikasi modifikasi. Saat ini, teknologi Gojek telah mampu mendeteksi dan menindak secara otomatis mitra yang menggunakan perangkat ilegal. 

AKBP Dhany Aryanda, Kepala Sub Direktorat Cyber Crime - Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya menjelaskan,  Subdit Cyber Crime Polda Metro Jaya memiliki fasilitas laboratorium digital forensik yang mumpuni. Termasuk pula, para anggota tim dengan kemampuan IT yang andal. 

Polda Metro pun telah berkolaborasi dengan teknologi Gojek Shield yang mampu mendeteksi penggunaan aplikasi terlarang, yang kemudian dilaporkan kepada pihak berwenang, “Kolaborasi ini merupakan suatu dukungan yang baik sehingga kami segera menindaklanjuti dan berhasil menangkap sindikat kriminal pembuat aplikasi ilegal yang beroperasi di Jabodetabek,” ia menjelaskan. 

Proses penyelidikan atas kasus ini, Dhany melanjutkan, kini telah selesai dan para tersangka tengah menjalani proses peradilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil investigasi, tersangka menawarkan aplikasi ilegal hasil modifikasi ini sebagai aplikasi yang seakan-akan kebal penangguhan (anti-suspend) dan bisa menghasilkan banyak orderan. 

Padahal pada kenyataannya, aplikasi seperti ini justru menyamarkan tampilan peringatan dan teguran resmi atas pelanggaran yang berpotensi membuat mitra mendapat sanksi suspend. Umumnya, pengguna aplikasi ilegal baru menyadarinya ketika akunnya mendapat sanksi paling berat yakni suspend permanen atau pemutusan kemitraan. 

Kerugian lainnya pun dapat terlihat dari adanya malfungsi fitur seperti kendala saat login maupun gangguan pada peta dan navigasi yang akhirnya justru berdampak negatif pada kelancaran operasional para mitra.

 
Saat ini, tingkat kompetensi keamanan digital masyarakat Indonesia masih berada di tingkat dasar dan menengah.
Charles Lim, Head of Cyber Security Laboratorium Swiss German University
 
 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat