Korban penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dibawa menggunakan truk menuju pesawat saat evakuasi di Intan Jaya, Papua, Senin (14/9). | HUMAS POLDA PAPUA/ANTARA FOTO

Nusantara

TGPF Pulang ke Jakarta 

TGPF sudah melakukan olah TKP dan meminta keterangan 25 saksi.

JAKARTA -- Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya menyatakan pengumpulan data dan informasi di lapangan telah selesai dan langsung kembali ke Jakarta. Selain sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), tim juga sudah meminta keterangan 25 orang saksi.

“Kami sudah bekerja secara maksimal, meski dalam kondisi ancaman gangguan keamanan di sana, kami bisa mengejar target dan relatif kami capai," ujar Ketua Tim Investigasi Lapangan TGPF Intan Jaya, Benny Mamoto, di Timika, Papua, sesaat sebelum bertolak kembali ke Jakarta, Senin (12/10).

TGPF Intan Jaya dibentuk pada 1 Oktober 2020 untuk mengungkap serangkaian kasus penembakan dan pembunuhan anggota militer dan warga sipil di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, sepanjang September. Sebanyak empat orang meninggal, yaitu dua anggota TNI, Serka Sahlan dan Pratu Dwi Akbar Utomo, Pendeta Yeremia Zanambani, dan tukang ojek bernama Badawi. 

Terkait pengadangan dan penembakan kepada tim pada Jumat (9/10), Benny menyebut, sebagian besar anggota tim memang tidak dididik militer atau kepolisian. Serangan kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) itu membuat mereka shock. Namun, tim tidak larut dalam kejadian itu. "Kami tetap bekerja karena kami ada target, waktu kami pendek 14 hari. Tim kami solid dan punya komitmen tidak kenal menyerah,” kata dia.

photo
Pendeta Yeremia Zanambi - (Istimewa)

Tim tetap meneruskan kerja di Sugapa, ibu kota Intan Jaya. Saksi-saksi yang ada dihadirkan di satu tempat untuk kemudian anggota TGPF mewawancarai dan mendata. Dalam prosesnya, tim dibantu oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat lokal. “Jika ada kendala bahasa, kami dibantu diterjemahkan,” kata Benny.

Dia menjelaskan, dengan bantuan tokoh setempat, keluarga pendeta Yeremia kemudian mengizinkan proses autopsi dan berkenan menandatangani berita acara pemeriksaan (BAP). Hal tersebut membuat proses penyelidikan penegak hukum yang selama ini terhambat bisa berjalan.

Tim investigasi di bawah Wakil Ketua TGPF Intan Jaya, Sugeng Purnomo, juga telah kembali ke Jakarta. Selama di Jayapura, tim berhasil mengumpulkan sejumlah informasi dari kalangan tokoh setempat, kalangan gereja, hingga TNI dan kepolisian.

Terus provokasi

KKSB masih terus melakukan provokasi di Intan Jaya dalam beberapa hari terakhir. Mereka mengaku menolak TGPF bentukan pemerintah. Pada Senin pukul 17.45 WIT, kontak tembak terjadi di dekat Bandara Bilorai, Sugapa. TNI mengeklaim, mengamankan satu pucuk senjata dari KKSB yang terkena tembakan.

Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III, Kol Czi IGN Suriastawa menyebutkan, kontak tembak melibatkan personel Yonif 400 Raider yang mengamankan Bandara Bilorai.

"Informasi sementara dari lapangan, TNI mendapatkan satu pucuk senjata laras panjang rakitan yang dilengkapi dengan teleskop, 19 butir amunisi kaliber campuran 5,56 mm dan 7,62 mm," kata dia, kemarin.

Menurut Suriastawa, korban penembakan tidak ditemukan. Diduga, dia telah diselamatkan oleh rekannya dan melarikan diri. "Pembersihan belum dilaksanakan secara maksimal karena kondisi di lokasi kejadian sudah gelap. Tidak ada korban dari pihak TNI," katanya.

Pada Ahad (11/10) sekitar pukul 13.00 WIT, KKSB juga menyerang Pos Koramil Hitadipa dari bukit belakang pos persiapan tersebut. Baku tembak akhirnya terjadi selama dua jam. TNI mengeklaim, hanya membalas dengan tembakan tidak terbidik karena melihat ada warga sipil yang dipaksa ikut penyerangan itu.

Melalui teropong SPR-II, aparat melihat ada beberapa orang masyarakat di bawah tekanan KKSB untuk ikut bergerak mendekati posisi koramil. Menurut Suriastawa, KKSB ingin ada korban dan menuding TNI sebagai pelakunya. "Melihat situasi tersebut, TNI hanya beri perintah tembakan peringatan berupa tembakan siraman, tembakan tidak terbidik," kata dia. Beruntung, tidak ada korban dalam kejadian itu. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat