(Ilustrasi) Sawad bin Qarib merupakan seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang dahulu masuk Islam karena dinasihati jin | DOK WIKIPEDIA

Kisah

Masuk Islam dengan Petunjuk Jin

Jin itu kemudian muncul lagi di hadapanku, kali ini dalam mimpi.

OLEH HASANUL RIZQA

 

Kisah berikut ini dipetik dari kitab Tafsir Ibnu Katsir. Suatu waktu, Khalifah Umar bin Khattab sedang menyampaikan ceramah di hadapan khalayak warga Madinah.

Kebetulan, mimbar tempatnya berceramah dahulu pernah dipakai Nabi Muhammad SAW. Maka teringatlah sang khalifah akan kenangan bersama beliau shalallahu 'alaihi wasallam.

Dari atas podium, sekilas mata Umar terpaut pada seseorang yang sedang menuju ke dalam ruangan. Dialah Sawad bin Qarib. Sebelum menyudahi pidatonya, sahabat bergelar al-Faruq itu berkata, “Hadirin sekalian yang dirahmati Allah, adakah di antara kalian Sawad bin Qarib?”

Orang-orang menoleh ke kanan-kiri, mencari sosok yang dituju. Beberapa saat kemudian, seorang di antara mereka, al-Barra bin Azib bertanya, “Wahai Amirul Mu`minin, siapakah yang engkau maksud dengan Sawad bin Qarib?”

“Sungguh, dia adalah seorang sahabat Rasulullah SAW yang mulia. Proses keislamannya diawali suatu peristiwa yang cukup menghebohkan waktu itu,” jawab Umar.

Tak lama kemudian, yang dibicarakan datang. Setelah mengucapkan salam, Sawad lalu mengangkat tangannya.

“Wahai Sawad bin Qarib, ceritakanlah kepada hadirin kisahmu dahulu sampai memeluk Islam? Mengapa dan bagaimana hal itu terjadi?” tanya Umar.

Mendengar pertanyaan Amirul Mu`minin, Sawad bin Qarib pun menuturkan ceritanya. “Waktu itu,” kata dia, “aku masih bekerja sebagai pedagang yang melanglang buana. Aku biasa berdagang hingga ke luar Jazirah Arab."

"Suatu saat ketika singgah di India, aku menemui penasihatku. Jangan salah sangka, ia bukanlah siapa-siapa melainkan jin. Malam itu begitu hening, aku pun tidur dengan pulasnya. Jin itu kemudian muncul lagi di hadapanku, kali ini dalam mimpi."

 
Suatu saat ketika singgah di India, aku menemui penasihatku. Jangan salah sangka, ia bukanlah siapa-siapa melainkan jin.
 
 

"Dan, ia berkata, 'Bangunlah kamu! Sadari dan pahamilah bila memang kamu berakal. Sungguh, seorang rasul telah diutus dari kalangan keluarga Lu’ai bin Ghalib!’"

"Setelah itu, jin ini kemudian bersyair, 'Aku merasa kagum kepada jin. Dengan kepekaannya yang sangat halus, ia ingin pergi ke Makkah demi menemukan petunjuk. Beranjaklah ia menuju manusia pilihan dari Bani Hasyim. Lihatlah, engkau akan langsung mengenalinya!’"

"Aku ingat, sebelum terbangun dari mimpi samar-samar suara jin itu terdengar, ‘Wahai Sawad bin Qarib! Sungguh Allah telah mengutus seorang nabi. Bangkitlah kamu untuk segera menghadapnya! Semoga Allah memberikan kepadamu petunjuk dan hidayah.’”

Khalifah Umar dan Muslimin masih menyimak penuturan Sawad.

Sahabat Rasul SAW itu meneruskan kisahnya, “Mimpi yang sama terus terjadi keesokan malamnya. Saat kutertidur, jin yang sama kembali mendatangiku. Ia pun bersenandung, ‘Aku merasa takjub dengan bangsa jin dan permintaannya. Ia ingin ke Makkah untuk mencari petunjuk, tanpa memperhatikan dirinya lagi. Beranjaklah ia menuju kepada sang manusia pilihan dari Bani Hasyim. Lihatlah, engkau akan langsung mengenalinya.’"

"Malam berikutnya, lagi-lagi jin itu mendatangiku dalam mimpi, juga dengan syair yang serupa. Maka, aku pun terjaga. Entah mengapa, ada perasaan damai dalam hatiku waktu itu. Karena itu, aku yakin perkataan jin itu bukanlah dusta. Sungguh, tidaklah sama antara jin yang beriman dan kafir. Malam itu juga, aku langsung berangkat menuju Makkah.

Dalam perjalanan, masih terbayang syair-syair yang dilantunkan jin dalam tiga malam berturut-turut itu. Aku terus memacu kudaku dengan hati yang sukacita. Dalam dadaku, muncul tekad yang kuat untuk segera menemui utusan Allah SWT itu untuk menyatakan iman. Sungguh, semua ini merupakan kehendak Allah Ta’ala.

 
Dalam dadaku, muncul tekad yang kuat untuk segera menemui utusan Allah SWT itu untuk menyatakan iman.
 
 

Akhirnya, aku tiba di Makkah. Setelah bertanya pada beberapa warga, sampailah aku pada seorang yang berperawakan sedang. Dia tampak sedang duduk, seolah-olah sedang memimpin pasukan.

Ketika melihatku, beliau langsung menyambut, ‘Marhaban ya Sawad bin Qarib!’ Rupanya, beliau sudah tahu nama dan keperluanku bahkan sebelum aku menjelaskannya.

Aku pun berkata, ‘Wahai utusan Allah, aku telah menyiapkan sebuah syair untuk engkau. Karena itu, dengarkanlah syairku ini!’

'Bacakanlah, wahai Sawad,' jawab Nabi Muhammad SAW.

Maka aku pun membacakannya, 'Penasihatku telah mendatangiku tiap malam dalam keheningan. Apa yang terjadi padaku ini bukanlah dusta. Selama tiga malam, ia selalu menyeru, seorang utusan Allah telah datang! Dia berasal dari (keluarga) Lu'ai bin Ghalib. Aku pun segera menyingsingkan lengan bajuku. Kupacu kudaku meski kakiku hanya memakai sandal.’

‘Wahai utusan Allah, dengarkanlah persaksianku, bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Dan sungguh engkau adalah utusan-Nya yang terakhir. Engkau merupakan pengantar menuju Allah, wahai orang yang paling mulia lagi baik. Karena itu, tuntunlah kami dengan syariat yang diturunkan-Nya kepadamu, wahai utusan yang terbaik. Kuharap engkau akan memberikan syafaat kepadaku pada hari yang tiada pertolongan selain syafaatmu.’

Rasulullah SAW tertawa hingga gigi-gigi putihnya terlihat. Lalu, beliau berkata, 'Berbahagialah engkau wahai Sawad.’”

Setelah itu, Umar kembali bertanya, “Bagaimana keadaanmu setelah itu? Apakah jin penasihatmu itu masih sering mendatangimu?”

“Sejak aku terbiasa membaca Alquran, maka jin itu tidak lagi mendatangiku. Sungguh, Alquran merupakan pengganti yang paling baik daripada jin atau apa pun.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat