Asma Nadia | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Kepada Tuan dan Puan yang Terhormat

Mereka menyabung nyawa demi masa depan, yang Tuan Puan cederai demi ilusi investasi.

Oleh ASMA NADIA

OLEH ASMA NADIA

Saya tak tahu kepada siapa harus berterima kasih. Apakah kepada Tuan dan Puan yang mewakili anak negeri atau penguasa negeri, atau terhadap mereka yang mengeruk uang di negeri ini?

Terperangah kami menyaksikan kehebatan Tuan dan Puan dalam menentukan prioritas.

Ketika pandemi menjadi sorotan dunia dan upaya merendahkan lajunya serta mengatasi krisis ekonomi yang menyertainya, menempati prioritas di berbagai negeri, Tuan dan Puan justru berhasil menciptakan kerumunan dalam jumlah besar.

Sukses 'memaksa' ratusan ribu mahasiswa, adik-adik pelajar, buruh, dan aktivis terjun dalam aksi besar-besaran di puluhan kota ketika seharusnya mereka menghindari keramaian. Harusnya mereka 'belajar' pada Tuan dan Puan yang piawai menjaga jarak dari pendapat, opini, dan imbauan dari akademisi, tokoh masyarakat, mahasiswa, serta rakyat yang peduli.

Lebih hebat lagi, sekalipun telah memprediksi gelombang besar terjadi, Tuan dan Puan tetap mengabaikan cuitan, tulisan, imbauan, protes, poster, foto, yang mengalir dari berbagai kalangan ataupun media.

Jika boleh bertanya, di mana Tuan dan Puan membeli peredam bunyi yang menutup sempurna dengung suara sekitar hingga bisa tetap tidur nyenyak, makan enak, dan hidup nyaman saat ratusan ribu anak muda memperjuangkan nasib dan masa depan mereka yang terancam?

 
Jika boleh bertanya, di mana Tuan dan Puan membeli peredam bunyi yang menutup sempurna dengung suara sekitar.
 
 

Di mana pula Tuan Puan memperoleh kacamata berkualitas istimewa, yang sanggup menutup pandangan dari hal tak disukai meski ia fakta nyata.

Keberhasilan Tuan dan Puan meremas puluhan undang-undang dan ratusan peraturan menjadi produk hukum hampir seribu halaman dalam tempo singkat, mengingatkan saya pada dongeng Loro Jonggrang dan seribu candinya.

Saya gagal paham, kapan dan bagaimana Tuan dan Puan mencerna lebih dari 70 UU, sekitar 497 peraturan pemerintah, ratusan peraturan presiden dan perda terkait dalam waktu singkat. Belum lagi, menjelajahi aneka referensi serta melakukan sinkronisasi, apalagi pada masa pandemi.    

Kemampuan fokus menyelesaikan tujuan dalam waktu sesingkat-singkatnya sungguh mengundang ketakjuban.

Sedemikian kuat tekad untuk menuntaskannya hingga Tuan dan Puan bahkan rela mengabaikan tugas legislasi lain, memaksakan diri bertugas di tengah pandemi saat pemerintah mengampanyekan bekerja dari rumah.

Determinasi Tuan dan Puan mengebut penyelesaian RUU ini demikian tinggi. Sekalipun pengeras suara sesama anggota mendadak mati ketika sedang berbicara, keputusan berjalan terus tanpa peduli.

Bahkan, ketika sebagian anggota tidak setuju dan walk out, Tuan-Puan tetap teguh pendirian, melabrak tata acara dan aturan yang disepakati bersama serta prinsip demokrasi ataupun transparansi.

Bukankah kesepakatan yang berawal dari perbedaan pendapat adalah syarat utama mendapatkan hasil terbaik? Jika pada kolega sendiri seperti itu, apatah lagi pada rakyat jelata seperti kami? Tuan dan Puan pun jeli sekali memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.

 
Jika pada kolega sendiri seperti itu, apatah lagi pada rakyat jelata seperti kami?
 
 

Saat segenap warga bangsa berjuang mengatasi pandemi dan krisis ekonomi, Tuan juga Puan memanfaatkan suasana sulit ini untuk mengegolkan UU yang kompleks dan kontroversial.

Kesulitan yang kita hadapi bersama kemudian dijadikan alasan untuk tidak mengundang pemangku kepentingan terkait, padahal suara mereka harus didengar. Kalaupun ada yang diundang, tak jarang formalitas belaka. Sebab, yang disepakati bersama mereka, diingkari.

Terakhir, perkenankan saya menyampaikan apresiasi atas prestasi Tuan dan Puan menyatukan negeri. Sebab, keputusan yang tergesa diproses dan ditetapkan ini membangunkan kepedulian banyak pihak, termasuk generasi Z dan K-poppers hingga berani bersuara.

Tuan dan Puan pun berhasil menyatukan berbagai ormas, profesi, bahkan agama untuk serentak menentang kebijakan yang telah disahkan.

Izinkan kami mendoakan agar Allah mengetuk hati nurani. Masih teringat, Tuan juga Puan dulu merayu kami setengah mati demi memperoleh suara agar bisa duduk di kursi terhormat. Semoga Allah membukakan mata dan telinga Tuan dan Puan agar mampu melihat serta mendengar jeritan seluruh negeri.

Maafkan kami yang tak menyampaikan doa ini secara langsung, sebab tak menemukan jejak Tuan dan Puan yang sedemikian cepat menghilang, setelah palu diketukkan.

Semoga Tuan dan Puan sempat bertobat sebelum ajal merapat. Sebelum dimintai pertanggungjawaban atas nyawa anak-anak muda yang terkapar penuh luka, juga bagi lebih dari 1.000 putra bangsa yang diamankan.

Sulit membayangkan jumlah sebanyak itu dikumpulkan tanpa berdesak-desakan hingga kian rentan disergap virus korona. Apakah mereka disediakan masker saat diamankan?

Mereka menyabung nyawa demi masa depan yang Tuan dan Puan cederai demi ilusi investasi yang digadang-gadang lewat aturan ini.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat