
Kabar Utama
Trump Positif Covid, Amerika Rentan
Kans Trump dalam Pilpres AS 2020 dinilai kian terancam.
WASHINGTON – Donald J Trump, kepala negara adidaya Amerika Serikat (AS), mengumumkan dirinya tertular Covid-19. Kabar tersebut menggenapi kesan rentannya Amerika Serikat menghadapi pandemi belakangan.
Seperti biasanya, Presiden Trump mengumumkan informasi mengejutkan tersebut melalui akun Twitter-nya pada Jumat (2/10). “Malam ini @FLOTUS (akun ibu negara AS Melania Trump) dan saya dipastikan positif Covid-19. Kami akan mulai karantina dan proses pemulihan secepatnya. Kami akan bisa melewati ini bersama!" cicit Trump.
Tak lama kemudian, giliran Melania mengonfirmasi kabar dari suaminya tersebut. "Kami merasa baik-baik saja dan saya sudah menunda semua janji pada masa depan. Mohon pastikan Anda aman dan kami akan melalui ini semua bersama-sama," tulis Melania di Twitter, Jumat (2/10).
Tonight, @FLOTUS and I tested positive for COVID-19. We will begin our quarantine and recovery process immediately. We will get through this TOGETHER! — Donald J. Trump (@realDonaldTrump) October 2, 2020
Sejak pandemi Covid-19 muncul, Amerika Serikat yang merupakan negara terkaya dan terkuat di dunia jadi salah satu yang paling terdampak. Virus tersebut bukan hanya menimbulkan masalah kesehatan, melainkan juga memunculkan puluhan juta pengangguran dan menguak ketimpangan ekonomi yang rasialis.
Hingga Jumat (2/10), menurut catatan worldometer.info, kasus positif Covid-19 di AS adalah yang terbanyak di dunia, mencapai 7.494.671 kasus. Angka kematian akibat Covid-19 sebanyak 212.660 jiwa yang juga tertinggi di dunia.
Tanggapan mula-mula Trump terhadap Covid-19, seperti kebanyakan pimpinan dunia kala itu, memang terkesan meremehkan. Pada 24 Januari 2020, Trump percaya Cina akan berhasil mencegah virus ke luar negeri. Pada 30 Januari 2020, Trump mengumumkan penutupan penerbangan dari Cina. Hari itu juga ia mengatakan pada kampanye di Iowa bahwa Pemerintah AS bisa mengendalikan virus tersebut.
Sementara pada 2 Februari 2020, ia mengatakan, AS berhasil menghalau virus dari Cina. Ia juga kala itu menilai Covid-19 tak lebih parah dari flu musiman. Pada Maret, saat ratusan kasus tercatat di AS, Trump menuding bahaya Covid-19 dibesar-besarkan media dan lawan politiknya. Meski demikian, ternyata penularan kian tak terkendali.
Baru pada 17 Maret 2020, Trump mengakui keparahan situasi tersebut. Dalam wawancaranya dengan wartawan Washington Post, Bob Woodward, Trump mengeklaim memang sengaja mengecilkan pandemi agar tak menimbulkan kepanikan.
Dokter presiden Amerika Serikat (AS) Sean P Conley mengatakan, Presiden Trump dan Melania dalam kondisi baik. "Malam ini saya menerima konfirmasi baik Presiden Trump maupun Ibu Negara Melania Trump dites positif virus SARS-CoV-2. Saat ini kondisi Presiden dan Ibu Negara dalam keadaan baik," kata Conley dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan Gedung Putih, Jumat (2/10).
Trump dinyatakan positif virus korona beberapa jam setelah Gedung Putih mengumumkan penasihat seniornya, Hope Hicks, juga positif virus korona. Dalam beberapa pekan terakhir Hicks selalu mendampingi Trump dalam berbagai kesempatan, termasuk debat presiden pekan lalu.
Hope Hicks, who has been working so hard without even taking a small break, has just tested positive for Covid 19. Terrible! The First Lady and I are waiting for our test results. In the meantime, we will begin our quarantine process! — Donald J. Trump (@realDonaldTrump) October 2, 2020
"Tim medis Gedung Putih dan saya akan memantau dengan saksama dan saya mengapresiasi dukungan yang diberikan sejumlah profesional dan institusi medis terbaik negeri ini," ujar Conley menambahkan.
Jurnalis Gedung Putih melihat Trump tampak sehat belakangan. Trump yang kini berusia 74 tahun masuk dalam kategori kelompok berisiko. Meski demikian, di AS tingkat kesembuhan pasien pada usia tersebut juga tinggi, sekitar 96 persen.
"Saya memperkirakan presiden melanjutkan tugasnya tanpa terganggu sambil menjalani proses pemulihan dan saya akan terus menyampaikan setiap perkembangannya," kata Conley dalam surat pernyataan tersebut.
Artinya, seperti dianalisis Los Angeles Times, tantangan terbesar saat ini bukan kekosongan kekuasaan, melainkan lebih pada nasib Trump pada Pilpres AS yang akan digelar sebulan lagi. Terlebih, keterpilihan Trump saat ini terus tertinggal dari saingannya dari Partai Demokrat, Joe Biden, dalam rerupa polling.
Trump diperkirakan tak bisa mengikuti debat pilpres kedua pada 15 Oktober nanti. Trump juga tak mungkin diperbolehkan mengikuti kampanye politik dengan jumlah peserta membeludak yang jadi senjatanya selama ini. Sebelum dinyatakan positif, Trump dijadwalkan melakukan penggalangan dana di Orange County dan Beverly Hills, dua wilayah kelas atas di Kalifornia Selatan.

Dampak yang paling parah, menurut dosen komunikasi politik di USC dan UC Berkeley, Dan Schnur, Trump akan kehilangan kredibilitas soal klaimnya mampu menanggulangi pandemi.
“Bahwa ia sendiri tertular akan sangat memukul argumen utamanya soal Covid-19 beberapa bulan belakangan,” ujar dia, dilansir Los Angeles Times, kemarin.
Pasar finansial tertekan
Kabar Presiden AS Donald Trump yang positif Covid-19 menimbulkan sentimen negatif di pasar saham dan pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah melemah pada perdagangan akhir pekan, Jumat (2/10).
IHSG sepanjang perdagangan kemarin konsisten bergerak di zona merah dan berakhir terkoreksi sebesar 0,87 persen ke level 4.926,73. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 10,19 poin atau 1,34 persen menjadi 750,86. Demikian halnya dengan rupiah. Mata uang Garuda ditutup melemah tipis 29 poin di level 14.864 per dolar AS dibandingkan penutupan sebelumnya.
Direktur Anugerah Investama Sekuritas Hans Kwee mengatakan, pelaku pasar merespons negatif pernyataan Trump yang mengaku positif Covid-19. Menurut dia, pernyataan Trump tersebut menjadi salah satu faktor utama melemahnya pasar saham dan pasar keuangan di dalam negeri.
"Pasar mengalami koreksi dan tekanan turun akibat pernyataan Trump pada sesi siang," kata Hans saat dihubungi Republika, Jumat (2/10).

Menurut Hans, kabar Trump yang positif Covid-19 membuat investor berbondong-bondong bergerak ke aset safe haven sehingga dolar AS dan yen Jepang pun mengalami penguatan. Secara otomatis, hal ini berdampak negatif terhadap Indonesia karena membuat rupiah melemah.
Selain itu, menurut Hans, pelaku pasar khawatir Trump akan kembali memberlakukan lockdown secara ketat. Ini artinya akan berpeluang mengganggu aktivitas perdagangan Indonesia ke Amerika Serikat (AS). Hingga saat ini, negara adidaya tersebut masih menjadi salah satu tujuan ekspor utama Indonesia.
Meski demikian, efek yang ditimbulkan terhadap pasar domestik tidak akan berlangsung lama. Tekanan terhadap bursa saham pada pekan depan lebih banyak dipengaruhi perkembangan ekonomi global.
"Selain kasus pandemi yang terus naik, paket stimulus Amerika yang mungkin menemukan jalan buntu serta ditambah dengan Trump yang positif Covid-19 akan membuat market cukup volatile pada pekan depan," ujar Hans.
Penutupan IHSG pada Jumat diiringi aksi jual saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah jual bersih asing sebesar Rp 51,36 miliar. Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 629.051 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 9,97 miliar lembar saham senilai Rp 6,15 triliun. Sebanyak 125 saham naik, 300 saham menurun, dan 1.350 saham tidak bergerak nilainya.
Sementara di bursa saham regional Asia, indeks Nikkei melemah 155,03 poin atau 0,67 persen ke 23.029,9 dan indeks Straits Times turun 8,34 atau 0,33 ke 2.492,4.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai, terinfeksinya Trump akan mempengaruhi kondisi politik dan ekonomi di AS. Menurut dia, hal tersebut akan berdampak negatif terhadap pasar.
"Ada kemungkinan besar bahwa pasar akan ketakutan. Kalau terjadi sesuatu pada Trump, tentu akan membahayakan negara," kata Ibrahim.

Terkait melemahnya nilai tukar rupiah, Ibrahim menilai, pelemahan turut dipengaruhi kabar soal Trump. Pelemahan juga terjadi pada mayoritas mata uang kawasan Asia.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (2/10) ditutup melemah 30 poin atau 0,2 persen menjadi Rp 14.865 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.835 per dolar AS. Sementara, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.890 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.876 per dolar AS.
Dari domestik, Ibrahim melanjutkan, pelemahan rupiah dipengaruhi sentimen terkait resesi yang sudah di depan mata. Namun, ia menyebut pelaku pasar yakin pemerintah mampu mengatasinya karena Indonesia sudah pernah terkena resesi.
"Hal ini yang membuat pasar akan kembali optimistis terhadap pasar dalam negeri. Pemerintah saat ini memfokuskan diri terhadap kesehatan masyarakat dengan berbagai macam cara untuk menanggulanginya. Namun, ini semua perlu bantuan dari masyarakat," ujar Ibrahim.
Trump mengumumkan dirinya terinfeksi Covid-19 melalui akun Twitter. Kabar itu sontak membuat indeks kontrak berjangka Dow Futures jatuh lebih dari 450 poin karena berita tersebut dan turun 355 poin pada pukul 3.10 pagi Eastern time (ET). Indeks pasar saham di Asia juga terkoreksi cukup dalam.
Pendiri dan CEO Thorpe Abbotts Capital Jeff Henriksen mengatakan, terinfeksinya Trump menyebabkan Covid-19 kembali menjadi sorotan bagi investor sekaligus berpotensi menurunkan keyakinan pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam. Henriksen menambahkan, berita Trump akan mengganggu narasi yang sudah berkembang selama tiga bulan di AS, salah satunya keyakinan AS akan keluar dari krisis kesehatan dan menuju pemulihan yang kuat.
"Anda melihat lebih banyak perusahaan yang berorientasi pada pertumbuhan (perusahaan yang dianggap berhasil di tengah kondisi Covid-19)," kata Henriksen dilansir CNBC.
Henriksen mengatakan, pengumuman Trump akan meningkatkan ketidakpastian politik menuju pemilihan presiden pada 3 November yang berpotensi menjadi risiko utama di pasar keuangan. Hasil positif presiden juga akan menjadi game changer terhadap perilaku pasar dalam jangka pendek.

Banyak sektor akan makin tertekan akibat berita Trump, khususnya mereka yang pendapatannya terpengaruh oleh kondisi makro ekonomi dan siklus bisnis. Di sisi lain, Henriksen mengatakan, sektor teknologi dapat bertahan cukup baik seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap aplikasi digital saat work from home (WFH).
Di tengah berita diagnosis Trump, komoditas emas diperdagangkan dengan nilai lebih tinggi. Sementara, harga minyak mentah kian merosot. Harga minyak mentah Brent jatuh sekitar tiga persen lebih rendah.
Pasar valas juga bereaksi. Franc Swiss, yen, dan dolar AS yang dianggap sebagai mata uang safe haven mengalami kenaikan. Kepala strategi valuta asing global di Societe Generale, Kit Juckes, menjelaskan, tren tersebut merupakan reaksi spontan di pasar.
Juckes menyoroti kemungkinan efek diagnosis Trump dengan hasil pemilu. Menurut dia, debat wakil presiden nantinya akan memegang kunci untuk menjadi pertimbangan publik AS dalam menentukan calon pemimpin mereka.
Salah satu faktor yang berpotensi mengimbangi risiko penurunan kinerja pasar adalah perkembangan stimulus. Pemerintah AS dan Kongres AS kini berusaha keras mencapai kesepakatan untuk mengucurkan stimulus baru dalam membantu warga AS menghadapi tekanan pandemi Covid-19.
Pendiri dan Direktur Pelaksana JB Capital Jeremy Hill menyebutkan, publik kini telah 'mati rasa' terhadap berita terkait virus korona. Mereka lebih fokus pada kemungkinan stabilitas ekonomi dan kesepakatan paket stimulus baru.
"Kenyataannya adalah mayoritas orang-orang pebisnis kecil dan masyarakat kecil, lebih peduli dengan apa yang terjadi di kehidupan sehari-hari mereka dan berusaha mendapatkan sedikit kenormalan di sana," kata Hill.
Beragam reaksi dunia juga muncul atas berita bahwa Presiden Trump dan Melania positif Covid-19. Salah satunya datang dari kepala institut yang mengembangkan vaksin Rusia, Sputnik V, Alexander Gintsburg. Kepada kantor berita RIA Gintsburg berharap agar AS merawat dengan baik presiden mereka. Namun menurutnya, Trump seharusnya mencoba vaksin Rusia.
"Akan bagus sekali jika beliau divaksin," ujarnya mengacu pada Trump dan vaksin produksi Rusia.
Sementara menurut Istana Kremlin, Presiden Rusia Vladimir Putin mengirimkan telegram kepada Trump. "Saya yakin bahwa vitalitas yang ada pada diri Anda, semangat, dan optimisme akan membantu Anda mengatasi virus berbahaya ini."
Hubungan Rusia dan AS masih terus tegang akibat sejumlah isu. Isu yang membelit kedua negara antara lain mulai dari pengendalian senjata hungga konflik di Suriah. Isu lain adalah dugaan bahwa Rusia mencampuri politik AS, meski hal ini ditampik Rusia.
Media sosial Rusia juga gaduh dengan komentar tentang Trump. Banyak warganet Rusia mendoakan kesempuhan Trump. Sementara warganet lain ada pula yang berkomentar sinis atau berbalut humor.
"Mari kita obati dengan vaksin dan pengobatan Rusia," tulis Alex Korolyov, warganet pengguna media sosial VK. "Maka ia akan menjadi Trump versi kita."
"Kita harus segera membawa Trump ke Moskow. Kita tidak bisa mempercayai obat-obatan Amerika, hidupnya terancam di sana," tulis Sergei Vlasov, warganet lainnya.
Media Arab juga ramai memberitakan perkembangan terbaru dari Gedung Putih setelah Trump dan Melania dinyatakan positif Covid-19. Televisi satelit Arab Saudi yang berbasis di Dubai, Al Arabiya, menayangkan langsung siaran tentang Gedung Putih. Kantor berita Associated Press menyebutkan, durasi tayangnya bahkan cukup lama.
Sedangkan Aljazirah menayarngkan empat komentator untuk membahas "terkuaknya ketidakpastian" di AS. Mereka membahas kemungkinan Trump bisa mengemudikan arah kampanye dan memimpin AS saat dikarantina.
Televisi Iran melaporkan dengan ilustrasi yang menggambarkan sang presiden AS dikelilingi gambar virus korona raksasa. Hubungan Iran dan AS terguncang sejak Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Para tokoh dunia bergegas menyampaikan pesan kepada Trump. Umumnya mereka mencicitkan pesan di Twitter. Salah satunya adalah Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus yang mencicit, "Harapan terbaik saya untuk Presiden @realDonaldTrump dan @FLOTUS agar segera pulih sepenuhnya."
My best wishes to President @realDonaldTrump and @FLOTUS for a full and speedy recovery. https://t.co/6OUZT20huK — Tedros Adhanom Ghebreyesus (@DrTedros) October 2, 2020
Di bawah kepemimpin Trump, hubungan AS dan WHO ada di titik terendah. Trump menuding WHO bersekutu dengan Cina. Trump kemudian menyatakan AS menarik diri dari WHO yang akan mulai berlaku 6 Juli 2021.
"Saya mengharapkan semoga cepat sembuh kepada Presiden AS @realDonaldTrump dan @FLOTUS Melania Trump, yang dites positif Covid-19," cicit Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. "Dengan tulus saya berharap mereka bisa menjalani masa karantina tanpa masalah dan kembali pulih sesegera mungkin."
Pesan senada datang dari Perdana Menteri (PM) Italia Guiseppe Conte, PM Israel Benjamin Netanyahu, dan PM Belanda Mark Rutte. Pemimpin lain yang menyampaikan pesan mereka adalah Presiden Polandia Andrzej Duda, Presiden Dewan eropa Charles Michel, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, dan Sekretaris Jenderal Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg. Ucapan juga datang dari Kanselir Jerman Angela Merkel dan Kanselir Austria Sebastian Kurz.
Mantan pasien Covid-19, PM Inggris Boris Johnson, mencicit, "Saya mendoakan semua kebaikan untuk Presiden Trump dan Ibu Negara. Semoga mereka berdia segera pulih dari virus korona."
I wish a speedy recovery to U.S. President @realDonaldTrump and @FLOTUS Melania Trump, who tested positive for COVID-19.
I sincerely hope that they will overcome the quarantine period without problems and regain their health as soon as possible. — Recep Tayyip Erdoğan (@RTErdogan) October 2, 2020
Namun, ada pula komentar yang mengingatkan bahwa virus tak pandang siapapun. "Ini menunjukkan bahwa virus tak mengenal orang, termasuk mereka yang sempat menunjukkan sikap skeptis. Saya mengharapkan beliau cepat sembuh," cicit juru bicara Pemerintah Prancis, Gabriel Attal.
Kini, para pengamat mengikuti perkembangan kebijakan di AS terkait virus korona. Profesor ekonomi di Keio University, Masaru Kaneko, menyebutkan, pemimpin populis seperti PM Inggris Boris Johnson dan Presiden Brasil Jair Bolsonaro "terinfeksi karena mereka cenderung tidak mengganggap serius virus korona."
"Kedua pemimpin kemudian serius menanganinya setelah mereka sendiri terinfeksi. Akankan AS mengikuti jejak mereka?'' cicit Kaneko.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.