Pengunjuk rasa bersiap melepaskan merpati putih di depan gedung lokasi KTT Uni Eropa di Brussels, Beligia, menentang perang di Nagorno-Karabakh, Kamis (1/10). | AP/Olivier Matthys

Internasional

Armenia Janji Bekerja Sama dengan OSCE

Pertempuran masih terus terjadi di Nagorno-Karabakh hingga memasuki hari ke-5 pada Jumat.

YEREVAN -- Armenia, Jumat (2/10), mengatakan siap bekerja sama dengan Group Minsk yang dibentuk Organisasi untuk Kemanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) dana penyelesaian isu Nagorno-Karabakh. Sikap ini menanggapi desakan gencatan senjata dari Group Minsk Kamis (1/10).

"Kami akan terus menentang agresi Azerbaijan. Namun pada saat yang bersamaan kami juga siap bekerja sama dengan Group Minsk OSCE dalam gencatan senjata berdasarkan kesepakatan 1994-1995," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Armenia, mengacu pada kesepakatan yang pernah dijalin.

Armenia juga menyatakan "Berpegang pada penyelesaian konflik melalui cara damai."

Azerbaijan dan Armenia adalah dua negara bekas Uni Soviet. Sedangkan wilayah otonomi Nagorno-Karabakh adalah wilayah kantong seluas 4.400 kilometer persegi yang berada di dalam Azerbaijan. Wilayah ini berjarak 50 kilometer dari Armenia. 

Berdasarkan kesepakatan 1994 yang diakui dunia internasional, Nagorno-Karabakh milik Azerbaijan. Wilayah tersebut menjadi koridor pipa yang mengalirkan pasokan minyak dan gas ke pasar dunia. 

photo
Foto dari Kementerian Pertahanan Armenia menujukkan prajurit Armenia menembakkan misil di Nagorno-Karabakh, Rabu (30/9). - (EPA-EFE/ARMENIAN DEFENCE MINISTRY)

Namun, Nagorno-Karabakh didiami dan dikuasai mayoritas etnis Armenia. Mereka menolak Pemerintah Azerbaijan. Tentara lokal di wilayah ini mendapat dukungan dari Armenia.

Saat berita ini ditulis, belum ada tanggapan dari Azerbaijan tentang desakan gencatan senjata dari Group Minsk. Group Minsk adalah kelompok mediasi hasil bentukan OSCE dketuai bersama Prancis, Amerika Serikat (AS), dan Rusia. 

"Kami menyerukan penghentian segera permusuhan antara pasukan militer yang relevan," kata pernyataan gabungan Prancis, Rusia, dan AS. 

Pada Kamis, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan perdamaian abadi hanya akan bisa dicapai jika "Armenia sang penjajah" menarik diri dari Nagorno-Karabakh. Ia menentang keterlibatan tiga negara tersebut dalam konflik Nagorno-Karabakh.

"Mengingat bahwa AS, Rusia, dan Prancis telah mengabaikan masalah ini selama hampir 30 tahun, tidak dapat diterima bahwa mereka terlibat dalam pencarian gencatan senjata," kata Erdogan. 

Pertempuran masih terus terjadi di Nagorno-Karabakh hingga memasuki hari ke-5 pada Jumat. Kementerian Pertahanan Nagonorno-Karabakh mengatakan pada Jumat jumlah korban militer di pihak mereka sebanyak 54 orang. Maka total jumlah personel yang tewas menjadi 158 orang.

Drone Israel

Dalam perkembangan lain, Armenia mengatakan telah menarik duta besarnya di Israel untuk konsultasi mengenai penjualan senjata negara itu ke Azerbaijan, Kamis (1/10). Azerbaijan sebelumnya telah mengakui menggunakan senjata buatan Israel dalam pertempurannya dengan pasukan etnis Armenia di sekitar Nagorno-Karabakh. 

Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), sebuah lembaga pemikir konflik dan persenjataan terkemuka, Israel memberi Azerbaijan senjata sekitar 825 juta dolar AS pada 2006 hingga 2019. Ekspor tersebut termasuk drone, loitering munitions, rudal antitank, dan sistem rudal darat ke udara. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat