Evolusi di sektor ritel akibat pandemi | Pixabay

Inovasi

Pandemi yang Berbuah Evolusi Ritel 

Pembeli dapat membayar dengan meletakkan telapak tangan di peminda saat berjalan menuju pintu keluar. 

Saat ini, Amazon menyumbang hampir 40 persen dari seluruh penjualan e-commerce di Amerika Serikat(AS). Perusahaan milik Jeff Bezos ini kini terus berkembang dengan menjual layanan pembayaran dan teknologi lain ke situs belanja eksternal.

Meski pandemi Covid-19 sangat berdampak pada konsep belanja luring, Belum lama ini, Amazon meluncurkan teknologi biometrik baru yang disebut Amazon One. Dikutip dari Vox.com, teknologi ini memungkinkan pembeli membayar di toko dengan meletakkan telapak tangan mereka di atas perangkat pemindai saat mereka berjalan menuju pintu keluar atau ketika check out.

Agar dapat menjajal teknologi ini, saat mendaftar pertama kali, pelanggan perlu memindai telapak tangan mereka dan memasukkan kartu pembayaran mereka di terminal. Setelah itu mereka cukup membayar dengan tangan mereka.

Teknologi pemindaian tangan tidak hanya dapat digunakan untuk toko Amazon saja. Perusahaan berharap untuk menjualnya ke ritel lain, termasuk juga ke ritel pesaing.

Kini, teknologi ini telah tersedia di pintu masuk dua toko swalayan tanpa kasir Amazon Go di Seattle, Washington mulai Selasa (29/9). Dikutip dari Recode, Wakil Presiden Amazon Dilip Kumar mengatakan, teknologi biometrik baru ini akan diluncurkan ke 20 toko ritel dalam waktu dekat. Recode juga melaporkan Amazon telah mengajukan permohonan paten untuk teknologi pembayaran dengan tangan.

Menurut Kumar, dengan memanfaatkan teknologi Amazon One proses pembayaran di sektor retail akan menjadi lebih mudah. Karena, pembayaran menggunakan kartu akan lebih sedikit, sehingga mempersingkat antrean dan meningkatkan jumlah pembeli yang dilayani.

Selain Amazon One, saat ini hadir pula teknologi “Just Walk Out”  pada awal 2020. Teknologi ini merupakan kombinasi antara kamera, sensor dan perangkat lunak computer vision yang mendukung Amazon. 

Berbagai inovasi baru ini, menunjukkan Amazon tidak puas dengan dominasinya di sektor e-commerce. Ia ingin mendapat lebih banyak potongan di dunia ritel fisik, di mana 80 persen perdagangan di AS memang masih bergulir secara luring.

Optimalisasi Data

Untuk dapat menghadirkan rangkaian layanan teknologi modern untuk pengecer lain, Amazon akan terus melakukan mengumpulkan data. Tepatnya, ketika pelanggan Amazon One berbelanja dan menggunakan opsi pembayaran ini. Namun, Amazon tidak akan tahu apa yang dibeli pembeli atau berapa banyak yang mereka belanjakan di toko ritel pihak ketiga.

Seorang juru bicara Amazon menjelaskan, perusahaan tidak memiliki rencana untuk menggunakan informasi transaksi dari lokasi pihak ketiga untuk iklan Amazon atau tujuan lain. Pembeli pun dapat mendaftar ke layanan tanpa menghubungkannya ke akun pelanggan Amazon jika mereka mau.

Di era pandemi seperti saat ini, konsep membayar dengan scan tangan dan tanpa kontak tangan juga menjadi kian menarik. Tetapi, metode pembayaran baru biasanya sering menghadapi tantangan adopsi yang tinggi, bahkan ketika biometrik tidak terlibat. 

Pelacakan biometrik menimbulkan sejumlah masalah privasi, termasuk potensi peretasan yang ditargetkan atau pelanggaran data massal.

Saat ini, Kumar mengungkapkan, Amazon sedang berdiskusi dengan mitra potensial tentang gagasan menghubungkan pemindaian telapak tangan dengan ID gedung. Tujuannya, untuk mengganti kartu ID kantor atau tiket acara ketika kita ingin menonton di stadion atau arena. 

Menurutnya, Amazon lebih memilih pemindaian telapak tangan daripada opsi biometrik lainnya karena beberapa alasan. Salah satunya, tidak mudah bagi penjahat untuk mengidentifikasikan seseorang hanya dengan melihat gambar tangannya, jika materi itu bocor. 

Alasan lainnya adalah keunikan tangan masing-masing orang. “Bahkan saudara kembar identik memiliki banyak perbedaan dalam struktur telapak tangan mereka,” ujar Kumar. 

Selain itu, dengan menambahkan gambar yang dienkripsi, ketika berlangsung proses pemindaian, gambar akan dikirim ke area yang sangat aman. Area itu dibuat Amazon secara khusus di //cloud//untuk analisis dan penyimpanan.

Beradaptasi dengan Situasi

Pandemi Covid-19 berdampak besar pada cara konsumen berbelanja. Selama periode karantina wilayah ketat diberlakukan di banyak bagian dunia, e-commerce mengalami ledakan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Yakni, pembeli beralih ke saluran daring untuk pembelian dan barang dikirim dari toko fisik.

Bahkan sekarang setelah pembatasan tersebut mereda dan sebagian besar toko ritel fisik telah dibuka kembali, kekhawatiran tentang kontaminasi virus tetap ada. Meski langkah-langkah seperti menerapkan aturan pembersihan menyeluruh, mengharuskan pelanggan mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak fisik juga diberlakukan, ritel mulai kini makin melirik teknologi untuk menyelesaikan berbagai potensi penularan.

Selain itu, memanfaatkan teknologi juga diharapkan akan meningkatkan pengalaman berbelanja pelanggan. Mulai dari sistem pemesanan dan antrean virtual hingga teknologi Scan, Pay & Go, kini banyak solusi teknologi yang muncul atau semakin terlihat yang menjanjikan peningkatan pengalaman berbelanja di dalam toko. 

Dilansir dari Econsultancy, ada berbagai contoh inovasi teknologi di dalam toko di tengah pandemi Covid-19, di antaranya: 

1.  Scan, Pay & Go

Teknologi ini memungkinkan pembeli menggunakan ponsel cerdas mereka untuk memindai barang yang ingin mereka beli saat berpindah-pindah toko, sebelum membayarnya, dan kemudian meninggalkan toko. Biasanya, teknologi ini hadir melalui aplikasi khusus dan tidak ada antrean atau memerlukan proses checkout.

Pada April lalu, supermarket Asda di Inggris meluncurkan program Scan & Go Mobile ke 200 toko tambahan dalam upaya untuk mengurangi kontak staf checkout. Teknologi tersebut kini tersedia di semua 581 toko Asda di seluruh Inggris. 

Pembeli dapat menggunakan aplikasi khusus di ponsel mereka untuk memindai barang dan aplikasi akan menampilkan total biaya barang dipindai.

2. Dynamic digital signage

Tanda dan stiker yang ditempatkan di lantai toko ritel adalah cara umum untuk menegakkan pedoman menjaga jarak dan mengelola arus pembeli di toko. Beberapa ritel sekarang mulai melirik solusi berteknologi tinggi untuk mengelola langkah kaki di dalam toko, salah satu caranya yaitu dengan papan jenama digital.

Samsung Electronics Inggris telah bermitra dengan platform kampanye dan audiens cerdas untuk reklame digital, Quividi untuk mendukung menjaga keamanan pembeli di dalam toko. Samsung akan membuat papan jenama digital, didukung oleh solusi analitik Quividi yang mendukung protokol keselamatan dan keamanan di dalam toko, untuk membantu ritel mengelola tindakan jarak sosial.

Menggunakan perangkat penangkap data seperti kamera di dalam toko, teknologi yang dimiliki Quividi dapat menghitung berapa banyak orang yang memasuki toko tertentu. Terasuk juga mendeteksi penggunaan masker dan menggunakan pemindaian termal untuk mengidentifikasi pembeli dengan suhu tinggi yang mungkin tidak menunjukkan gejala.

Data dianalisis kemudian diolah secara real time dan menentukan pesan apa yang ditampilkan pada papan jenama digital melalui penjadwalan bersyarat dan real time triggers.

Solusi lainnya adalah menggunakan kamera pintar di dalam toko untuk memantau jumlah orang dan menampilkan informasi di papan nama, menunjukkan pada pembeli apakah aman untuk masuk ke dalam toko.

3. QR Code

photo
QR Code - (Pixabay)

Di masa pandemi, teknologi kode QR sedang mengalami kebangkitan di berbagai sektor. Di antaranya, perawatan kesehatan dan perhotelan sebagai cara tanpa kontak untuk mengakses informasi, mengaktifkan pengalaman virtual, hingga memonitor pergerakan untuk pelacakan kontak. 

Tak heran, teknologi ini kini juga mulai memasuki bisnis ritel. Pemanfaatan teknologi kode QR kini sudah stabil di beberapa negara, seperti Cina yang memanfaatkannya sebagai metode pembayaran. 

Di AS, PayPal kini telah bermitra dengan dompet digital Venmo untuk meluncurkan teknologi pembayaran kode QR di semua 8.200 toko CVS Pharmacy di negara tersebut.

Kode QR akan memberikan pelanggan CVS Pharmacy pilihan untuk membayar pembelian mereka dengan kartu debit atau kredit yang tersimpan. Selain itu, ada pula pilihan rekening bank, saldo PayPal, kredit PayPal, saldo Venmo atau gift Venmo selama mereka memiliki akun. 

Di India, Amazon juga telah menggunakan kode QR untuk meningkatkan pengalaman berbelanja dan pembayaran secara langsung dengan Smart Stores. Diluncurkan pada Juni lalu, Smart Stores adalah etalase virtual yang diaktifkan dengan memindai kode QR dengan aplikasi Amazon.

Pelanggan dapat memilih produk yang ingin mereka beli di aplikasi dan memeriksa dengan Amazon Pay. Sebagai bonus tambahan, toko-toko lokal yang menggunakan Smart Stores dapat menawarkan kupon Amazon Pay untuk menarik pelanggan baru dan mendorong kunjungan kembali dari pelanggan sebelumnya. 

 
Konsep membayar dengan scan tangan dan tanpa kontak tangan kini menjadi kian menarik.
 
 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat