Sejumlah santri baru menjalani isolasi mandiri di Pondok Pesantren Al Aqobah 4, Desa Kwaron, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin (6/7). | SYAIFUL ARIF/ANTARA FOTO

Jawa Barat

Penanganan Klaster Pesantren Dikoordinasikan

Semua pihak diminta terus disiplin sebelum vaksin tuntas diproduksi.

BANDUNG -- Penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren bermunculan dalam beberapa waktu terakhir di Jawa Barat. Pemprov Jabar segera berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait hal tersebut untuk memastikan kasus Covid-19 di pesantren tidak terus terjadi.

“Kami akan koordinasi dengan Pak Luhut (Pandjaitan) membahas ini. Kita akan fokuskan pengetesan di zona klaster baru. Insya Allah intinya bahwa dinamika naik turun kasus Covid-19 masih berlangsung,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil di Kota Bandung, Rabu (30/9).

Emil meminta semua pihak terus disiplin sebelum vaksin tuntas diproduksi. “Saya ulangi lagi mari disiplin sambil menunggu vaksin jadi. Hanya dengan itulah kita bisa produktif, hidup adaptif, sambil menunggu vaksin,” kata dia.

Emil menjelaskan, prosedur yang diterapkan ke pesantren adalah kalau sudah dites dan hasilnya negatif, maka santri dipulangkan ke rumah masing-masing. Namun, kalau positif tapi masih gejala ringan, maka akan diisolasi di pesantren dengan protokol kesehatan.

“Tapi kalau terkena positifnya agak berat maka dirujuk ke rumah sakit, terus lingkungan dekat pesantren dilakukan namanya pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) itu juga sudah dilakukan, sehingga semua upaya sudah dilakukan dengan baik,” kata dia.

Pemprov Jabar sebelumnya sepakat menghentikan sementara kegiatan belajar mengajar tatap muka di Pondok Pesantren (Ponpes) Husnul Khotimah di Kabupaten Kuningan. Keputusan ini berdasarkan kesepakatan bersama pimpinan dan pengurus ponpes. Hal itu menindaklanjuti ditemukannya 56 santri Ponpes Husnul Khotimah positif Covid-19 lewat uji usap (swab test)

Di Tasikmalaya, Jabar, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tasikmalaya juga mengonfirmasi kemunculan klaster baru penyebaran virus korona. Klaster baru itu merupakan salah satu pesantren di kawasan Cipasung, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.

Asisten Daerah Sekretariat Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Ahmad Muchsin, membenarkan adanya kasus positif dari salah satu pesantren di wilayahnya. Namun, dia mengeklaim belum tahu pasti jumlah kasus positif dari pesantren tersebut. “Ada yang terkena. Kita masih terus tracing untuk memastikan jumlahnya,” kata dia.

Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tasikmalaya, Harus Harosid, juga membenarkan adanya kasus dari pondok pesantren di kawasan Cipasung itu. Menurut dia, sejauh ini sudah ada dua pesantren di Kabupaten Tasikmalaya yang terdapat kasus positif Covid-19.

“Kita akan mengumpulkan seluruh pimpinan pondok pesantren untuk menyosialisasikan agar lebih menerapkan protokol kesehatan,” kata dia.

Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di lingkungan pesantren tak hanya muncul di Kabupaten Tasikmalaya. Di Kota Tasikmalaya, sedikitnya terdapat 32 kasus positif dari salah satu pesantren. Saat ini, para pasien positif itu sudah menjalani isolasi. Sementara aktivitas pesantren untuk sementara dihentikan.

Di Sleman, Yogyakarta, sebanyak 47 santri dari dua pondok pesantren terkonfirmasi positif Covid-19. Terdiri dari 41 santri dari satu ponpes di Kecamatan Ngalik, dan enam santri dari satu ponpes di Kecamatan Prambanan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo, mengatakan, kasus enam santri di Prambanan diawali satu santri yang baru melakukan perjalanan dari luar kota. “Kemudian, dilakukan tracing yang semula ke satu kamar (santri positif), lalu kita kembangkan tracing ke 50 santri lain, dan ditemukan tambahan lima santri lain positif, total ada enam,” kata Joko.

Kondisi serupa terjadi untuk kasus santri ponpes di Ngaglik yang juga berawal dari satu santri setelah kembali dari luar kota. Menurut Joko, kedua ponpes sebenarnya sudah menerapkan protokol kesehatan yang cukup baik.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat