Foto yang dilansir Kementerian Pertahanan Azerbaijan menunjukkan pengeboman fasilitas senjata antiudara milik Armenia pada Ahad (27/9). | AP/Azerbaijan

Internasional

DK PBB Khawatir Bentrok Nagorno-Karabakh Meluas

Kelompok perlawanan di Suriah dikabarkan mulai bergerak ke Azerbaijan.

NEW YORK -- Dewan Keamanan (DK) PBB khawatir pertempuran tersebut menjadi perang penuh antara Armenia dan Azerbaijan. Usai menggelar rapat tertutup mengenai hal itu pada Selasa (29/9), 15 anggota DK PBB mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai laporan aksi militer skala besar di garis perbatasan atau Line of Contact zona perang Nagorno-Karabakh. Mereka mengecam keras pengerahan kekuatan. 

"Anggota Dewan Keamanan menyuarakan dukungan pada seruan Sekretaris Jenderal agar segera menghentikan perang ini, menurunkan ketegangan dan tak menunda kembali pada negosiasi berarti," kata pernyataan DK PBB, Selasa (29/9). 

Kekerasan terakhir terjadi ketika militer Azerbaijan melepaskan tembakan ke unit militer Armenia di kota perbatasan Vardenis. Wilayah itu terletak bermil-mil jauhnya dari Nagorno-Karabakh yang baru-baru ini menjadi medan pertempuran pasukan kedua negara.

Militer Azerbaijan melepaskan tembakan ke unit militer Armenia di kota perbatasan Vardenis, Selasa (29/9). Wilayah itu terletak bermil-mil jauhnya dari Nagorno-Karabakh yang baru-baru ini menjadi medan pertempuran pasukan kedua negara. 

Kedua pihak juga menolak tekanan untuk mengadakan pembicaraan damai. Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev berbicara kepada televisi pemerintah Rusia, dengan tegas mengesampingkan kemungkinan pembicaraan. Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan kepada saluran yang sama bahwa itu tidak dapat berlangsung saat pertempuran berlanjut. 

Keputusan kedua negara yang menolak pembicaraan dapat menjerumuskan konflik ke dalam perang. Kondisi ini mengancam tidak hanya menyeret Turki, tetapi juga Rusia. 

photo
Foto dari Kemenlu Armenia menunjukkan warga Nagorno-Karabakh berlindung di bunker dari pengeboman pada Ahad (27/9).  - (EPA-EFE/ARMENIAN FOREIN MINISTRY PRESS OFFICE)

Turki dekat dengan Azerbaijan. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu bahkan mengatakan siap membantu apapun jika diminta Azerbaijan. Sedangkan Rusia memiliki pangkalan militer di Armenia, tetapi juga menikmati hubungan dekat dengan Azerbaijan. 

Istana Kremlin mengatakan, Presiden Vladimir Putin berbicara melalui telepon dengan Pashinyan untuk kedua kalinya sejak dimulainya krisis itu. Dia mengatakan semua pihak harus mengambil tindakan untuk mengurangi eskalasi. 

Putin diketahui belum melakukan kontak apapun dengan Azerbaijan. Meski begitu, Kremlin mengatakan Moskow terus berhubungan dengan Turki, Armenia, dan Azerbaijan. 

Kedua negara melaporkan penembakan dari lawan melintasi perbatasan bersama di sebelah barat wilayah Nagorno-Karabakh. Insiden tersebut menandakan eskalasi konflik lebih lanjut, meskipun ada permintaan mendesak dari Rusia, Amerika Serikat (AS), dan negara lain untuk menghentikannya. 

Puluhan orang dilaporkan tewas dan ratusan lainnya cedera sejak bentrokan antara Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia. Masing-masing pihak mengklaim jumlah korban di pihak lawan dan perlengkapan perang lawan yang berhasil mereka hancurkan. 

photo
Foto dari Kemenlu Armenia menunjukkan warga Nagorno-Karabakh berlindung di bunker dari pengeboman pada Ahad (27/9). - (AP/Edgar Kamalyan/Armenian Foreign Ministry)

Pasukan Suriah

Sementara, salah seorang sumber milisi pejuang Suriah mengatakan banyak anggota kelompoknya mendaftar untuk bekerja di perusahaan keamanan swasta Turki sebagai penjaga perbatasan di Azerbaijan. Mereka ikut datang ke perbatasan saat konflik antara Azerbaijan dan negara tetangganya Armenia kian makin memanas.

Potensi keterlibatan milisi Suriah itu dinilai merupakan tanda meningkatnya keinginan Turki untuk memproyeksikan kekuatan di luar negeri. Serta salah satu upaya mereka membuka medan persaingan ketiga dengan rival regionalnya yakni Moskow.  

Sejak konflik di Suriah dan Libya, Ankara sudah terlibat dalam perebutan kekuasaan yang tidak stabil dengan Rusia. Kini ketegangan itu bisa meluas ke Nagorno-Karabakh.

Senin (28/9) lalu media Inggris, the Guardian melaporkan tiga pria yang tinggal di daerah terakhir yang dikuasai pemberontak di Suriah mengatakan kemiskinan dan perang yang berlangsung hampir satu dekade membuat mereka tertarik untuk mendaftar bersama para pemimpin milisi untuk bekerja di perusahaan keamanan Turki. Perantara menjanjikan lowongan kerja di luar negeri.  

Mereka berharap dapat melakukan perjalanan melintasi perbatasan ke Turki sebelum diterbangkan ke Azerbaijan. Dua bersaudara yang tinggal di Azaz, Muhammad dan Mahmoud mengatakan mereka dipanggil ke kamp militer di Afrin pada 13 September lalu. Keduanya meminta nama mereka disamarkan karena sensitifnya masalah ini.

Sesaat setelah tiba mereka diberitahu oleh seorang komandan di divisi Sultan Murad yang didukung Turki ada pekerjaan untuk menjaga pos pengamatan dan fasilitas minyak dan gas di Azerbaijan dengan kontrak tiga atau enam bulan. Mereka akan mendapatkan upah sebesar tujuh hingga 10 ribu lira Turki per bulan. Jauh lebih besar daripada yang bisa mereka hasilkan di kampung halaman.

Komandan itu tidak memberitahu pekerjaan apa yang akan mereka dilakukan, berapa lama, atau kapan mereka akan berangkat. Orang-orang itu juga tidak tahu bekerja untuk perusahaan Turki yang mana, atau siapa yang akan membayar gaji mereka.

"Komandan mengatakan kami tidak akan berperang, hanya membantu menjaga beberapa daerah, gaji kami di sini tidak cukup untuk hidup, jadi kami melihatnya sebagai peluang besar untuk menghasilkan uang," kata Mohammad kepada the Guardian.

 Gaji yang dijanjikan sangat besar bila dibandingkan gaji yang yang diperoleh pemberontak Suriah dari Ankara dalam perang melawan presiden Suriah Bashar al-Assad yakni sebesar 450 hingga 550 lira Turki sebulan.

 Sejak awal Ankara telah mendukung oposisi di Suriah. Mereka membantu kelompok Tentara Pembebasan Suriah yang dalam posisi lemah dan terpecah karena pertikaian dalam barisan pemberontak.

 Turki juga menggunakan pemberontak sebagai proksi melawan pasukan yang dipimpin Kurdi. Meskipun ada tuduhan pelanggaran hak asasi manusia.

Sejak Desember, Ankara juga memfasilitasi pergerakan ribuan pemberontak Suriah ke Libya sebagai tentara bayaran. Para pemberontak itu berhasil membantu mengubah pemerintah yang diakui PBB dalam perang saudara melawan Khalifa Haftar.

Omar dari kota Idlib, yang juga meminta nama aslinya disamarkan, dipanggil ke Afrin pada 22 September bersama 150 pria lainnya. Ia diminta bersiap untuk berangkat, tapi di hari yang sama ia beritahu penempatannya ditunda sampai pemberitahuan lebih lanjut.

 “Ketika kami pertama kali ditawari pekerjaan di luar negeri di Libya, orang-orang takut untuk pergi ke sana, tetapi sekarang pasti ada ribuan dari kami yang bersedia pergi ke Libya atau Azerbaijan, di sini sudah tidak ada apa-apa lagi bagi," katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat