Sejumlah anggota kepolisian menabur bunga di bekas lokasi tsunami di Pantai Talise, Palu, Sulawesi tengah, Senin (28/9). Puluhan anggota kepolisian jadi korban terjangan tsunami pada 28 September 2018 lalu. | BASRI MARZUKI/ANTARAFOTO

Wawasan

‘Saat Ini dalam Posisi Pengumpulan Energi’

Berulang kami bilang, tidak ada institusi maupun individu yang bisa memprediksikan kejadian gempa.

Sebuah riset yang dilakukan sekelompok peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengungkap potensi tsunami di selatan Pulau Jawa dengan ketinggian 20 meter. Hasil penelitian itu terbit di jurnal Nature Scientific Report. Berikut wawancara wartawati Republika, Inas Widyanuratikah, dengan salah satu anggota tim peneliti, Endra Gunawan.

Apa yang melatarbelakangi dilakukan penelitian tsunami dan megathrust di selatan Jawa ini?

Riset itu berangkat dari ketidaktahuan kita akan kondisi potensi gempa di selatan Jawa. Semuanya berangkat dari situ, jadi kita tidak tahu bagaimana potensinya, bagaimana kemungkinan kemunculan gempanya.

Itu tidak ada informasi, yang ada asumsi-asumsi bahwa daerah tersebut mungkin bisa berpotensi magnitudo 8-9 (skala righter). Karena pada dasarnya jalur megathrust, jalur sumber gempa itu jalurnya sudah ada. Jadi, kita itu sudah tahu jalurnya.

Tapi pertanyaannya, apakah jalur itu mengumpulkan energi untuk kemunculan gempa atau dalam proses pelepasan energi. Kalau dia sedang mengumpulkan energi, berarti dia sedang bersiap untuk kejadian gempa yang akan datang. Kalau dalam kondisi pelepasan energi, berarti tidak akan terjadi gempa dalam waktu relatif lama.

photo
Endra Gunawan - (researchgate)

Bagaimana riset yang dilakukan dan bagaimana hasilnya?

Di data nasional, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memiliki data seismik. Kemudian Badan Informasi Geospasial (BIG) mempunyai data GPS. Tujuan utama data GPS adalah untuk pemetaan. Tapi ternyata dalam perjalanan pemahaman ilmu kebumian, itu bisa digunakan untuk memahami siklus gempa bumi.

 
Ketidaktahuan, Megathrust, dan Siklus Gempa Bumi
(Peneliti, Endra Gunawan)
 

Kombinasi ini kita gunakan untuk memahami bagaimana status dari megathrust di selatan Jawa. Hasilnya, saat ini dalam posisi pengumpulan energi, dari Jawa bagian barat, kemudian bagian tengah, dan bagian timur.

Dari kolega LIPI, saya juga mendapatkan informasi. Mereka menemukan, 500 tahun lalu pernah terjadi tsunami yang besar. Jadi, hasil kami bahwa ada potensi zona megathrust di selatan Jawa ini, kemudian ada hasil dari peneliti LIPI, ini dua-duanya saling berkaitan.

 
Menurut LIPI, 500 Tahun Lalu Pernah Terjadi Tsunami Besar
(Peneliti, Endra Gunawan)
 

Adanya hasil riset ini, apa langkah yang perlu dilakukan untuk mitigasi bencana?

Tentu harus ada edukasi yang baik kepada masyarakat. Mengapa? Pertanyaan yang saya maupun rekan-rekan peneliti yang disampaikan kepada kami ini adalah prediksi.

Padahal, berulang kami bilang tidak ada institusi maupun individu yang bisa memprediksikan kejadian gempa. Jadi, ini usaha yang harus kita lakukan kepada masyarakat. Kita tidak tahu kapan kejadiannya.

 
Mitigasi yang Dilakukan
(Peneliti, Endra Gunawan)
 

Ini seperti kita naik motor, di jalan selalu ada potensi jatuh atau tertabrak. Tapi dengan menggunakan helm kita bisa melakukan mitigasi. Jadi kembali ke masalah gempa, ada edukasi ke masyarakat kalau seandainya gempa, ya lari ke tempat tinggi.

Bagaimana edukasi ini mestinya diberikan?

Edukasi ini harus berkolaborasi dengan banyak pihak. Contohnya, ini saya baru dapat, salah satu artikel di media massa. Dia menuliskan tsunami 20 meter terjadi di seluruh Indonesia. Ini kan terjadi hanya untuk sensasi.

Jadi, edukasi ini harus dilakukan bersama-sama, tidak bisa hanya peneliti saja menyampaikan terus lepas. Tapi harus kolaborasi semuanya, misalkan dengan jaringan pers, dengan pemerintah. Semuanya harus bergerak bersama-sama dengan kejadian pandemi ini.

Kalau kita betul-betul ingin aman bersama, informasi yang betul, ya disampaikan dengan betul. Jangan sepotong-sepotong hanya untuk sensasi atau keuntungan sebagian pihak saja.

Selain edukasi, apakah ada mitigasi lain yang penting?

 
Kode Bangunan
(Peneliti, Endra Gunawan)
 

Dari sisi pemerintah, dari komunitas. Kita harus siapkan penguatan infrastruktur. Kalau di daerah datar, kalau tidak ada tempat tinggi, artinya harus ada bangunan untuk evakuasi kalau ada tsunami.

Kalau gempa harus ada titik kumpul, selain itu harus ada training, simulasi. Simulasi itu sebenarnya mengingatkan, sama dengan kita bikin SIM. jadi, simulasi itu sebenarnya melatih kesadaran kita, reflek kita kalau ada gempa larinya ke mana.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat