Subroto | Daan Yahya/Republika

Narasi

Bobol Berita di Singapura

Persaingan antarwartawan makin ketat jika medianya juga bersaing di pasar yang sama.

SUBROTO, Jurnalis Republika

Wartawan selalu ingin beritanya lebih bagus dibandingkan media lain. Bahkan kalau bisa eksklusif sendiri, orang lain tak dapat berita atau wawancaranya.

Karena itu wartawan, kendati sering runtang-runtung bersama-sama tapi dalam hal mencari berita, atau menulis berita berusaha untuk berbeda.  Jika peristiwanya sama, anglenya mencari yang lebih bagus, lebih maju, dan lebih eksklusif.

Persaingan antarwartawan makin ketat jika medianya juga bersaing di pasar yang sama. Persaingan itu bisa ‘berdarah-darah’ di lapangan. Istilahnya saling membobol berita. 

Kadang persaingan itu melintasi batas-batas pertemanan. Sebagai sesama wartawan berteman, tapi dalam urusan mendapatkan berita itu soal lain.

 
Persaingan antarwartawan makin ketat jika medianya juga bersaing di pasar yang sama. Persaingan itu bisa ‘berdarah-darah’ di lapangan. Istilahnya saling membobol berita. 
 
 

Tahun 2002 aku berangkat  liputan memenuhi undangan Pemerintah Singapura bersama wartawan-wartawan media nasional dari Jakarta. Dibanding wartawan yang lain, aku termasuk yang paling junior waktu itu.

Kegiatan di Singapura cukup padat. Selama tiga hari, tiap hari kami dibawa berkeliling mengenal lebih dekat Singapura. Kami menemui menteri, anggota parlemen, tokoh masyarakat, dan warga lokal.  Kami menngunjungi permukiman penduduk, tempat ibadah, dan tempat-tempat keramaian.  Juga menikmati aneka kuliner dan lokasi-lokasi wisata.

Di hari terakhir kami mewawancarai Deputi Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. Kami menemuinya di ruang kerjanya.

Usai wawancara sudah sore. Kami kembali ke hotel. Malam itu rombongan wartawan hendak menikmati hari terakhir di Singapura.  Karena itu kami bersepakat bahwa hasil wawancara dengan Lee Hsien Loong tidak akan dikirimkan ke Jakarta hari itu. Nanti saja kalau sudah tiba di Tanah Air.

Sebenarnya aku ingin protes dengan keputusan itu. Apalagi redaktur halaman satu di Jakarta sudah meminta agar wawancara itu ditulis segera. Tapi karena sudah ada kesepakatan,  aku ikut saja.

Aku jelaskan kepada redaktur di Jakarta bahwa semua bersepakat tidak menuliskan hasil wawancara itu. Jadi aku terikat dengan kesepakatan itu.

“Tapi pasti ya yang lain nggak nulis ya,”   redaktur di Jakarta meyakinkan.

“Pasti Mas. Nggak enak kalau nanti kita muat sendiri,” jawabku.

Maka malam itu pergilah kami semua berkeliling Singapura.  Hanya satu orang, wartawan senior dari media nasional di Jakarta yang tak ikut serta. Dia memilih untuk istirahat di hotel saja.

Dia mengaku sangat kelelahan. Dan lagi, alasannya dia sudah sangat sering ke Singapura. Jadi tak tertarik untuk ikut jalan-jalan. Malam itu kami lalui dengan senang hati. Menikmati Singapura di waktu malam dan membeli oleh-oleh. Kami kembali ke hotel dinihari dengan badan keletihan.

Pagi-pagi redaktur meneleponku sambil marah-marah. Ternyata wartawan senior yang tinggal di hotel, menulis berita wawancara dengan Wakil PM Singapura Lee Hsien Loong.  Berita itu dimuat di halaman depan korannya. Jadilah berita itu eksklusif, karena tak satupun media nasional yang memuatnya, termasuk Republika. Semua kebobolan.

Aku jengkelnya minta ampun. Ternyata kami semua dibohongi. Kami sudah sepakat menunda menulis wawancara itu, dia melanggarnya . Wartawan lainnya yang belakangan tahu juga tak kalah kesalnya.

Sejak pertama jadi wartawan aku diajarkan untuk tak gampang percaya dengan informasi yang kuterima. Tak gampang percaya dengan yang dikatakan narasumber. Mulai saat itu aku menambahkan satu daftar lagi, jangan gampang percaya dengan kesepakatan sesama wartawan. 

Tips mendapatkan berita eksklusif

- Bangun hubungan saling percaya dengan narasumber

- Simpan nomor kontak narasumber penting termasuk orang dekatnya seperti ajudan dan sopir

- Dalami isu di desk Anda ditempatkan

- Jika melakukan wawancara bersama, sampaikan pertanyaan kunci saat ada kesempatan bertanya sendiri

- Cari angle yang paling menarik  dan tidak biasa dari sebuah peristiwa

- Lengkapi tulisan dengan data hasil riset

- Jangan gampang menyerah mendapatkan informasi penting

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat