Pekerja menyelesaika konstruksi di Jakarta, beberapa waktu lalu. | EPA-EFE/BAGUS INDAHONO

Internasional

Asia Pasifik Bertekad Pulihkan Ekonomi

Asia Pasifik bertekad untuk mempertahankan sistem perdagangan dan investasi multilateral.

TOKYO -- Jepang, Korea Selatan, Cina, dan ASEAN bertekad untuk menggandakan upaya membantu pemulihan ekonomi kawasan. Mereka juga menyatakan komitmen untuk mempertahankan sistem perdagangan dan investasi multilateral.

Hal ini dituangkan dalam pernyataan bersama usai pertemuan para gubernur bank dari Jepang, Korsel, Cina, dan ASEAN, Jumat (18/9). Pertemuan tersebut digelar di sela sidang tahunan Bank Pembangunan Asia (ADB).  

"Kami akan tetap berhati-hati menyikapi risiko buruk yang masih berlangsung. Kami mengambil sejumlah langkah untuk mengurangi kerentanan pada risiko tersebut dan bertekad akan terus menggunakan segala kebijakan yang ada untuk mendukung pemulihan berkelanjutan," demikian pernyataan mereka.

"Kami juga akan tetap berpegang pada komitmen untuk menjunjung tinggi sistem perdagangan dan investasi yang terbuka dan berpegang pada aturan multilateral dan memperkuat integrasi dan kerja sama kawasan," ujar mereka yang dikutip CGTN.

Eropa waswas

Saat berita ini ditulis pada Jumat, data Johns Hopkins University menunjukkan, kasus global Covid-19 telah melampaui angka 30,2 juta kasus dan lebih dari 946 ribu kematian. Semua ini terhitung sejak kasus Covid-19 muncul pertama kali pada Desember 2019 di Wuhan, Cina.

Amerika Serikat, India, dan Brasil masih menjadi negara dengan kasus tertinggi. AS, misalnya, tercatat menghadapi lebih dari 6,67 juta kasus, India lebih dari 5,21 juta kasus, dan Brasil lebih dari 4,45 juta kasus.

Laman BBC menyebutkan, penyebaran kasus di India tercatat lebih cepat dibandingkan negara lain. Kasus baru di India dalam 24 jam tercatat mencapai 96.424 kasus dan kurva ini tidak menunjukkan tanda akan melandai. Sebanyak 1.174 orang meninggal dalam kurun waktu 24 jam yang sama.

Kementerian Kesehatan India menyebutkan, dengan 5,21 juta kasus berarti porsinya mencapai 0,37 persen dari jumlah populasi sebanyak 1,4 miliar jiwa. Total pasien yang meninggal telah lebih dari 84 ribu jiwa. Para ahli menyebutkan, angka nyata di India mungkin lebih besar dari yang tercatat.

Pada Kamis, Perdana Menteri India Narendra Modi memohon agar warganya memakai masker dan menjaga jarak sosial. Pemerintahannya kini sedang menyiapkan acara pertemuan besar-besaran dalam menyambut hari besar umat Hindu mulai Oktober.

Sementara itu, Eropa waswas menghadapi musim dingin di tengah pandemi. Banyak negara belahan bumi utara kini bersiap menghadapi kemungkinan gelombang kedua kasus Covid-19.  

"Kita menghadapi situasi yang amat serius," kata Direktur Badan Kesehatan Dunia (WHO) kawasan Eropa, Hans Kluge, yang dkutip BBC, Kamis (17/9).

Ia memaparkan, lockdown atau penguncian wilayah yang diberlakukan pada musim semi dan awal musim panas lalu telah menunjukkan hasil nyata. Berbagai negara dunia, termasuk di Eropa, kemudian memberlakukan sejumlah pelonggaran.

"Pada Juni, kasusnya berada di titik terendah selama ini," kata Kluge. "Catatan kasus pada September, bagaimanapun, seharusnya menjadi alarm tanda peringatan bagi kita semua."

Dia mencatat, dalam dua pekan terakhir, kasus baru Covid-19 berlipat ganda di separuh negara-negara Eropa. Pekan lalu saja, ada sekitar 300 ribu infeksi baru di Eropa. Jumlah kasus pekanan ini bahkan melampaui angka saat mencapai puncaknya pada Maret.

Pada Jumat (18/9), Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis menyatakan siap memberlakukan sejumlah pembatasan kembali di Athena dan sekitarnya.  Menurut dia, komite yang terdiri atas para ahli kesehatan menyarankan pembatasan ekstraketat untuk acara pertemuan, menangguhkan acara kebudayaan selama 14 hari, dan sejumlah langkah lain.

"Langkah-langkahnya bisa diputuskan hari ini (Jumat --Red) dan berlaku mulai Senin," kata Mitsotakis.

Tes DnaNudge 

Sementara, Inggris mengembangkan tes Covid-19 yang mampu memberikan hasil dalam waktu sekitar satu jam. Jurnal ilmiah Lancet menuliskan bahwa tes tersebut, DnaNudge, tidak memerlukan laboratorium dan dinilai akurat dalam hampir semua kasus yang diuji coba.

Menurut Reuters, Jumat (18/9), tes baru ini berdasarkan rancangan tes DNA yang dikembangkan profesor di Imperial College London. Izin penggunaannya telah disahkan Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHPRA) pada akhir April.

Dalam penelitian Lancet Microbe, tes DnaNudge memiliki tingkat sensitivitas untuk mendeteksi Covid-19 hingga 94,4 persen. Bahkan, untuk mereka yang tidak terinfeksi, hasil tes mencapai 100 persen akurat. Dalam prosesnya, tes ini membutuhkan swab dari hidung.

Jurnal Lancet menggambarkan tes ini sebagai "tes yang sensitif, spesifik, dan cepat untuk mengetahui keberadaan SARS-CoV-2 tanpa penanganan laboratorium atau pemrosesan sampel."

Dalam perkembangan lain, badan yang mengatur izin obat-obatan Eropa, European Medicines Agency (EMA), pada Jumat, mendukung penggunaan obat steroid dexamethasone untuk mengobati pasien Covid-19 yang parah. Sebelumnya, Eropa juga mengizinkan pemakaian obat antivirus Remdesivir pada Juli.

EMA menilai, dexamethasone bisa menjadi pilihan untuk pengobatan pasien dewasa dan dewasa muda yang membutuhkan terapi oksigen atau ventilator mekanis. Dexamethasone dapat digunakan untuk pasien berusia 12 tahun ke atas dengan berat badan sekurangnya 40 kilogram. Dosis yang disarankan adalah 6 miligram satu kali sehari untuk sekitar 10 hari. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat