Warga melintas di depan markas perusahaan vaksin Sinovac di Beijing. | EPA-EFE/ROMAN PILIPEY

Kabar Utama

RI Amankan Jatah Vaksin dari Unicef

10 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac tiba November.

JAKARTA -- Pemerintah Indonesia mengamankan pengadaan vaksin Covid-19 dengan harga terjangkau. Ini tercapai lewat kerja sama pemerintah dengan Badan Anak Anak PBB (Unicef) yang diresmikan Rabu (16/9). 

Kementerian Kesehatan dan Unicef menandatangani nota kesepahaman (MoU) di Auditorium Siwabessy, Kemenkes. MoU tersebut mengatur proses pengadaan barang dan jasa melalui Unicef, dari proses pengajuan, pembayaran, sampai pengiriman. Kerja sama tersebut diharapkan dapat memperlancar pemberian produk kesehatan esensial untuk masyarakat Indonesia. 

Pengadaan dan pembelian vaksin akan dilakukan melalui divisi suplai Unicef yang berkedudukan di Copenhagen, Denmark. Melalui divisi tersebut, Unicef dimungkinkan untuk melakukan pemesanan vaksin dengan jumlah yang besar dengan harga yang lebih rendah sehingga diklaim akan memberi penghematan yang signifikan. 

Perwakilan Unicef Indonesia Debora Comini mengatakan, kesepakatan ini dilatarbelakangi adanya pandemi Covid-19. Ia menegaskan, sangat penting bagi Indonesia untuk mendapatkan kemudahan akses terhadap obat-obatan dan vaksin baru. Apalagi, kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat dan Indonesia merupakan negara dengan jumlah kematian akibat Covid-19 tertinggi di Asia Tenggara. 

“Kemitraan ini akan memungkinkan Indonesia membeli vaksin baru, seperti pneumococcal conjugate vaccine (PCV) dengan harga sepertiga dari harga pasar saat ini. Jika diukur secara nasional, hal ini dapat mencegah hampir 10 ribu kematian anak setiap tahun,” kata Comini.

Banyak negara, sambung Comini, berupaya keras memenuhi kebutuhan vaksin dan obat di wilayahnya. Melalui perjanjian kerja sama ini, kata dia, Indonesia akan mendapatkan banyak keuntungan, termasuk penurunan harga vaksin dan obat serta menjalin kerja sama pengembangan vaksin antara produsen dalam negeri Indonesia (Biofarma) dan Unicef. Pihaknya mengaku sangat menantikan vaksin Covid-19.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan, sejak Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi, Indonesia telah aktif menjalin kerja sama internasional dan multilateral, termasuk melalui WHO Access to Covid-19 Tools (ACT) Accelerator-COVAX Facility. Tujuannya untuk kemudahan akses, keamanan, dan harga vaksin yang terjangkau. Ia menegaskan, Indonesia masuk kategori Advanced Market Commitment (AMC) pada COVAX Facility. 

"Dengan masuknya Indonesia pada COVAX Facility, maka Indonesia mendapatkan jaminan akses terhadap vaksin Covid-19 yang terjangkau dan berkualitas untuk 20 persen populasi berisiko pada akhir 2021," kata Menlu.

Retno mengatakan, Indonesia sejak awal pandemi Covid-19 juga konsisten menyuarakan pentingnya akses vaksin yang setara, aman, dan dengan harga terjangkau, baik melalui jalur bilateral maupun multilateral. Secara multilateral, Indonesia mengintensifkan komunikasi dengan Aliansi Vaksin GAVI, Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Wabah (CEPI), serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)—tiga institusi utama pelopor COVAX Facility yang dibentuk untuk memastikan akses adil dan merata terhadap vaksin Covid-19. 

Retno menambahkan, komunikasi dengan GAVI dan COVAX Facility terus diintensifkan, termasuk mengenai waktu ketersediaan dan harga vaksin yang diperkirakan tersedia pada 2021 ini. 

Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengatakan, kemitraan global ini bukan satu-satunya inisiatif global. Kerja sama pemerintah dengan produsen pun terus dilakukan untuk memastikan vaksin Covid-19 tersedia untuk seluruh negara, baik negara yang berpenghasilan tinggi maupun rendah.

Dalam konteks COVAX Facility, kata Terawan, Unicef memiliki peran sangat penting. Setiap negara akan memiliki akses yang aman, cepat, dan merata terhadap vaksin Covid-19 yang sudah ditetapkan dan diproduksi. 

“Unicef dan mitranya berkomitmen terhadap negara-negara yang telah bergabung dalam COVAX, termasuk Indonesia, untuk mengadakan dan memberikan vaksin Covid-19 yang aman dan efektif secara cepat dan dalam skala besar,” kata dia.

Terawan berharap kerja sama tersebut dapat mempercepat pengendalian Covid-19. “Semoga upaya kita bersama dalam memerangi Covid-19 ini dapat segera mengakhiri pandemi ini dan mengembalikan kesehatan bangsa dan masyarakat Indonesia seperti sedia kala,” ujar Terawan. 

Vaksin segera

Negara-negara di dunia saat ini terus berlomba memproduksi vaksin Covid-19. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat diwawancara program “Fox & Friends” di stasiun televisi Fox News, Selasa (16/9), mengatakan, vaksin Covid-19 akan tersedia dalam hitungan pekan. Ia menegaskan, sejak awal, ia ingin AS mendapatkan vaksin secepat mungkin. 

"Saya tidak melakukannya untuk alasan politik, saya ingin vaksin cepat tersedia. Saya mempercepat prosesnya dengan FDA (Badan Obat-obatan Federal Amerika Serikat). Kami akan memiliki vaksin dalam hitungan pekan, bisa empat pekan atau delapan pekan. Kami memiliki banyak perusahaan hebat," kata Trump, seperti dikutip Fox News.  

Pernyataan mengenai vaksin tersebut disampaikan setelah sejumlah politisi dari Partai Demokrat mempertanyakan keamanan vaksin yang ingin segera Trump produksi. Kandidat presiden dan wakil presiden AS dari Partai Demokrat, Joe Biden dan Kamala Harris, mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai vaksin AS.

Mereka khawatir perusahaan-perusahaan dan laboratorium farmasi mendapatkan tekanan politik untuk segera mengeluarkan vaksin virus korona. Keduanya khawatir vaksin dirilis tanpa melalui proses pengujian yang ketat. 

Perusahaan farmasi AS, Pfizer Inc, mengatakan, peserta uji coba vaksin virus korona mengalami efek samping ringan, baik ketika mereka diberi vaksin atau plasebo. Dalam telekonferensi dengan para investor, Rabu (16/9), eksekutif Pfizer mengatakan, sekitar 12 ribu peserta diberi dua dosis vaksin dalam penelitian yang sedang berjalan. Perusahaan itu menguji lebih dari 29 ribu orang dari 44 ribu sukarelawan yang mendaftar.

Vaksin Covid-19 Pfizer dikembangkan bersama perusahaan Jerman, BioNTech. Pfizer mengatakan akan terus melakukan pemeriksaan keamanan dan kemampuan manusia dalam menoleransi vaksin yang sedang mereka kembangkan. Perusahaan itu mengungkapkan, komite pemantauan data independen dapat menyarankan penelitian ditunda sementara. Namun, langkah itu belum diambil hingga saat ini. 

Perusahan farmasi AS lainnya, Astra Zeneca, sejak awal September memutuskan menunda uji coba vaksin mereka di Amerika. Penundaan itu dilakukan setelah ada sukarelawan yang mengalami efek samping cukup parah. Astra Zeneca mulai kembali menggelar uji coba di Inggris dan Brasil setelah mendapat lampu hijau dari Pemerintah Inggris, tapi mereka masih menunda uji coba di Amerika.

Di belahan dunia lain, Rusia mulai menggelar uji coba vaksin Sputnik V. Dokumen mengenai uji coba klinis vaksin Covid-19 yang berjudul Gam-COVID-Vac-2020 menyebutkan, setiap peserta uji coba akan menjalani pemeriksaan Covid-19, HIV, sifilis, hepatitis B dan C, alkohol, narkoba atau zat psikostimulan lainnya. Sedangkan, peserta perempuan akan menjalani pemeriksaan kehamilan. 

"Periode screening untuk menilai kecocokan peserta pada penelitian dimulai dari saat Anda dan dokter menandatangani persetujuan dan tidak lebih dari tujuh hari sebelum Anda terlibat dalam penelitian," bunyi dokumen tersebut.

Catatan medis peserta yang mengikuti uji coba vaksin Sputnik V juga akan diperiksa. Mereka akan menjalani pemeriksaan kesehatan menyeluruh. Pemeriksaan itu akan menentukan apakah peserta cocok atau tidak dengan uji coba klinis yang akan dilakukan. 

Satu hari sebelum diberi vaksin, peserta uji coba disarankan untuk tidak melakukan aktivitas fisik yang berat. Sputnik V yang dikembangkan Gamaleya Scientific Research Institute of Epidemiology and Microbiology membuat Rusia menjadi negara pertama yang mendaftarkan vaksin Covid-19.

Di tempat lain, Jerman percaya diri memiliki akses ke berbagai vaksin virus korona. Wakil Ketua Dewan Komisi Vaksin Badan Kesehatan Jerman Robert Koch Institute (RKI), Dr Sabine Wicker mengatakan, Negeri Panzer memiliki banyak kandidat vaksin. 

Dilansir dari Deutsche Welle dalam wawancaranya dengan surat kabar dari Funke Media Group, Wicker mengatakan, sejumlah vaksin mungkin lebih cocok untuk kelompok tertentu seperti orang lanjut usia. Wicker menjelaskan, komisi vaksin RKI akan menentukan siapa yang lebih dulu mendapatkan vaksin ketika vaksin sudah tersedia. 

Wicker mengatakan, RKI sudah membentuk komisi yang menentukan siapa mendapatkan vaksin lebih dulu pada awal tahun ini. Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn dan Menteri Penelitian Anja Karliczek mengatakan, mereka yakin vaksin virus korona sudah akan tersedia pada 2021.

Namun, ia menyebut ada kemungkinan vaksin baru tersedia pada pertengahan tahun depan. Hal tersebut karena keamanan vaksin masih harus dipastikan. 

10 juta dosis 

PT Bio Farma (Persero) memiliki dua pendekatan strategis dalam hal pembuatan vaksin, yaitu untuk jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka panjang, Bio Farma mengembangkan vaksin Merah Putih yang berkolaborasi dengan Lembaga Biomolekuler Eijkman. Adapun kerja sama dengan perusahaan farmasi Cina, Sinovac, merupakan strategi jangka pendek.

Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir mengatakan, Bio Farma akan menerima bahan baku vaksin dari Sinovac pada November 2020 sebanyak 10 juta dosis. Lalu secara berturut-turut akan dikirimkan 40 juta dosis dalam jangka waktu Desember 2020 hingga Maret 2021. Jadi, total bahan baku vaksin yang akan Bio Farma terima dari Sinovac sebanyak 50 juta dosis vaksin. 

"Sinovac sudah komitmen mengirimkan bulk vaksin Covid-19 sebanyak 50 juta dosis hingga Maret 2021. Kemudian mereka juga akan memprioritaskan bahan baku vaksin Covid-19 tersebut sebanyak 210 juta dosis hingga Desember 2021 sehingga total dari Sinovac ada 260 juta dosis," kata Honesti, saat menerima kunjungan Ketua MPR Bambang Soesatyo di kantor Bio Farma, Bandung, Selasa (15/9).

photo
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro (tengah) berbincang dengan Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir (kanan) saat kunjungan kerja di Gedung Bio Farma, Jalan Pasteur, Kota Bandung, Rabu (29/7). - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

Honesti menjelaskan, kandidat vaksin dari Sinovac masih dalam tahap uji klinis tahap III di Bandung. Pelaksanaan uji klinis bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Unpad yang melibatkan 1.620 relawan. Dia juga mengungkapkan, pemilihan Sinovac berdasarkan daftar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyatakan bahwa Sinovac merupakan salah satu perusahaan yang penelitian vaksin Covid-19-nya sudah masuk ke tahap uji klinis tahap III.

"Sinovac juga bukanlah mitra asing bagi Bio Farma. Karena dalam perjalanannya, Bio Farma dan Sinovac sudah melakukan pengembangan produk bersama. Mereka salah satu perusahaan vaksin yang sudah mendapatkan sertifikasi dari WHO," ucap Honesti. 

Selain itu, menurut Honesti, vaksin Covid-19 yang Sinovac kembangkan ialah jenis vaksin inactivated atau vaksin yang sudah dimatikan dan Bio Farma sudah menguasai metode pembuatan vaksin tersebut. 

Dia menambahkan, pengembangan vaksin Sinovac penting dilakukan sambil menunggu vaksin Merah Putih, yang diharapkan dapat diproduksi pada kuartal III dan IV 2022. Pembuatan bibit vaksin dilakukan Eijkman. Rencananya, bibit vaksin tersebut akan diserahkan kepada Bio Farma pada kuartal I atau kuartal II 2021 untuk selanjutnya dilakukan preclinical trial, uji klinis tahap I, II, dan III, kemudian diregistrasikan ke Badan POM.

Selain dari Sinovac, untuk memenuhi kebutuhan vaksin di Indonesia, salah satu anggota holding BUMN farmasi, yaitu PT Kimia Farma sudah melakukan MoU dengan perusahaan farmasi dari Uni Emirat Arab, G42, untuk mendapatkan 10 juta dosis vaksin dalam bentuk jadi pada Desember 2020. Selain 10 juta dosis pada 2021, G42 berkomitmen memberikan suplai sebanyak 50 juta dosis.

Ketua MPR Bambang Soesatyo mengatakan, kunjungannya ke Bio Farma untuk memastikan proses pengadaan vaksin Covid-19 sudah berjalan. Bambang menyampaikan, saat  ini Indonesia sedang dihadapkan tarik ulur dua kutub kepentingan, yaitu antara melindungi kesehatan masyarakat atau menyelamatkan perekonomian negara yang terus tergerus dampak pandemi.

"Ada langkah yang sangat urgen dan segera dilaksanakan, salah satunya menemukan segera vaksin yang tidak saja efektif untuk melawan Covid-19, tetapi juga aman ketika kita gunakan. Di sini peran sentral dan menentukan Bio Farma sebagai pesohor industri farmasi, yang produknya telah digunakan di lebih dari 150 negara," ucap Bambang. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat