Jaringan teknologi 5G akan menawarkan berbagai keunggulan dibandingkan pendahullunya, 4G LTE. | David Jensen/EMPICS Entertainment

Inovasi

Mengulik Manfaat Jaringan Supercepat

Kunci kesuksesan penerapan 5G di Indonesia terletak pada kolaborasi antar pemangku kepentingan.

 

Teknologi jaringan 5G digadang-gadang akan menjadi teknologi yang dapat membantu kegiatan manusia menjadi lebih cepat dan efisien. Sebagai teknologi lanjutan dari 4G long term evolution (LTE) yang kita nikmati saat ini, teknologi 5G menawarkan latensi dan throughput yang jauh lebih baik. 

“Latensi 5G dibanding dengan 4G itu 30 sampai 50 kali lebih cepat, hanya satu millisecond. Untuk throughput bandwith memang kita tahu 5G, simpel-nya dari megabyte ke gigabyte gitu ya. Jadi, ini 100 kali lebih cepat dibanding dengan 4G,” ujar Huawei Consumer Business Group Director, Lo Khing Seng dalam acara webinar “5G is On, for Smart and Better Indonesia”, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, arsitektur jaringan 4G adalah lebih kurang 10 ribu untuk satu kilometer persegi, sementara jaringan 5G dapat mencapai satu juta konektivitas per satu kilometer persegi. Sementara untuk mobilitas, jaringan 5G diujicobakan pada high speed railway dengan kecepatan 500 kilometer per jam. 

Jaringan 5G juga dapat berfungsi dengan baik di uji coba tersebut, sementara 4G hanya mentok di 350 kilometer per jam. Terkait arsitektur jaringan, Khing Seng mengungkapkan, 5G memiliki karakteristik menarik, yaitu fleksibelitas dan mampu mendeteksi kebutuhan apa yang diutamakan.

“Jadi bisa memfokuskan, apakah kebutuhan untuk throughput atau latensinya yang diperlukan oleh user. Inilah yang membuat 5G menghasilkan connectivity menjadi lebih smart, lebih intelegence,” kata Khing Seng.

Secara tren global, teknologi jaringan 5G ini akan lebih banyak digunakan untuk enhanced mobile broadband, ultra-reliable low latency communication dan massive machine type communication.

Huawei kini sudah membuat pusat inovasi global bernama  Wireless X Labs. Sebagai penyedia infrastruktur jaringan 5G, Huawei telah membuat inovasi terbaru dengan 186 mitra industri untuk membuka contoh kasus dalam penerapan 5G. 

Untuk penerapan teknologi ini di Indonesia, Huawei masih menunggu regulasi dari pemerintah. “Kita secara ekosistem dari pemerintah, penyedia layanan, teknologi, asosiasi, komunitas, akademis bersama-sama mencari poin-poin apa yang membutuhkan solusi 5G di Indonesia,” ujar Khing Seng.

Dengan begitu, ia melanjutkan, siklus belajar Indonesia menjadi lebih singkat. Para pelaku usaha di Indonesia pun diharapkan dapat memanfaatkan jaringan 5G, untuk mewujudkan solusi teknologi tersendiri.

Menyimpan Banyak Tantangan

photo
Teknologi 5G - (Freepik)

Menurut survei yang dilakukan oleh Asosiasi Internet of Things di 2019, kesiapan Indonesia untuk menyambut era 5G sudah mencapai 65 persen setara dengan 175 juta penduduk di Indonesia. Ketua Umum Asosiasi Internet of Things Indonesia, Teguh Prasetya mengungkapkan, kunci kesuksesan penerapan 5G di Indonesia juga tergantung pada kolaborasi yang baik antara pemerintah sebagai regulator dengan para perusahaan penyedia jasa telekomunikasi, termasuk dengan para konsumennya.

Saat ini, menurut Teguh, ada beberapa tantangan yang dialami Indonesia dalam implementasi 5G. Pertama adalah regulasi yng terkait dengan di frequency band mana jaringan 5G akan diimplementasikan. “Ini tentunya masih dijajaki dan masih ditata oleh Pemerintah,”kata Teguh.

Kedua, model penyelenggarannya. Apakah semua operator akan menggelar jaringan 5G atau hanya beberapa operator yang menggelar jaringan 5G, sementara yang lain bisa melakukan sharing resource, lalu di mana lokasi penyelenggaraan jaringan 5G.

Ketiga, ekosistem pendukung jaringan 5G, seperti perangkat, platform, aplikasi hingga ke konten. “Kemudian isu berikutnya terhadap industri, seperti apa lokal produksinya, kemudian TKDN-nya. Kalau itu perlu TKDN dan standar nasional Indonesianya seperti apa kalau itu diperlukan,” ujar Teguh.

Di samping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah penyiapan sumber daya manusia (SDM) untuk semua lini, seperti mendukung industri perangkat, industri platform, jaringan, aplikasi dan konten yang terkait dengan 5G. Penyiapan SDM ini terkait dengan kompetensi, model pendidikan, sertifikasi dan kurikulum.

Teguh mengatakan Asosiasi Internet of Things Indonesia harus mengetahui aplikasi apa yang dibutuhkan untuk Indonesia. Karena Indonesia memiliki daerah yang tersebar, seperti daerah perkotaan, pedesaan, rural area, bahkan perbatasan, juga untuk kawasan industri atau area-area perkebunan.

Menurutnya, dengan adanya 5G, tentunya IoT untuk smart city akan semakin mudah diimplementasikan. Contohnya, kalau tadinya hanya untuk mengatur lampu lalu lintas, dengan adanya 5G, lalu lintas manajemen parkir dan sebagainya bisa terintegrasi satu sama lain.

Begitu juga dengan smart home. Jika tadinya sensor tersebut berjalan masing-masing, dengan adanya 5G tentunya bisa diintegrasikan semuanya. Contohnya, bagian hiburan, keamanan, daya, hingga sistem pemanas disesuaikan dengan kondisi yang ada di sekelilingnya. Jadi dengan begitu, Teguh melanjutkan, akan menjadi comperehensive smart home management.

Ia pun memperkirakan pertumbuhan pasar untuk aplikasi, solusi, perangkat, jaringan dan platform pada 2022 mendatang. “Kita perkirakan marketnya adalah sebesar Rp 444 triliun atau 31,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dan main contribute-nya 78 persen dari platform dan aplikasi. Jaringan termasuk 5G itu ada di sembilan persen, perangkat ada di 13 persen.,” ujar Teguh.

Diperkirakan, pada 2022 mendatang, diperkirakan akan ada 400 juta perangkat sensor atau devices. Dengan peruntukan teknologi 5G untuk industri manufaktur sebesar 16 persen, kesehatan 15 persen, asuransi 11 persen, keamanan perbankan 10 persen, dan retail sebesar delapan persen. 

 
Ada beberapa tantangan yang dialami Indonesia dalam implementasi 5G.
Teguh Prasetya, Ketua Umum Asosiasi Internet of Things Indonesia
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat