Sejumlah tenaga kesehatan mendorong peti mati berisi jenazah dokter Oki Alfin yang meninggal akibat Covid-19, di RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu (12/9). | FB Anggoro/ANTARA FOTO

Nasional

Dokter Terus Berguguran

Enam dokter di antaranya gugur dalam waktu 24 jam terakhir.

JAKARTA -- Sebanyak 115 dokter meninggal dunia karena terpapar Covid-19 di tempat mereka mengabdi hingga Sabtu (12/9). Bahkan, enam orang di antaranya meninggal dalam waktu 24 jam terakhir atau data sejak Jumat (11/9) pukul 12.00 WIB hingga Sabtu pukul 12.00 WIB. Jumlah itu mengeringan mengingat dokter dan tenaga kesehatan lainnya adalah tulang punggung dalam memerangi penyebaran virus korona baru dari Wuhan, Cina, tersebut.

"Ada tambahan enam orang (dokter meninggal)," kata Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Mohammad Adib Khumaidi SpOT kepada Republika, Sabtu (12/9).  

Adib yang juga ketua Tim Mitigasi IDI menjelaskan, data dari Survei Tim Mitigasi IDI menyatakan, tujuh dari 115 dokter yang meninggal itu merupakan guru besar. Selain itu, 51 lainnya merupakan dokter spesialis dan 57 orang adalah dokter umum. Jumlah itu di luar perhitungan dokter gigi dan perawat yang meninggal dunia akibat Covid-19. "Dengan kondisi saat ini, kami meminta masyarakat untuk tetap membantu melakukan protokol kesehatan dalam setiap aktivitas," kata dia.

Abainya masyarakat dengan protokol kesehatan, kata dia, berisiko pada kenaikan kasus. Eskalasi kasus dengan jumlah yang besar akan membuat para dokter dan tenaga kesehatan rawan terpapar. 

Adib yang memimpin survei ini mengatakan, penularan Covid-19 pada dokter terjadi saat menangani pasien Covid-19 secara langsung. Kemudian, saat melakukan pelayanan kesehatan secara umum. Para dokter melakukan tindakan medis umum, tapi ternyata belakangan diketahui pasiennya mengalami Covid-19.

Selain itu, dokter kemungkinan terpapar melalui pelayanan nonmedis, seperti dari keluarga dan komunitas. Gambaran ini, kata dia, menunjukkan pekerjaan dokter berisiko sangat tinggi untuk terpapar Covid-19 di samping orang tanpa gejala. Karena itu, Adib berharap pemerintah bertindak tegas terhadap pelanggar protokol kesehatan. "Diikuti juga para aparat pemerintah juga memberikan contoh dengan melakukan protokol kesehatan dalam aktivitas mereka sehari-hari," kata Adib.

Pada Jumat (11/9), ada dua nama dokter yang tercatat gugur akibat Covid-19. Salah satunya, dr Garjito Hardjosukarso SpJP. Praktisi Kesehatan, Prof Ari Fahrial Syam, mengaku sedih dengan kepergian dr Garjito yang dinilainya sebagai salah satu dokter yang hebat.

"Saya mengenal almarhum sebagai sesama dokter spesialis di RS Thamrin Salemba (sekarang Radjak Hospital)," ujarnya melalui keterangan tertulis pada Sabtu (12/9).

Ia mengungkapkan, sebagai seorang dokter yang melakukan endoskopi, Ari sering kali konsultasi kardiologi untuk toleransi tindakan. "Hebatnya almarhum yang jauh lebih senior dari saya akan berusaha menjawab konsul saya walau di hari libur sekalipun."

photo
Isteri dokter Oki Alfin menangis di kursi roda saat melepas jenazah suaminya yang meninggal akibat Covid-19, di RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu (12/9). Almarhum dokter Oki terpapar virus Covid-19 dari pasien yang dirawatnya di Puskesmas Gunung Sahilan 1 Kabupaten Kampar - (FB Anggoro/ANTARA FOTO)

Gubernur Riau Syamsuar melepas jenazah dr Oki Alfin yang wafat di RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Sabtu (12/9). Syamsuar, bersama pelayat dan keluarga almarhum melakukan shalat jenazah di pelataran parkir RSUD.

“Saya mendapat cerita dokter ini adalah pekerja keras dan rajin, dan alhamdulillah dokter ini jadi contoh kita bersama bahwa beliau merupakan dokter yang betul-betul melayani masyarakat,” kata Syamsuar sambil meneteskan air mata.

Dokter Oki meninggal dalam usia muda, yakni 29 tahun, dan baru tahun lalu lulus sebagai PNS untuk mengabdi di Puskesmas Gunung Sahilan 1 di Kabupaten Kampar. Direktur RSUD Arifin Achmad, dr Nuzelly Husnedi MARS, mengatakan, Oki meninggal di ruang isolasi Pinere sekitar pukul 08.06 WIB setelah baru satu hari dirawat di tempat itu. 

Mantan ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii Maarif mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait kondisi ini. Surat tersebut berisi penekanan agar pemerintah pusat serius dalam menangani pandemi Covid-19 supaya tidak ada lagi tenaga kesehatan berguguran.

Isi surat tersebut juga diunggah di akun Twitter, @SerambiBuya. Republika sudah mengonfirmasi kebenaran surat itu kepada salah satu pengurus maarif Institute pada Ahad (13/9).

"Yang Mulia Presiden Republik Indonesia Jokowi. Sebagai salah seorang yang tertua di negeri ini, batin saya menjerit dan goncang membaca berita kematian para dokter yang sudah berada pada angka 115 pagi ini plus tenaga medis yang juga wafat dalam jumlah besar pula," kata Buya dalam surat tersebut. 

Buya merasa prihatin dengan kondisi pandemi yang mengorbankan ratusan dokter dan perawat sebagai garda terdepan dalam penanganan Covid-19. Mereka bertumbangan satu per satu, dan angkanya terus bertambah setiap hari.

"Sebagai salah seorang yang tertua di negeri ini, batin saya menjerit dan goncang membaca berita kematian para dokter yang sudah berada pada angka 115 pagi ini plus tenaga medis yang juga wafat dalam jumlah besar pula," kata anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini.

Gugur Jumat-Sabtu:

- dr Dharma Widya (Aceh Timur)

- dr Gardjito Hardjosukarso, SpJP (Jakarta Pusat)

- Kol CKM (prn) dr H Syahruddin Sp THT-KL (Bekasi)

- dr Ananto Prasetya Hadi, MKM (RSCM/Kemkes)

- dr Oki Alfian (Kampar)

- dr Sutrisno (Medan)

SUMBER: IDI

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat