Warga antre dengan menerapkan jaga jarak saat mendaftarkan diri menjadi calon penerima bantuan tunai usaha mikro di gedung serbaguna Bagawanta, Kediri, Jawa Timur, Selasa (8/9). | ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

Jawa Timur

Jatim dalam Fase Bahaya

Dalam sepuluh hari terakhir, intensitas penyebaran Covid-19 di Jatim lebih tinggi.

SURABAYA -- Penyebaran kasus Covid-19 di sejumlah daerah mengalami kenaikan signifikan dalam sebulan terakhir. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, dalam sepuluh hari terakhir, intensitas penyebaran Covid-19 di Jatim lebih tinggi. Bahkan diakuinya, penyebaran virus SARS CoV-2 itu menyebar lebih cepat 10 kali lipat. 

"Bagi saya sesungguhnya melihat format penyebaran dari survei terakhir sudah sepuluh harian, agak intens. Spreading-nya sedang lagi membahayakan. Jadi bisa mengalami percepatan sampai 10 kali lipat," ujar Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (8/9).

Dilansir dari data yang dirilis Kominfo Jatim, dalam sepuluh hari terakhir jumlah penambahan pasien positif Covid-19 berada di atas 300 orang setiap harinya. Bahkan, pada 30 Agustus 2020, penambahan pasien positif Covid-19 mencapai 466 orang. Pada Senin, 7 September 2020 penambahan pasien positif Covid-19 di Jatim sebanyak 307 orang. Sehingga, total pasien positif Covid-19 di Jatim sebanyak 35.941 orang. 

photo
Sejumlah siswi mengikuti kegiatan belajar mengajar (KMB) tatap muka terbatas di SMA Negeri 3, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin (7/9). Sebanyak 14 SMA di Kabupaten Jombang mulai melaksanakan KMB secara tatap muka terbatas setelah melalui proses verifikasi kesiapan sarana dan prasarana protokol kesehatan. - (SYAIFUL ARIF/ANTARA FOTO)

"Kalau kita kemarin berbicara rate of transmission satu orang bisa menyebarkan ke beberapa orang dan sterusnya. Ini satu berpotensi ke sepuluh orang," ujarnya. 

Khofifah pun meminta masyarakat memperhatikan benar penggunaan masker. Bukan hanya sekadar sebagai syarat, tetapi harus sesuai dengan tata cara yang disyaratkan. Termasuk tidak membuka bagian hidung, atau menaruhnya di dagu. 

"Pada posisi ini menggunakan masker ini kewajiban. Mungkin ini akan menjadi dresscode (berpakaian) kita dalam suatu kesatuan," kata dia. 

Khofifah juga meminta masyarakat memperhatikan kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan anti septik. Cara seperti ini diyakini bisa menghambat penyebaran Covid-19. "Kita tidak tahu penyebaran Covid-19 itu berhenti. Maka kita harus menjadi bagian pertama yang melindungi. Kita melindungi maka orang yang bersama kita juga terlindungi," ujarnya.

Peningkatan kasus juga terjadi di Jawa Tengah. Menurut Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, masyarakat harus lebih berhati-hati terhadap penyebaran Covid-19 saat ini. Peningkatan kasus di Kota Yogyakarta, kata dia, terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

"Akhir bulan Juli jumlah total kasus positif Covid-19 tidak sampai 40 kasus. Namun selama bulan Agustus hingga awal September mencapai 180 kasus," kata Heroe yang juga Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta tersebut.

Ia menyebut, sebagian kasus positif di Kota Yogyakarta merupakan orang tidak bergejala (OTG). Terlebih, klaster baru penyebaran Covid-19 pun ada di Kota Yogyakarta. Karena itu, ia mewanti masyarakat tidak lengah.

photo
Petugas kesehatan bersiap untuk melakukan tes usap atau tes swab di Pasar Hewan Sunggingan, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (8/9). Akibat adanya indikasi positif Covid-19 di pasar tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali bekerja sama dengan BBTKLPP Yogyakarta melakukan tes swab kepada pedagang dan belantik sapi. - (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

"Sekarang yang terpapar Covid-19 sudah tidak seperti dulu, kalau dulu banyak yang menunjukkan gejala seperti sesak nafas, badan panas. Tetapi, sekarang banyak juga ditemukan OTG, sudah terpapar tetapi tidak menunjukkan gejala sama sekali," ujarnya. Heroe menuturkan, OTG dapat menyebarkan Covid-19 tanpa disadari. Untuk itu, ia menegaskan agar masyarakat terus menjalankan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. 

Kenaikan jumlah kasus juga membuat Kabupaten Banyumas, Jateng, kemabali meningkat menjadi zona oranye. Peningkatan status itu juga membuat Bupati Banyumas, Achmad Husein memutuskan menunda rencana pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sejumlah sekolah yang ada di wilayahnya. ''Kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk pembelajaran tatap muka,'' katanya, Selasa (8/9).

Dengan kondisi tersebut, dia menyatakan, lampu hijau yang sebelumnya diberikan pada sekolah untuk penyelenggaraan PTM, otomatis dibatalkan. ''Kalau saya nerobos tetap menyelenggarakan PTM, nanti saya yang disalahkan karena aturannya memang tidak boleh,'' katanya.

photo
Sejumlah prajurit Kodim 0710 Pekalongan mengikuti tes usap atau tes swab di Mako Kodim 0710 Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (8/9). Pemerintah setempat dan Kodim 0710 Pekalongan mengadakan tes swab seluruh prajurit TNI untuk mencegah dan deteksi penyebaran virus Covid-19. - (ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)

Menurut Bupati, semula dia memberikan lampu hijau penyelenggaraan PTM, karena angka penularan atau reproduksi rate kasus Covid 19 di Banyumas, sudah di bawah standar WHO. Selama sekitar 9 hari, angka reproduksi rate di Banyumas berada pada kisaran 0,5 persen.

Namun saat ini, angka reproduks rate Covid 19 di Banyumas kembali melonjak mencapai 1,2 persen. ''Ini sudah lampu merah lagi. Karena itu, saya putuskan untuk menunda lagi pelaksanaan PTM di sekolah,'' katanya.

Untuk menekan angka fatalitas Covid-19, Husein sedang mendata warga yang memiliki resiko tinggi jika terjangkit Covid 19. Yakni, para orang tua di atas usia 60 tahun dan warga yang memiliki penyakit tertentu (Comorbid). ''Sudah sejak sepekan terakhir, saya minta pihak desa dan kelurahan melakukan pendataan. Saya minta pendataan selesai akhir pekan ini,'' katanya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat