Warga melintas di dekat ondel-ondel yang diberikan masker di kawasan Matraman, Jakarta, Senin (7/9). | Republika/Putra M. Akbar

Kabar Utama

Fokus Kendalikan Wabah Covid-19

Meningkatnya kasus Covid-19 menimbulkan kekhawatiran ketersediaan rumah sakit rujukan.

JAKARTA -- Presiden Joko Widodo meminta jajarannya agar fokus dan memprioritaskan penanganan pandemi Covid-19 yang semakin tinggi jumlah kasusnya. Ia menegaskan, pengendalian wabah menjadi kunci utama agar Indonesia bisa kembali pulih, baik dari sisi kesehatan maupun perekomomian. 

Presiden Jokowi menegaskan pentingnya penanganan penyebaran Covid-19 saat membuka sidang kabinet paripurna penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi untuk penguatan reformasi tahun 2021 di Istana Negara, Senin (7/9). “Fokus kita tetap yang nomor satu adalah kesehatan, penanganan Covid-19. Yang berkaitan dengan urusan penanganan Covid-19 harus betul-betul menjadi fokus kita,” kata Jokowi.

Jokowi menambahkan, kunci agar perekonomian Indonesia bisa kembali bangkit adalah dengan mengutamakan penanganan masalah kesehatan. Jika sektor kesehatan membaik, kata dia, maka kondisi ekonomi pun akan ikut membaik.

“Ekonomi akan mengikuti, sekali lagi kalau penanganan Covid-19 baik, kalau kesehatan baik, ekonominya juga akan membaik,” ucap dia.

Jokowi dalam sidang kabinet paripurna juga sempat menegur Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto terkait ketimpangan angka tes Covid-19 di sejumlah daerah. Presiden melihat ada provinsi dengan kemampuan tes yang cukup tinggi, sementara provinsi lainnya hanya melakukan tes Covid-19  dalam kapasitas rendah. Kondisi ini membuat sebaran Covid-19 di daerah tidak bisa dilihat secara nyata. 

Jokowi meminta Menkes untuk membuat desain perencanaan tes Covid-19 yang lebih baik. Perencanaan tersebut, antara lain, berupa jumlah laboratorium yang harus ada di sebuah provinsi hingga reagen yang harus terdistribusi pada sebuah provinsi. 

"Perencanaan itu kita perlukan sehingga kelihatan nanti, kasus-kasus positif ini berada di wilayah atau provinsi yang mana," ujar Jokowi. 

Para kepala daerah juga diingatkan agar hati-hati dalam memutuskan pembukaan sektor ekonomi. Urusan kesehatan, tegas Jokowi, harus tertangani dengan baik apabila ingin ekonomi kembali pulih sepenuhnya. 

"Memang kita ingin secepatnya restart di bidang ekonomi. Jangan sampai kita urusan kesehatan, urusan Covid-19 ini belum tertangani dengan baik, kita sudah melakukan restart di bidang ekonomi. Ini juga sangat berbahaya," kata Presiden. 

Dari seluruh provinsi di Indonesia, DKI Jakarta mencatatkan kemampuan tes ovid-19 yang paling tinggi. Per Ahad (6/9), jumlah orang yang menjalani tes PCR mencapai 6.362 orang dalam sehari. Angka ini menyumbang 48 persen dari total tes PCR nasional. DKI Jakarta juga mampu menjalankan 49.587 tes PCR dalam sepekan terakhir. Angka ini jauh di atas rekomendasi WHO untuk ibu kota, yakni 10.645 tes dalam sepekan. 

Sejumlah kalangan menilai pemerintah selama ini lebih fokus menangani dampak perekonomian daripada mengendalikan wabah. Ekonom senior Indef yang juga mantan menteri keuangan Chatib Basri menilai, strategi penanganan Covid-19 di Indonesia terlalu bertumpu pada sektor ekonomi, sedangkan penanganan virus belum dilaksanakan secara optimal.

"Ibaratnya, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, LPS, sudah bekerja maksimal, namun mereka sebagai pemadam kebakaran, akar masalahnya belum diselesaikan. Dalam penanganan virus, kita heavy di ekonomi," kata Chatib, akhir pekan lalu. 

Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia sampai saat ini masih dalam tren bertambah. Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid mengumumkan ada penambahan 2.880 kasus positif Covid-19 per Senin (7/9) sore dari 18.412 spesimen yang diperiksa. 

Penambahan kasus baru ini menjadikan total akumulasi kasus Covid-19 mencapai 196.989 kasus. Pemerintah juga masih melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap 89.992 suspek. Dari penambahan kasus terbaru, DKI Jakarta masih menyumbang kasus tertinggi yang sebanyak 1.046 kasus. Kemudian disusul oleh Provinsi Jawa Timur sebanyak 307 kasus dan Jawa Tengah sebanyak 264 kasus. 

Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengklaim penambahan lebih dari 1.000 kasus Covid-19 pada Senin merupakan akumulasi hasil tes sebelumnya yang baru keluar.  Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Dwi Oktavia memaparkan, berdasarkan data terkini,  Dinkes DKI melakukan tes PCR sebanyak 6.014 spesimen.

Dari jumlah tes tersebut, sebanyak 4.871 orang dites PCR per Senin untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 703 positif dan 4.168 negatif. "Namun, penambahan kasus hari ini totalnya 1.105, karena 402 kasus adalah akumulasi data dari tanggal 4 dan 5 September 2020 yang baru dilaporkan," ujar Dwi, Senin (7/9).

Ia mengatakan, DKI memiliki tingkat tes PCR per 1 juta penduduk sebanyak 65.192 orang. Jumlah orang yang dites PCR sepekan terakhir sebanyak 52.078 orang. Adapun jumlah kasus aktif di Jakarta sampai saat ini sebanyak 11.047 (orang yang masih dirawat /isolasi). 

photo
Petugas medis membawa jenazah pasien COVID-19 saat proses pemakaman di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Alue Tampak, Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Ahad (6/9). - (SYIFA YULINNAS/ANTARA FOTO)

"Sedangkan, jumlah kasus Konfirmasi secara total di Jakarta sampai hari ini sebanyak 47.796 kasus," katanya.

Dwi mengunkapkan, positivity rate atau persentase kasus positif di Jakarta dalam sepekan terakhir mencapai 14,1 persen, sedangkan persentase kasus positif secara total sebesar 6,9 persen. WHO menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5 persen.

Pada perpanjangan kembali PSBB transisi fase satu, Pemprov DKI Jakarta menyarankan masyarakat yang ingin memasuki wilayah Jakarta untuk melakukan pemeriksaan mandiri Covid-19 melalui JakCLM di aplikasi JAKI. Melalui JakCLM, masyarakat dapat mengetahui risiko Covid-19 serta mendapatkan berbagai rekomendasi kesehatan sesuai dengan risiko yang dimiliki.

"Kontribusi masyarakat dalam pengisian JakCLM dapat membantu Pemprov DKI Jakarta untuk melakukan pencegahaan penyebaran kasus Covid-19 di Jakarta," katanya. 

Kapasitas rumah sakit

Terus meningkatnya kasus Covid-19 menimbulkan kekhawatiran terkait ketersediaan tempat tidur dan ruang isolasi di rumah sakit (RS) rujukan. Komandan lapangan RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran Letkol Muhammad Arifin mengatakan, meski terjadi peningkatan kasus Covid-19, RSD Wisma Atlet masih bisa menerima pasien tambahan. Ia mengeklaim, keterisian tempat tidur (BOR) di RSD Wisma Atlet masih 60 persen.  

"Yang dioperasikan adalah tower 6 dan 7. Satu tower bisa menampung rata-rata 1.700 pasien dan keterisian pasien masing-masing tower sekitar 900 pasien atau baru sekitar 50 hingga 60 persen," katanya saat dihubungi Republika, Senin (7/9).

Artinya, ia melanjutkan, total pasien yang dirawat di RSD Wisma Atlet saat ini sekitar 1.600 pasien. Ia menambahkan, kriteria pasien yang masuk dan dirawat di RS Darurat Wisma Atlet adalah yang mengalami gejala ringan sampai sedang dan yang memiliki penyakit penyerta (komorbid) seperti hipertensi atau diabetes mellitus tetapi tidak membutuhkan ventilator. 

Ia mengeklaim total dokter yang bertugas di RSD Wisma Atlet juga mencukupi, yaitu lebih dari 200 orang yang terdiri atas bagian spesialis paru, penyakit dalam, spesialis radiologi, jantung, anak, kejiwaan, dokter obgyn, hingga dokter umum.

"Alhamdulilah meski pasien Covid-19 bertambah, kami masih bisa menangani pasien-pasien ini. Apalagi kami sudah terlatih sejak awal berdiri dan mengalami jungkir balik," katanya.

Bahkan, pihaknya juga menyiapkan tower 4 dan 5 sebagai flat tempat isolasi mandiri pasien Covid-19 yang asimtomatis atau tidak bergejala. Rencananya, tower 5 akan dibuka pekan ini dan kesiapannya telah mencapai 80 persen. Pihaknya berharap dioperasikannya tower tambahan ini membuat pasien yang mampu ditampung RSD bertambah. 

Ia berharap masyarakat bisa menjadi garda terdepan melawan Covid-19 dengan mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker wajah, mencuci tangan, hingga menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS). Sebab, penularan Covid-19 cenderung mengarah ke klaster keluarga. 

"Mereka dapat imported case dari kampung halaman dan ketika kembali ke kota maka berpotensi menularkan ke tetangganya. Jadi masyarakat harus berhati-hati dan waspada," katanya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat