Sejumlah petugas Satpol PP mengecek wahana kolam renang saat penyegelan di Waterpark Borcess, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (9/7/2020). Waterpark yang telah beroperasi seluas 4 hektare tersebut disegel petugas karena belum memiliki Izin Mendirikan Ba | Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO

Bodetabek

Berharap Kolam Renang Kembali Menghasilkan Uang

Kebijakan pemerintah menutup kolam renang memukul para pebisnis.

OLEH RAHAYU MARINI HAKIM

Ketika pandemi Covid-19 menerpa Tanah Air mulai Maret lalu, banyak sektor yang terimbas. Termasuk sektor pariwisata yang ikut terpukul. Salah satunya adalah kolam berenang. Pemilik usaha Katoomba Greenpark yang berada di Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Thamrin (57 tahun) dan sang istri Irma (40), mengaku harus pandai bersiasat demi bertahan di tengah pandemi yang tak kunjung selesai. 

Ketika harus tutup selama empat bulan lebih, Irma mengaku, pilihan awal langsung menggadaikan buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB) ke salah satu bank. “Awal kita tutup langsung BPKB mobil kita 'sekolahkan' kepada bank. Untuk kita bertahan, karena yang kita pikirkan karyawan,” ujar Irma kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Berawal dari hobi sang suami berternak ikan, muncul ide untuk beternak lelek di kolam kecil yang selama ini dikhususkan bagi anak-anak. Pemanfaatan kolam renang yang harus tutup dan tidak boleh menerima pengunjung memang memukul usaha pasangan suami istri ini. Alhasil, kolam diubah menjadi ternak lele yang difungsikan sebagai lauk bagi para karyawan.

“Suami saya memang suka melihara ikan, waktu tutup awal Maret langsung ngeidein buat dijadiin kolam ikan. Selain ngurangin jentik nyamuk buat lauk karyawan juga, kita gak jual tapi buat makan sendiri,” ucap Irma yang menjelaskan karyawannya rata-rata tidur di penginapan yang bangunannya di area kolam renang.

Perempuan yang memiliki latar belakang sarjana pariwisata ini, menjelaskan, budi daya ikan terbukti sangat membantu keduanya. Ikan lele yang cepat besar bisa menjadi santapan makanan bagi karyawan. Adapun beras sudah dipersiapkan jauh hari ketika pandemi Covid-19 ramai dibincangkan masyarakat Kota Depok, pihaknya langsung membeli untuk berjaga-jaga.

Selain itu, Irma juga meminta karyawan untuk bercocok tanam. Luas tanah yang mencapai dua hektare di area kolam renang yang selama ini bertema perkebunan hijau diubah menjadi lokasi bibit cabai, tomat, dan sayur untuk dikonsumsi pribadi.

Irma mengungkapkan, pada awalnya ia dan suami mencoba mempertahankan 40 karyawan yang pendapatannya bergantung kepada mereka. Namun, tabungan yang semakin menipis membuat pasangan suami istri ini harus mengambil keputusan sulit. Dia pun sampai tahap buka-bukaan di depan karyawan jika tabungannya sudah habis.

"Gak ada pemasukan. Saya cuma ada segini, saya kasih mereka pilihan jika mau lanjut ayuk, tapi kalo enggak gapapa. Sekarang tinggal 11 yang tinggal di sini semua, rata-rata orang lama yang kita pertahanin,” ucap Irma yang merintis bisnis kolam renang sejak 2014 ini.

Irma bahkan menyebut, pernah berdiskusi dengan pegawai Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor bagian pariwisata terkait perjuangannya mempertahankan para karyawan. Hal itu lantaran tidak ada kepastian kapan kolam renang dibolehkan beroperasi kembali. Apalagi, tabungannya benar-benar habis sehingga tak bisa lagi menghidupi 11 karyawan tersisa.

“Saya bilang, pak apakah saya sudah bisa buka? Saya ceritakan bagaimana keadaannya. Saya berjuang buat karyawan karena mereka punya keluarga yang juga butuh biaya,” kata Irma. Sayangnya, pemkab memang tidak berani mengambil risiko jika kolam renang dibuka maka berpotensi menyebarkan Covid-19.

Dia juga pernah memiliki kenangan getir ketika tiba-tiba ada seorang ibu yang memaksa ingin masuk ke kolam renang yang pintu gerbangnya ditutup. Sang ibu, kata dia, sampai memohon untuk dibiarkan masuk menenangkan diri di kebun di sekitar kolam, karena sedang mengalami masa sulit akibat pandemi Covid-19.

“Dia bilang lagi stres, jadi saya izinkan masuk cuma untuk duduk di kebun kita karena kolam waktu itu kita kosongin hanya yang jadi kolam ikan saja yang ada airnya. Mungkin lagi ngalamin masa sulit, abis itu banyak juga yang minta sama kita buat buka,” ucap Irman.

Setelah itu, menurut Irman, permintaan warga sekitar agar kolam renang dibuka terus berdatangan. Bahkan warung sekitar yang menggantungkan pemasukan dari pengunjung juga meminta agar tempat wisata yang biasa ramai dikunjungi pada akhir pekan tersebut, kembali dibuka. Hanya saja, Irma tak bisa memenuhinya. Dia pun menegaskan, datangnya virus korona bagaikan mimpi buruk bagi pengusaha pariwisata.

Salah satu pemilik warung di depan Katoomba Greenpark, Hidayat (50 tahun), merasa hidupnya semakin sulit sejak kolam renang ditutup. Selama ini, ia juga berjualan alat pertanian berkeliling Jakarta jika pengunjung kolam renang sepi. Sayangnya, kondisi sekarang membuatnya juga kesulitan berjualan lantaran banyak area perkantoran belum beraktivitas secara normal.

“Pas tutup kita juga tutup karena sepi banget. Selama empat bulan kita ikutan tutup, saya juga jualan alat pertanian di Jakarta karena pandemi juga susah ke sananya,” ucap Hidayat.

Kabid Destinasi Pariwisata Dinas kebudayaan dan Pariwisata kabupaten Bogor, Iman Wahyu Budiana, mengatakan, kolam renang di Kabupaten Bogor termasuk usaha yang belum diizinkan untuk dibuka. Hal itu lantaran kolam renang berpotensi mendatangkan kerumunan yang bisa menyebarkan Covid-19. Pihaknya bakal bertindak tegas jika ada pengusaha yang tak patuh Peraturan Bupati Nomor 42 Tahun 2020 Pasal 5.

“Kolam berenang dalam PSBB adaptasi sebelumnya belum bisa dibuka. Sepanjang kita melakukan pemantauan, koordinasi, dan memonitoring belum ada yang buka. Kalau ada laporan kita akan datangi," kata Iman.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat