Sejumlah murid SD Negeri Curug mengikuti kegiatan belajar mengajar tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan era normal baru di Serang, Banten, Selasa (18/8). | ASEP FATHULRAHMAN/ANTARA FOTO

Jawa Timur

Jatim-Jabar Buka SMA 

Kecamatan zona kuning di Jabar menyusut dalam dua pekan terakhir.

SURABAYA -- Pemerintah Jawa Timur dan Jawa Barat mulai menerapkan sekolah tatap muka secara selektif pada jenjang SMA, SMK, dan SLB pada Selasa (18/8). Uji coba kegiatan belajar mengajar (KBM) di zona hijau dan kuning tersebut rencananya dievaluasi setiap dua pekan. 

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menegaskan, uji coba pembelajaran tatap muka dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan ketat. "Ini belajar mengajar tatap muka secara langsung, secara bertahap. Uji coba secara bertahap," ujar Khofifah saat meninjau proses pembelajaran di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo.

Khofifah menyatakan, Probolinggo menjadi salah satu daerah yang melangsungkan uji coba pembelajaran tatap muka, meskipun masih masuk zona orange Covid-19. Jumlah siswa yang boleh mengikuti pembelajaran tatap muka pun dibatasi. Hanya 25 persen dari total siswa per kelas.

Sedangkan untuk daerah yang masuk zona kuning Covid-19, pembelajaran tatap muka boleh diikuti 50 persen dari total siswa per kelasnya. "Tadi yang kita lihat, kelas-kelas yang biasanya untuk 36 siswa. Hari ini hanya untuk 9 siswa," ujar Khofifah.

Setiap harinya, kata dia, siswa yang masuk tidak sama. Artinya, setiap siswa yang mendapat izin dari orang tua untuk mengikuti pembelajaran tatap muka, akan bergantian masuk kelas. Jika dirata-ratakan, setiap siswa di Kota Probolinggo mendapat jatah pembelajaran tatap muka dua kali dalam dua pekan masa uji coba. 

"Inilah yang disebut uji coba belajar mengajar tatap muka langsung secara bertahap. Masuknya ada yang pukul 07.00 WIB, 07.15 WIB, dan 07.30 WIB. Ada cek poin di depan yang suhu tubuhnya 37,3 diminta kembali pulang," kata dia.

Khofifah menegaskan, dalam melangsungkan uji coba pembelajaran tatap muka, harus ada persetujuan dari bupati/wali kota dan juga gugus tugas percepatan penanganan Covid-19. Dia pun menegaskan, untuk wilayah berstatus zona merah atau memiliki risiko penularan Covid-19 tinggi, belum akan dilakukan pembelajaran tatap muka.

"Maka di sini Pak Wali (Kota Probolinggo) memastikan daerah ini (siap) dilakukan belajar tatap muka. (Uji coba) di seluruh Jatim yang tidak zona merah," ujar Khofifah.

Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur Wahid Wahyudi  menuturkan, dari 1,3 juta siswa SMA, SMK, dan SLB di wilayah setempat, hanya 18.000 siswa yang mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka. Jika dipersentasekan, kata dia, hanya sekitar  1,04 persen siswa yang mengikuti uji coba tersebut.

Wahid juga menegaskan, tidak semua kabupaten/kota di Jatim melangsungkan uji coba pembelajaran tatap muka. Dari 38 kabupaten/ kota di Jatim, hanya 27 daerah yang melangsungkan uji coba pembelajaran tatap muka. Sementara 11 daerah lainnya belum bisa melaksanakan uji coba dengan beberapa alasan.

"Empat daerah di antaranya karena termasuk zona merah. Sementara 7 daerah sisanya karena masih dalam tahap koordinasi," ujar Wahid seusai melakukan peninjauan kegiatan pembelajaran tatap muka di Probolinggo, Selasa (18/8).

Wahid menjelaskan, dalam penerapan pembelajaran tatap muka, ada beberapa syarat wajib yang harus dipenuhi sekolah. Di antaranya mendapatkan rekomendasi dari gugus tugas Covid-19 di masing-masing daerah. Kedua, mendapat persetujuan wali kota/ bupati, serta mendapat surat persetujuan tertulis dari orang tua.

"Dari hasil tinjauan kita di SMAN 2 Kota Probolinggo dan SMKN 2 Kota Probolinggo, para siswa gembira bisa masuk pembelajaran tatap muka. Dari dialog yang dilakukan, mereka mengatakan jika PJJ (pembelajaran jarak jauh) kurang efektif. Mereka kurang bisa menangkap apalagi SMK juga harus praktik," kata Wahid.

Wahid menambahkan, dilakukannya ujicoba pembelajaran tatap muka merupakan hasil evaluasi yang dilakukan oleh dengan daerah terkait. Dimana banyak daerah yang tak terjangkau internet saat pembelajaran daring atau PJJ dilakukan. Selain itu, keterbatasan gadget sebagai media dalam belajar juga menjadi kendala yang banyak ditemui.  

"Dari hasil uji coba ini kita akan evaluasi yang dilakukan pada akhir Agustus nanti. Dan hasilnya akan menentukan kebijakan selanjutnya," ujar Wahid.

Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin mengungkapkan, dalam uji coba pembelajaran tatap muka, pihaknya menekankan pada pengetatatan protokol kesehatan. Mengingat Kota Probolinggo masih masuk dalam zona oranye Covid-19. "Kita mulai uji coba penerapan PTM ini karena ada pembelajaran yang harus dilaksanakan secara tatap muka. Kita upayakan untuk tatap muka tapi tetap menimbang perkembangan kondisi ke depan," kata dia.

Di Jawa Barat, sebanyak 71 sekolah setingkat SMA mulai menggelar KBM tatap muka. Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Dedi Supandi mengatakan, puluhan sekolah tersebut telah diverifikasi dengan melihat status zona hijau, sarana prasarana sekolah, tenaga didik yang bebas Covid-19 dan lokasi peserta didik yang berada di zona blank spot internet. "Terdiri dari SMA 38 sekolah, SMK 28, dan sisanya SLB," ujar Dedi kepada wartawan, Selasa (18/8).

photo
Siswa SMK mengikuti kegiatan belajar mengajar saat uji coba pembelajaran tatap muka di SMK Islam 1 Blitar, Jawa Timur, Selasa (18/8). Pemprov Jatim memulai uji coba pembelajaran tatap muka di 90 sekolah tingkat SMA,SMK, dan SMALB di 30 kabupaten/kota. - (IRFAN ANSHORI/ANTARA FOTO)

Dedi menjelaskan, ke 71 sekolah ini juga tak buka serentak. Peserta didik yang masuk juga dibatasi jumlahnya. Izin dari orang tua pun menjadi pertimbangan bagi Disdik untuk memperbolehkan peserta didik melakukan KBM tatap muka.

"Muridnya juga dibatasi, yang sehat menurut orang tua. Jadi siswa yang kurang sehat, tidak ikut KBM tatap muka," katanya. Selain itu, kata dia, KBM juga dilaksanakan empat jam. Yakni, dari pukul 07.00 hingga 11.00 WIB. Kalau masuk jam 07.30 maka selesai jam 11.30 WIB. 

Menurut Dedi, kegiatan itu akan dievaluasi per dua pekan. Karena, bisa saja ada kemungkinan zona kerawanan Covid-19 dari hijau, bergerak ke warna oranye. "Kita melihat kestabilan dari awal, evaluasinya dua pekan. Kestabilan dari zona kita evaluasi lagi, kalau terevaluasi seperti itu, kebijakan akan berubah lagi. Bahkan mungkin yang sekarang kondisi tatap muka dari 71 sekolah akan bertambah lagi ke depan," kata dia.

Sementara, KBM tatap muka untuk tingkat SD dan SMP kemungkinan akan dibuka kembali pada September 2020. Dedi mengatakan, hal itu dimungkinkan jika KBM di tingkat SMA/SMK ini stabil dan tak terjadi penambahan kasus Covid-19.

Sebanyak 34 sekolah tingkat SMA sederajat di Kota Sukabumi juga dinyatakan lolos verifikasi belajar tatap muka dari Gugus Tugas Covid-19. Di mana selanjutnya setelah lolos verifikasi, proses belajar tatap muka masih menunggu izin dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

"Pada Jumat (14/8), kami berkirim surat ke Pemprov Jabar melalui Dinas Pendidikan Jabar bahwa ada 34 sekolah SMA sederajat lolos verifikasi,'' ujar Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi, Selasa (18/8). Sebab kewenangan untuk tingkat SMA sederajat berada di provinsi.

photo
Pelajar Kelas Jauh SDN 004 Rantau Langsat membaca buku di luar kelas sebelum mengikuti kegiatan belajar mengajar di Dusun Bengayauan, Rantau Langsat, Batang Gangsal, Indragiri Hulu, Riau, Selasa (18/8). Kelas jauh yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) tersebut merupakan satu-satunya fasilitas pendidikan dengan satu ruangan yang bisa dimanfaatkan warga Suku Talang Mamak setempat. - (WAHDI SEPTIAWAN/ANTARA FOTO)

Menurut Fahmi, sambil menunggu izin dari provinsi maka mulai Rabu (19/8) para guru di sekolah yang dinyatakan lolos verifikasi akan menjalani tes swab. Sebab sebelum sekolah tatap muka, para guru harus menjalani swab agar bisa dipastikan tidak ada potensi penyebaran Covid-19.

Sehingga kata Fahmi, rencana yang ditargetkan provinsi bahwa sekolah tatap muka dimulai 18 Agustus 2020 belum bisa dilakukan. '' Intinya kami masih menunggu izin dari provinsi sekolah tatap muka setelah proses verifikasi selesai,'' kata dia.

Menyusut 

Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Barat, Daud Achmad mengatakan, dua pekan lalu, ada 257 kecamatan yang masuk zona hijau. Data inilah yang dipakai Pemprov Jabar membuka sekolah tingkat SMA/SMK tersebut. Namun, secara perlahan jumlah kecamatan zona hijau justru menurun. "Sempat ke angka 248, sekarang dari data terakhir ke saya hanya ada 228 kecamatan hijau," ujar Daud, Selasa (18/8).

Daud mengatakan, saat ini penambahan angka warga yang terpapar Covid-19 di Jabar masih meningkat. Per 17 Agustus 2020, ada penambahan 45 kasus positif baru sehingga jumlah akumulai kasus menjadi 8.640 orang. Jumlah itu kembali naik pada Selasa menjadi 8.685 orang dengan penambahan kasus baru 45 orang. 

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menekankan, pemerintah daerah perlu waspada terkait tren penambahan jumlah daerah dengan risiko penularan Covid-19 sedang atau zona oranye. Wiku mengungkapkan, jumlah zona risiko oranye terus menanjak naik sejak awal Juli 2020 sampai saat ini.

photo
Peta Resiko Covid-19 8 Juli 2020 - (covid19.go.id)

Penambahan zona risiko oranye ini bukan hanya disumbangkan oleh penurunan status daerah dari zona merah saja, tapi juga kenaikan status dari daerah zona kuning atau risiko rendah. Bila dibedah lagi, jumlah daerah yang statusnya naik dari zona kuning ke oranye lebih banyak ketimbang daerah yang statusnya turun dari zona merah ke oranye.

Dalam satu pekan terakhir, tercatat ada 18 kabupaten/kota yang status risikonya turun dari zona merah ke zona oranye. Sementara daerah yang statusnya naik dari zona kuning ke zona oranye, tercatat ada 49 kabupaten/kota.

Pada pekan kedua Juli, tercatat porsi zona oranye di Indonesia masih 32,88 persen. Angka ini terus menanjak pada pekan ketiga-keempat Juli 2020 dengan porsi 35,99 persen dan 43 persen. Pada pekan pertama Agustus, porsi daerah zona oranye kembali naik menjadi 43,19 persen. Sedangkan saat ini di pekan kedua Agustus, porsinya naik menjadi 46,11 persen.

"Jadi terjadi klastering di daerah-daerah dengan risiko sedang. Ini perlu jadi perhatian karena dari waktu ke waktu terlihat zona risiko sedang meningkat terus. Bahwa risiko tinggi menurun adalah tanda yang baik. Namun untuk daerah oranye perlu jadi perhatian bersama karena terus meningkat," ujar Wiku menjelaskan dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Selasa (18/8).

photo
Peta Resiko Covid-19 9 Agustus 2020 - (covid19.go.id)

Secara keseluruhan, pemerintah mencatat ada 29 daerah (kabupaten/kota) di Indonesia yang berstatus zona merah atau risiko tinggi. Sementara untuk zona oranye ata risiko sedang, ada 237 daerah. Selanjutnya, ada 174 daerah zona kuning atau risiko rendah dan 32 daerah tidak terdampak atau zona hijau.

Sebagai contoh, beberapa daerah yang mengalami peningkatan status dari zona kuning ke zona oranye, antara lain Subang, Purwakarta, dan Karawang di Jawa Barat; Sragen, Temanggung, Pekalongan, Tegal, dan Kota Salatiga di Jawa Tengah; Bantul dan Gunungkidul di DIY; serta Pacitan, Magetan, dan Sumenep di Jawa Timur.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat