Petugas kesehatan melakukan tes usap (swab test) terhadap guru di SMUN 4 Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (1/8/2020). Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar melakukan tes diagnostik cepat (rapid test) terhadap siswa kelas XII serta tes usap (swab test) terhada | JESSICA HELENA WUYSANG/ANTARA FOTO

Nasional

Obat Covid-19 Unair Solusi Pandemi di Asia

Pemerintah didorong untuk segera menyelesaikan izin edar obat Covid-19 temuan Unair.

 

JAKARTA — Obat Covid-19 yang menjadi temuan ilmuan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Jawa Timur dinilai sangat strategis. Sebabnya, selain untuk menangani pandemi di Indonesia, temuan tersebut juga menjadi solusi penanganan Covid-19 di tingkat Asia.

Plh. Ketua Fraksi PAN DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, mengapresiasi keberhasilan Universitas Airlangga dalam meracik obat COVID-19 dan diharapkan jangan ada kendala birokrasi yang menghambat untuk mendukung obat tersebut diproduksi massal dan diedarkan.

"Jangan ada kendala birokrasi yang menghambat, sudah sepatutnya semua pihak ambil bagian dalam keberhasilan ini," kata Saleh di Jakarta, Senin (17/8).

Dia mendorong agar pemerintah segera memproduksi obat COVID-19 itu secara massal dan BPOM diharapkan segera melakukan uji laboratorium sehingga izin produksi dan edarnya bisa dikeluarkan. Menurut anggota Komisi IX DPR RI itu, apabila izin produksi dan izin edar sudah dikeluarkan, Satgas Penanganan COVID-19 diminta untuk segera mendistribusikan obat tersebut ke seluruh rumah sakit yang merawat pasien COVID-19. 

"Per hari ini, ada 40.296 pasien COVID-19yang sedang dirawat di berbagai rumah sakit di seluruh Indonesia. Obat ini harus diberikan kepada seluruh pasien tersebut," ujarnya.

Saleh berharap dengan keberhasilan meracik obat COVID-19, dapat berkontribusi dalam memulihkan masyarakat yang terpapar virus corona.Dia mengaku bangga atas keberhasilan meracik obat tersebut karena merupakan yang pertama di dunia sehingga selain bisa diproduksi untuk kebutuhan dalam negeri, Indonesia juga boleh berbagi dengan negara-negara lain.

"Sebelum vaksin ditemukan, obat ini adalah solusi yang bisa ditawarkan. Setidaknya, ini diharapkan dapat menurunkan angka kematian akibat virus corona," katanya.

Menurut dia, keberhasilan Unair itu adalah salah satu bukti bahwa perguruan tinggi sangat kontributif dalam menjawab persoalan yang terjadi di tengah masyarakat."Kita harus sampaikan salam hormat kepada Unair, khususnya kepada para penelitinya. Semoga penemuan ini dapat mengakhiri kekhawatiran banyak pihak akan bahaya COVID-19 yang masih merebak saat ini," katanya.

Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur, menyelesaikan penelitian obat untuk penanganan pasien Covid-19. Penelitian yang dilakukan bersama TNI Angkatan Darat (AD), Badan Intelijen Negara (BIN), dan Polri itu disebut akan menjadi obat pertama untuk penyakit Covid-19 di dunia.

"Karena ini akan menjadi obat baru maka diharapkan ini akan menjadi obat Covid-19 pertama di dunia," jelas Rektor Unair, Mohammad Nasih, dalam acara penyerahan hasil uji klinis fase III di Mabes TNI AD, Jakarta Pusat, Sabtu (15/8) lalu.

Obat baru tersebut merupakan hasil kombinasi dari tiga jenis obat. Dia mengatakan, di luar negeri ketiga obat itu diberikan satu per satu kepada pasien. Hasil kombinasi itu menunjukkan efektifitas yang besar.

Selain itu, kata dia, dosis yang dihasilkan pun lebih rendah jika dibandingkan saat obat itu diberikan secara satu per satu kepada pasien. Dia mengklaim, meskipun hasil kombinasi, BPOM tetap menganggap obat yang dihasilkan Unair digolongkan pada obat baru.

"Daya penyembuhannya meningkat dengan sangat tajam dan baik. Untuk kombinasi tertentu itu sampai 98 persen efektivitasnya," jelas dia.

 

 

Daya penyembuhannya meningkat dengan sangat tajam dan baik. Untuk kombinasi tertentu itu sampai 98 persen efektivitasnya

 

MOHAMMAD NASIH, Rektor Unair
 

Pembuatan obat Covid-19 sudah dilakukan sejak Maret 2020 lalu. Prosedur yang dilalui telah mengikuti yang semua yang disyaratkan oleh BPOM. Saat ini, kata sia, obat tersebut sedang menunggu izin edar dari BPOM sebelum diproduksi massal.

 

 

Ventilator

Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) menyatakan telah mengantongi izin edar untuk lima jenis ventilator hasil pengembangan anggota Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 yang siap atau telah memasuki tahapan produksi massal.

Pencapaian itu, kata Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Ali Gufron Mukti, berkat ekosistem kondusif dalam konsorsium yang dia harapkan bisa dilanggengkan untuk pola kerja penelitian ke depan. "Sebelumnya para peneliti umumnya punya agenda sendiri-sendiri dan sulit memiliki visi bersama ke depan. Dengan lingkungan yang sangat memaksa kita bisa bersama dan sangat kondusif kerja sama 'triple helix' antara para peneliti, inovator, pemerintah, dan industri," katanya dalam acara Sosialisasi 5 Ventilator Inovasi Indonesia, menurut keterangan Kemenristek/BRIN yang diterima di Jakarta.

Lima ventilator itu adalah bagian dari 57 produk inovatif yang dihasilkan konsorsium dalam waktu tiga bulan sejak dibentuk sebagai bagian penanggulangan pandemi COVID-19. Selain alat kesehatan, mereka juga mengembangkan obat, terapi sampai vaksin COVID-19.Produk-produk ventilator itu telah memiliki izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), setelah lulus uji sertifikasi Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kemenkes.

Setelah mengantongi izin edar kelima ventilator tersebut segera memasuki tahap produksi massal, meski beberapa ventilator sudah diproduksi ratusan untuk dimanfaatkan rumah sakit dalam membantu menyelamatkan pasien COVID-19. 

Kelima jenis ventilator itu adalah BPPT3S-LEN yaitu ventilator berbasis Ambu Bag dan Cam dikembangkan BPPT bersama PT LEN ditargetkan diproduksi 100 unit dan GERLIP HFNC-01 yang dikembangkan LIPI bekerja sama dengan PT Gerlink Utama Mandiri yang sudah diproduksi lima unit. Terdapat pula Vent-I Origin yang merupakan model ventilator Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) dikembangkan Yayasan Pembina Masjid Salman ITB bersama Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). 

Total ditargetkan 800-900 unit produksi alat tersebut.Selain itu ada jenis COVENT-20 yang merupakan hasil kolaborasi para peneliti Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), RSUP Persahabatan Jakarta, Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II Jurusan Teknik Elektromedik. Total 300 unit Covent-20 telah didistribusikan.Jenis terakhir adalah DHARCOV-23S yaitu ventilator Emergency CMV dan CPAP dikembangkan oleh BPPT bekerja sama dengan PT Dharma Precission Tools. Ventilator ini rencananya akan diproduksi 200 unit dalam gelombang pertama.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat