Suasana acara Dies Natalis ke-35 Lustrum VII Universitas Terbuka di Universitas Terbuka Convention Center, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (4/9/2019). | Republika/Putra M. Akbar

Kisah Dalam Negeri

PJJ Bisa Dibuat Menyenangkan

PJJ yang diterapkan UT sejak lama telah disusun.

OLEH INAS WIDYANURATIKAH

Pandemi Covid-19 memaksa pembelajaran dilakukan dengan jarak jauh (PJJ). Hal itu sulit dan baru bisa diterapkan sebagian institusi pendidikan. Namun, ada juga yang sudah menerapkan sistem PJJ ini bahkan sejak didirikan. Rektor UT Ojat Darojat mengatakan, pandemi Covid-19 memaksa pembelajaran tatap muka yang selama ini dilakukan harus diganti dengan PJJ.

"Sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan harapan kita, terlebih dengan adanya musibah Covid-19 ini di mana penyelenggaraan pendidikan di semua jenjang mereka dipaksa untuk mengintegrasikan teknologi informasi dalam proses pedagogik mereka," kata Ojat, dalam acara Temu Public Figure 2020 Universitas Terbuka yang disiarkan melalui Youtube, Selasa (11/8). 

Ojat mengakui, sejak awal pendirian, UT memang ditujukan untuk menjangkau masyarakat yang kesulitan mendapatkan pendidikan tinggi karena faktor demografi. Selain itu, pemerintah juga telah mengharuskan UT memiliki biaya kuliah yang terjangkau.

"UT harus menerapkan biaya yang terjangkau, terjangkau baik bagi mereka yang punya atau tidak punya, sehingga tidak ada alasan bagi seluruh anggota masyarakat yang tidak bisa memenuhi pendidikan dengan alasan ekonomi atau geografis," kata Ojat. 

Ia menjelaskan, PJJ yang diterapkan UT sejak lama telah disusun agar sesuai dengan kondisi tersebut. Menurut Ojat, mahasiswa dari universitas lain yang mengaku PJJ tidak menyenangkan dan sulit dilakukan berarti tidak melakukannya dengan tepat.

"Yang mereka lakukan bukan praktik baik PJJ, tapi hanya pembelajaran darurat dari rumah karena mereka tidak punya keahlian bagaimana menyelenggarakan interaksi akademik yang tadinya di ruang kelas, sekarang dipindahkan ke alam maya," ujar dia. 

Arumi Bachsin, istri Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, menilai pendidikan di UT memudahkannya. Ia merupakan salah satu mahasiswi UT Program Studi S-1 PG PAUD UT. Ia mengenal UT ketika masih berada di Trenggalek.

Menurut Arumi, pilihannya untuk berkuliah di PG PAUD karena ia dinobatkan sebagai duta PAUD nasional. "Kebetulan waktu itu anak-anakku masih kecil banget. Aku dinobatkan sebagai duta PAUD nasional. Dari situ ngulik-ngulik tentang anak-anak usia dini," kata Arumi. 

Arumi mengisahkan, selama mengikuti perkuliahan di UT, mahasiswa harus membaca terlebih dulu sebelum pembelajaran dilakukan. Pada saat bertemu dengan dosen melalui video telekonferensi, diskusi mengenai kuliah pun bisa langsung dilanjutkan. Baginya, kuliah seperti ini lebih mudah diterima dan dipahami daripada kuliah satu arah yang banyak ditemukan di perguruan tinggi konvensional. 

Sementara, penyanyi Chicha Koeswoyo yang merupakan mahasiswi UT Program Studi S-1 Ilmu Komunikasi juga mengaku merasa terbantu dengan sistem pembelajaran di UT. Sebagai ibu dari dua anak, ia mengaku cukup kesulitan jika harus melanjutkan sekolah. Akhirnya, setelah kedua anaknya berkuliah, saat ini ia bisa meneruskan pendidikannya.

"Buat saya, online itu bisa memudahkan sekali. Posisi saya sebagai seorang ibu dengan segala aktivitas yang ada. Saya pikir, ini kayaknya enak nih, jadi kita bisa atur waktunya," kata dia. 

Saat perkuliahan, Chicha terdorong untuk menjadi lebih baik ketika melihat mahasiswa lain yang lebih muda darinya juga aktif belajar. "Di UT ini memang betul-betul kumpul semua. Saya paling tua, kayaknya. Tapi, enggak papa, saya bangga karena ada universitas yang memfasilitasi orang-orang seusia saya," kata dia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat