Hamzah bin Abdul Muththalib merupakan salah satu syuhada Perang Uhud. Paman Rasul yang dibunuh secara keji membuat duka. | DOK WIKIPEDIA

Kisah

Duka Rasul dan Kekejian Jahiliah

Duka Rasulullah SAW di Perang Uhud karena Hamzah dibunuh secara keji.

 

OLEH HASANUL RIZQA

Salah satu momen duka yang pernah dialami Nabi Muhammad SAW ialah meninggalnya Hamzah bin Abdul Muththalib. Sosok itu merupakan sahabat, paman, sekaligus saudara sepersusuan Rasulullah SAW. Antara beliau dan Hamzah sudah terjalin ikatan yang erat bahkan sebelum risalah kenabian datang.

Begitu Muhammad SAW diangkat menjadi utusan Allah, banyak pemuka Quraisy yang berbalik, dari awalnya mengagumi menjadi memusuhi beliau. Berbeda dengan mereka, meskipun masih musyrik, Hamzah tetap menghormati dan menyayangi Muhammad SAW.

Suatu peristiwa membuatnya secara terbuka menyatakan diri memeluk Islam. Waktu itu, Hamzah dalam perjalanan menuju Ka’bah. Tiba-tiba, seorang budak perempuan milik Abdullah bin Jud’an menghampirinya seraya berkata, “Hai Abu Umarah, andai saja tadi pagi kau melihat apa yang dialami keponakanmu, Muhammad bin Abdullah, niscaya kamu tidak akan membiarkannya! Ketahuilah, Abu Jahal bin Hisyam telah memaki dan menyakiti keponakanmu itu hingga akhirnya ia mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya.”

Berita dari perempuan itu sontak membuat darahnya mendidih. Dengan membawa busur dan anak panah, Hamzah pun bergegas menuju tempat Abu Jahal dan kawan-kawan biasa berkumpul.

Benar saja, pembesar Quraisy itu tampak sedang berbincang-bincang dengan beberapa orang di sana. Hamzah lantas mendekati Abu Jahal. Dengan cepat, ia mengambil busur panahnya dan menghantamkan benda itu ke kepala Abu Jahal berkali-kali. Si penghina Muhammad SAW itu pun jatuh tersungkur. Darah segar mengucur deras dari dahinya.

"Mengapa kamu memaki dan mencederai Muhammad? Tahukah kamu bahwa aku telah menganut agamanya dan meyakini apa yang dikatakannya? Sekarang, coba ulangi makian dan cercaanmu itu kepadaku jika kamu berani!" bentak Hamzah kepada Abu Jahal.

Nyaris saja terjadi perkelahian massal. Akan tetapi, Abu Jahal dapat mencegahnya dengan mengakui dirinya telah mempersekusi Muhammad SAW.

Sejak saat itu, Hamzah bin Abdul Muththalib menjadi pembela Islam yang gigih. Ia sangat setia mendampingi Rasulullah SAW di setiap dakwah dan syiar, termasuk ketika berjihad fii sabilillah.

Menjadi syahid

Meskipun Muslimin dan Rasulullah SAW sendiri telah hijrah ke Madinah, kaum musyrikin Quraisy tak henti-hentinya berupaya menghabisi mereka. Dedengkot kaum kafir itu sangat membenci ajaran Nabi SAW, apalagi sesudah kekalahan di Perang Badar.

Pada tahun ketiga sesudah hijrah, Perang Uhud terjadi. Tentara Islam berjumlah 700 orang, sedangkan pasukan musuh lebih banyak, yakni hingga 3.000 orang. Dalam peristiwa inilah, kedukaan nantinya melanda Rasulullah SAW, yakni dengan gugurnya Hamzah.

Hindun termasuk yang paling bersemangat menyebarkan propaganda menyerang Islam. Istri Abu Sufyan ini punya dendam pribadi. Sebab, ayah dan saudaranya tewas di tangan Hamzah dalam Pertempuran Badar. Perempuan itu lantas merekrut budaknya, Wahsyi, dengan tugas khusus yakni menarget paman Rasulullah SAW tersebut.

Mulanya, pasukan Muslim nyaris meraih kemenangan. Namun, barisan di atas bukit lalai sehingga balatentara musuh yang dipimpin Khalid bin Walid dapat memukul balik pasukan Islam. Banyak sahabat Nabi SAW yang gugur. Rasulullah SAW sendiri mengalami luka-luka akibat lemparan batu dari arah kaum musyrikin.

Ternyata, Wahsyi dapat melaksanakan tugasnya. Hindun begitu puas begitu mendengar berita Hamzah telah meninggal. Tak sampai di situ, perempuan musyrik ini lantas mendatangi langsung lokasi gugurnya Hamzah. Di sana, ia dengan kejam merobek dada paman Nabi SAW itu, lalu mengambil dan mengunyah jantung sang syuhada.

 
Di sana, ia dengan kejam merobek dada paman Nabi SAW itu, lalu mengambil dan mengunyah jantung sang syuhada.
 
 

Pertempuran usai. Pasukan musuh kembali ke Makkah. Puluhan jenazah Muslimin berhamburan. Harits bin as-Simmah ditugaskan Nabi SAW untuk mencari jenazah pamannya. Begitu berhasil menemukannya, rasa sedih segera menyeruak.

Alangkah pilu hati Rasulullah SAW menyaksikan tubuh pamannya tercabik-cabik sedemikian rupa. Untuk sesaat, rasa emosi membara dalam dadanya, sampai-sampai beliau berkata, “Belum pernah aku menyaksikan peristiwa yang membangkitkan rasa amarah seperti saat ini. Demi Allah, jika suatu ketika nanti Allah memberikan kemenangan kepada kami dalam menghadapi mereka (musyrikin), akan kuaniaya mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh orang Arab.”

Bagi orang biasa, amarah itu mungkin wajar ketika melihat keluarga dihabisi sekejam itu. Namun, sikap itu kurang baik ditampilkan seorang nabi. Wahyu dari Allah SWT turun sebagai teguran kepada beliau, yakni surah an-Nahl ayat 126-127.

Artinya, “Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Namun, jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar. Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan.”

Akhirnya, beliau memilih memaafkan mereka. Selanjutnya, Nabi SAW memerintahkan agar semua jenazah Muslimin diangkat dan diletakkan di dekat jenazah pamannya itu. Kuburan mulai digali. Rasulullah SAW memimpin shalat jenazah untuk Hamzah.

Setelah itu, ibadah yang sama juga dilaukan bagi para pejuang yang syahid. Jumlah yang gugur mencapai 70 orang.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat