Santriwati menjalani pemeriksaan sebelum memasuki kawasan Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin (20/7/2020). Untuk gelombang pertama Pesantren Tebuireng mengundang 578 dari total 976 santri kelas akhir yang telah mengisi formuli | ANTARA FOTO/SYAIFUL ARIF

Khazanah

Hanya 8.000 Ponpes Siap Terima Santri di Tengah Pandemi

Beberapa ponpes menjadwal kedatangan para santri secara bertahap

 

JAKARTA -- Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama (Kemenag) Waryono menyebut, hanya 8.085 pesantren yang siap menerima santri dan melanjutkan kegiatan belajar mengajar di tengah pandemi virus korona jenis baru (Covid-19) saat ini.

Kesiapan ini dinilai dari sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mematuhi protokol kesehatan. "Sampai saat ini, kondisi pesantren bermacam-macam. Ada yang siap dan belum. Per tanggal 20 Juli 2020, dari 28 ribu pesantren yang ada, baru 8.085 yang siap menerima santri," ujar Waryono dalam kegiatan talk show yang diselenggarakan BNPB di Jakarta, Selasa (21/7).

Dalam usaha menaati protokol kesehatan, menurut dia, beberapa pesantren menjadwal kedatangan para santrinya secara bertahap. Hal ini juga dilakukan sembari menunggu kelengkapan sarana prasarana yang dimiliki pesantren. "Dilakukan prioritas di pesantren itu, sembari menunggu sarana prasarana terpenuhi. Sisanya belum bisa beroperasi," kata dia.

Terkait pembiayaan penyediaan sarana dan prasarana di pesantren, ia menyebut, pemerintah daerah (pemda) baik provinsi, kabupaten maupun kota cukup memberi perhatian. Hal ini antara lain tampak dalam penanganan kasus Covid-19 di Ponpes Gontor, Jawa Timur.

Tanpa bantuan dari berbagai pihak, menurut Waryono, pembiayaan untuk penyediaan sarana dan prasarana, rapid test maupun swab test Covid-19 tidak mungkin bisa dipenuhi pesantren. Bahkan ia menyebut, ada beberapa pemda yang menyediakan akomodasi bagi santri saat pemulangan hingga kembali ke pesantren.

 
Ada beberapa pemda yang menyediakan akomodasi bagi santri saat pemulangan hingga kembali ke pesantren.
 
 

"Kemenag tentu secara anggaran tidak mungkin membiayai semua itu. Makanya, mudah-mudahan kerja sama ini terus terjalin, sehingga kebutuhan pesantren bisa terpenuhi," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Tengah Sarwa Pramana mengatakan, dari total 4.487.314 santri di Jawa Tengah, sebanyak 221.036 di antaranya sudah melanjutkan proses belajar mengajar. Tercatat ada 3.304 pesantren di Jawa Tengah.

"Setiap pondok yang santrinya mau masuk, harus memenuhi persayaratan protokol. Satu, ada surat sehat dari puskesmas. Kedua, pondok pesantren diwajibkan membentuk gugus tugas," ujar Sarwa.

Kemudian, kata dia, sebelum memulai agenda pembelajaran, tiap santri harus dikarantina selama 14 hari. Ruang kelas yang biasanya digunakan sebagai tempat pembelajaran, dialihfungsikan sebagai ruang karantina, kamar tidur.

"Di Jateng, baru satu santri di Wonogiri yang terpapar Covid-19. Itupun bukan dari internal, tapi ada perjalanan dari kabupaten lainnya," ujar dia. Sarwa juga menyebut, Dinas Kesehatan ditugaskan memantau pesantren setiap hari. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat