Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat menghadiri saat mengikuti rapat terbatas (ratas) mengenai percepatan eliminasi Tuberkulosis (TBC) di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (21/7) | Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO

Nasional

Jokowi: Pelacakan TBC Semasif Covid

Presiden menargetkan pada 2030 nanti Indonesia bebas TBC.

JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan jajarannya untuk lebih masif melakukan pelacakan terhadap penderita penyakit Tuberkulosis (TBC) di Indonesia. Jokowi meminta pelacakan kasus TBC dilakukan bersamaan dengan pelacakan terhadap penyebaran virus Covid-19.

“Saya kira seperti yang kita lakukan sekarang ini kita sudah memiliki model untuk covid. Yaitu pelacakan secara agresif untuk menemukan dimana mereka. Harus dilakukan ini. Ini mungkin kita nebeng Covid ini kita juga lacak yang TBC,” tutur Jokowi saat membuka rapat terbatas percepatan eliminasi TBC di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (21/7).

Presiden mengatakan, jika pelacakan para penderita TBC dapat dilakukan sekaligus bersamaan dengan pelacakan penderita Covid-19, maka masalah TBC dapat segera ditangani. “Saya tidak tahu apakah ini bisa ditumpangkan di Covid grup sehingga kendaraannya sama. Kita bisa menyelesaikan dua hal yang penting bagi kesehatan rakyat kita. Kalau itu bisa, saya kira akan bisa lebih mempercepat,” tegasnya.

Berdasarkan data yang dimiliki pemerintah, terdapat 845 ribu penderita TBC di Indonesia. Namun, yang ternotifikasi hanya sebanyak 562 ribu. “Sehingga yang belum terlaporkan masih kurang lebih 33 persen. Ini hati-hati,” tambah dia.

Penyakit TBC merupakan salah satu dari 10 penyakit menular yang menyebabkan kematian terbanyak di dunia. Bahkan angkanya lebih besar dibandingkan penyakit HIV AIDS tiap tahunnya. Jokowi menyebut, kasus TBC di Indonesia pada 2017 lalu menyebabkan 116 ribu orang meninggal dunia dan pada 2018 sebanyak 98 ribu orang meninggal. Sebanyak 75 persen pasien TBC merupakan perokok produktif yakni di usia 15-55 tahun. “Ini yang harus kita waspadai,” ujar dia.

Presiden juga meminta agar layanan diagnostik dan pengobatan penderita TBC terus dilanjutkan hingga sembuh. Sedangkan stok obat-obatan untuk para penderita TBC harus dipastikan tersedia. Presiden siap untuk menerbitkan payung hukum seperti peraturan presiden jika memang dibutuhkan. “Kalau perlu memang butuh perpres atau permen segera terbitkan. Sehingga prinsip kita sejak awal, temukan, obati, dan sembuh itu betul-betul kita laksanakan. Seperti yang kita kerjakan pada Covid ini kita copy untuk TBC,” kata Jokowi.

Ia pun menekankan, tingginya penderita TBC ini menjadi perhatian pemerintah untuk segera diselesaikan. Selain itu, Presiden meminta agar upaya pencegahan dan promotif untuk mengatasi masalah TBC ini harus dilakukan oleh lintas sektor. Baik di Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, maupun di Kementerian PUPR untuk mengerjakan infrastruktur yang dibutuhkan.

“Terutama untuk tempat tinggal atau rumah yang lembab kurang cahaya matahari, kurang ventilasi terutama ini tempat-tempat yang padat, kepadatan lingkungan ini betul-betul sangat berpengaruh terhadap penularan antar individu,” jelas dia. 

photo
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kanan) bersama Menteri Sosial Juliari Batubara (kiri), Menko PMK Muhadjir Effendy (kedua kanan) dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (kanan) mengenakan masker saat mengikuti rapat terbatas (ratas) mengenai percepatan eliminasi Tuberkulosis (TBC) di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (21/7).  (Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO)

Presiden menargetkan untuk mengurangi penderita TBC sehingga pada 2030 nanti Indonesia menuju bebas TBC. “Kita mempunyai target untuk pengurangan TBC pada tahun 2030 ini menuju ke bebas TBC,” kata Jokowi. 

Vaksin TBC dan Covid-19

Vaksin tuberkulosis (TB) yang telah ada sejak satu abad lalu belakangan dimungkinkan memiliki peran penting dalam mengurangi kematian akibat infeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Hal Ini diungkapkan oleh sebuah studi terbaru dari Tim peneliti di National Institute of Allergy and Infectious Diseases of the National Institutes of Health di Amerika Serikat (AS). 

Para peneliti membuat keterkaitan vaksin TB yang dikenal sebagai Bacille Calmette-Guerin, atau BCG, setelah membandingkan data tentang tingkat kematian Covid-19 di seluruh dunia. Dalam studi ini, ditemukan bahwa beberapa  wilayah Amerika Latin, diantaranya adalah Pernambuco, Rio de Janeiro dan Sao Paulo di Brazil dan Mexico City di Meksiko - Memiliki tingkat kematian yang jauh lebih rendah daripada negara bagian di AS seperti New York, Illinois, Louisiana dan Florida.

"Ini luar biasa, mengingat bahwa wilayah di  Amerika Latin memiliki kepadatan populasi yang jauh lebih tinggi daripada negara-negara Amerika yang dianalisis, termasuk New York," tulis rekan penulis Carolina Barillas-Mury, seperti dilansir Business World, Jumat (10/7). 

Di sejumlah negara Eropa, seperti di Jerman juga terdapat hasil yang mengejutkan terkait angka kematian akibat COVID-19 adalah 2,9 kali lebih tinggi di wilayah Barat dibandingkan Timur. Selain itu, tingkat kematian di Italia empat kali lebih tinggi daripada di Finlandia.

photo
Pasien Positif COVID-19, Yohanes Tentua berusia 71 tahun (kedua kiri) mengangkat tangan sebagai ucapan syukur usai dikarantina selama 14 hari di Balai Diklat Kampung Salak, Kota Sorong, Papua Barat, Senin (11/5/2020). Yohanes merupakan salah satu pasien positif Covid-19 dengan riwayat penyakit bawaan Tuberculosis (TBC) yang dinyatakan negatif usai perawatan dan karantina selama 14 hari di Balai Diklat Kota Sorong bersama keluarganya. - (OLHA MULALINDA/ANTARA FOTO)

Menurut penelitian, tempat-tempat di mana angka kematian lebih rendah bervariasi dalam hal distribusi usia, pendapatan, dan akses perawatan kesehatan, tetapi mereka semua memiliki satu kesamaan mengenai program vaksinasi TB. Sebagai contoh, di Jerman, rencana  imunisasi BCG berbeda sebelum negara itu bersatu pada 1990. 

Di wilayah bekas Jerman Timur, anak-anak mulai menjalani vaksin TB satu dekade lebih awal daripada di Jerman Barat, yang berarti lebih banyak orang Jerman yang lebih tua di bagian timur negara itu kemungkinan besar telah diberikan vaksin. Orang lanjut usia diyakini rentan terhadap COVID-19. 

Berdasarkan data, para peneliti memperkirakan bahwa peningkatan 10 persen dalam cakupan vaksin TB dapat menyebabkan penurunan 10 persen dalam kematian akibat indeksi virus corona jenis baru. Studi terbaru ini menentang pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya tenyang potensi BCG terhadap COVID-19. 

BCG menjadi nama yang diberikan oleh mikrobiolog Prancis bernama Albert Calmette dan Camille Guerin yang mengembangkan vaksin dengan kandungan strain hidup Mycobaterium bovis, yang terkait dengan bakteri penyebab TB.

Penyakit, yang menyebabkan satu dari tujuh kematian di Amerika dan Eropa pada pergantian abad ke-20, menjadi dapat dicegah setelah vaksin diperkenalkan pada 1921. Studi sebelumnya juga pernah menemukan bahwa vaksin BCG juga dapat memberi anak-anak perlindungan luas terhadap penyakit lain seperti infeksi saluran pernapasan yang tidak terkait dengan TBC. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat