Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Fatamorgana Masalah

Jangan sampai kita terjebak dan hidup dalam fatamorgana masalah.

Oleh ABDUL MUID BADRUN

OLEH ABDUL MUID BADRUN

“Setiap penyakit ada obatnya.” Demikian penggalan hadis yang diriwayatkan Muslim. Dengan bahasa lain: setiap masalah ada solusinya: setiap kesulitan ada kemudahannya: setiap soal ada jawabannya: setiap kegagalan ada berhasilnya. 

Masalahnya, banyak orang larut dalam penyakit, terjebak dalam masalah yang tak kunjung selesai. Akibatnya, belum dapat obatnya sudah menyerah kalah. Bukankah itu sangat disayangkan?

Banyak sekali orang putus asa dan akhirnya bertindak semau gue. Akhirnya, ketika ia mendapatkan masalah, bukan bersyukur tapi malah menyesali dengan mengucap: "Mengapa masalah ini menimpa saya? Mengapa bukan orang lain?"

Seakan-akan protes kepada Allah yang Mahabijak dan Mahasegalanya. Bahkan, sering kali kita menyalahkan orang lain ketika masalah menimpa kita. Ironis, bukan? Padahal, masalah itu ada karena kita. Sekali lagi, disebabkan karena ulah kita sendiri, bukan karena orang lain (QS asy-Syuuraa: 30).

Alquran pun selalu mengingatkan bahwa: “Bersama kesulitan ada kemudahan.” Itu artinya, masalah adalah cara Allah memperhatikan umatnya. Dengan diberi masalah, Allah ingin melihat apakah hamba-hamba-Nya itu masih tetap beribadah dan taat pada-Nya atau sebaliknya. 

Maka, sikap terbaik ketika tertimpa masalah adalah dengan menunjukkan bahwa kita tetap istiqamah menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dari sini, kalimat ini terasa mudah diucapkan tetapi tak mudah dijalankan. Why? Ada kiat sederhana bagaimana menyikapi setiap masalah yang menimpa.

Pertama, yakinkan diri bahwa masalah pasti berlalu. Hanya soal waktu saja. Terasa sakit itu karena kita menganggap masalah adalah akhir dari segalanya. Tidak! Masalah bukan akhir, melainkan awal pembuktian bahwa kita adalah hamba-Nya yang terpilih (QS at-Tin: 4).

Maka, bersyukurlah ketika mendapatkan masalah. Karena, dengan adanya masalah, kita akan semakin matang laiknya buah mangga yang masak di pohon. Sebelum masak, buah itu mendapati berbagai masalah, seperti diterpa hujan, angin, badai, dan panas. 

Kedua, sikapi secara wajar. Jangan berlebihan. Segala apa pun yang disikapi secara berlebihan akan berdampak buruk. Dalam bahasa sekarang disebut lebay!

Allah pun tidak menyukai dan melarang umatnya bersikap berlebih-lebihan dalam hal apa pun (QS al-Maidah: 77, QS az-Zumar: 53). Masalah akan tetap menjadi masalah. Yang dibutuhkan adalah cara dan sikap kita menghadapi masalah agar masalah itu segera berlalu. 

Ketiga, lihatlah ke bawah bahwa masalah kita masih lebih baik dibandingkan dengan masalahnya. Dengan begitu, kita tetap bisa bersyukur dan berupaya agar masalah yang menimpa bisa segera berakhir.

Masalah itu seperti sedang berjalan menanjak. Terasa berat dan sulit. Tapi, ketika kita mampu melaluinya dari satu tangga ke tangga berikutnya akan terasa mudah dan ringan.

Jangan sampai kita terjebak dan hidup dalam fatamorgana masalah. Artinya, melihat hidup itu selalu dipenuhi masalah demi masalah. Seakan-akan tak ada hari esok yang lebih baik.

Cara berpikir seperti ini harus segera diubah. Dengan cara, bahwa kita sebaiknya bersahabat dan berdamai hidup berdampingan dengan masalah.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat