Wakil Presiden KH Maruf Amin. Wapres menyatakan masjid merupakan sentral peradaban Islam. | ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA

Khazanah

Wapres: Jadikan Masjid Sentral Peradaban Islam

Potensi masjid untuk memberdayakan ekonomi umat belum tergarap optimal.

JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) KH Ma'ruf Amin menegaskan, masjid harus dijadikan sentral pembangunan peradaban Islam. Pemikiran seperti ini memiliki pijakan kuat, baik dari aspek historis maupun teoretis.

"Pembangunan peradaban Islam berbasis masjid, artinya menempatkan masjid sebagai sentral peradaban Islam, ini mempunyai pijakan kuat secara historis," ujar Wapres dalam webinar nasional bertema "Membangun Peradaban Islam Indonesia Berbasis Masjid", Rabu (8/7).

Dalam forum yang diselenggarakan Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) tersebut, Wapres menegaskan, Rasulullah SAW merupakan teladan terbaik dalam hal menggunakan masjid untuk membangun peradaban. Setelah hijrah dari Makkah ke Madinah, hal pertama yang dilakukan Rasulullah adalah membangun masjid.

Di Masjid Nabawi, Rasulullah mengajarkan syariat Islam, mengatur masalah kemasyarakatan, di antaranya, soal politik, ekonomi, serta pertahanan atau keamanan. Dalam waktu yang relatif singkat, yakni sekitar 20 tahun, Rasulullah telah berhasil membentuk masyarakat baru yang kuat yang disebut umat. Kemudian, terbangun peradaban baru yang kuat, yaitu peradaban Islam.

Masjid, menurut Wapres, bisa menjadi pusat kegiatan umat Islam, baik dalam hal ibadah mahdhah ataupun ibadah ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah, seperti shalat, zikir, belajar Alquran, pengajian, serta majelis taklim memang sebaiknya dilakukan di masjid. Sebab, ibadah yang dilakukan di masjid pahalanya lebih besar dibandingkan di tempat lain.

Meski demikian, masjid juga menjadi tempat yang tepat untuk melaksanakan ibadah ghairu mahdhah. Misalnya, penguatan dan pemberdayaan umat Islam (taqwiyah al-ummah), seperti dalam hal pendidikan, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan.

"Masjid juga sangat potensial menjadi basis pemberdayaan ekonomi umat. Potensi ini dalam waktu yang cukup lama belum termanfaatkan secara baik," ujar Wapres.

 
Masjid juga sangat potensial menjadi basis pemberdayaan ekonomi umat.
KH MA'RUF AMIN
 

Pemahaman yang kurang tepat menjadi salah satu faktornya. Banyak yang berpendapat, masjid harus dijauhkan dari aktivitas ekonomi. "Masih kuat pemahaman di tengah masyarakat bahwa aktivitas ekonomi yang dilakukan di masjid menjadi tidak berkah," katanya,

Akibat dari pemahaman itu, banyak potensi masjid yang belum dioptimalkan, terutama dalam pemberdayaan ekonomi.

Salah satu cara yang bisa dilakukan dalam mendorong pemberdayaan ekonomi dari masjid adalah menjadikan jamaah masjid sebagai mata rantai ekonomi yang terintegrasi. Dalam hal ini, lanjut Wapres, jamaah bisa menjadi konsumen, produsen, maupun pemilik dalam kegiatan ekonomi yang dibangun melalui masjid.

Adapun model bisnis yang bisa dikembangkan, yakni model berjamaah (sharing ekonomi) atau model koperasi. "Model ini mendorong jamaah menanamkan saham, sekaligus menjadi market-nya. Dengan begitu, keuntungan yang didapat kembali kepada jamaah masjid itu sendiri," kata Wapres.

Dalam forum yang sama, Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK) mengatakan, DMI memiliki moto, "Memakmurkan dan Dimakmurkan Masjid". Maka, jangan lagi berpikir semata memakmurkan dan memajukan masjid, tapi juga memaksimalkan fungsi lain dari masjid, yakni memakmurkan masyarakat.

Memakmurkan masyarakat, menurut JK, berhubungan dengan pengetahuan dan ekonomi yang ke depan berkaitan dengan upaya memajukan peradaban. Mantan wakil presiden RI ini juga berpandangan, selain sebagai tempat ibadah, masjid juga bisa dikembangkan untuk mengelola masyarakat. Salah satunya, dengan memperbaiki ekonomi dan pengetahuan.

JK juga menyebut, Indonesia perlu bersyukur karena hampir di semua sekolah dan universitas memiliki masjid. Artinya, ada tempat bagi umat Islam untuk beribadah sembari menimba ilmu. Fungsi hubungan ubudiyah umat kepada Allah (hablun minallah) dan hubungan horizontal atau muamalah kepada sesama Muslim dan makhluk Allah lainnya (hablun minannas) berjalan secara seimbang di masjid.

 
DMI memiliki moto, "Memakmurkan dan Dimakmurkan Masjid"
JUSUF KALLA
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat