Sejumlah santriwati Pondok Pesantren Gontor Putri Ngawi berjalan keluar dari Rumah Sehat COVID-19 usai menjalani Rapid Test di Jakabaring Sport Center, Palembang, Sumatra Selatan, beberapa waktu lalu. | ANTARA FOTO

Opini

Cara Gontor Menghadapi Pandemi

Covid-19 bukan pandemi pertama yang ditangani Pondok Gontor.

ERDY NASRUL, Wartawan Republika

 

Pemberitaan santri Gontor mengidap Covid-19 menghiasi wajah media arus utama beberapa hari terakhir. Bermula dari pernyataan Pemerintah Daerah Ponorogo bahwa ada seorang santri Gontor 2 di Madusari, Siman, terpapar Covid-19 pada Ahad 6 Juli. Bahkan yang terbaru, 7 orang santri dinyatakan positif Covid-19. Pihak pemda setempat bersinergi dengan para ustaz Pondok pun sigap memberikan tindakan, yaitu dengan mengisolasi santri di rumah sakit Ponorogo.

Kemudian pemberitaan bergulir terus menerus, mulai dari sudut pandang yang menyeramkan, seperti munculnya klaster baru, virus corona mengganas, hingga yang bernada menenangkan, semisal Gontor dan pemerintah berkomitmen mencegah Covid-19, Gontor sigap menangani pandemi, dan lainnya.

Konten seperti ini membuat pemangku kepentingan bereaksi. Orang tua yang anaknya menjadi santri di Gontor 2 sudah pasti mengkhawatirkan kondisi mereka. Bagaimana kabar mereka? Apakah mereka terserang Covid-19 juga? Apa yang dilakukan Pondok untuk menangani pandemi? Dan berbagai pertanyaan seputar Covid-19 dan Gontor. 

Kalau mengetik kata kunci ‘Gontor’ pada mesin pencarian Google, maka yang muncul pada halaman pertama adalah konten yang menerangkan kasus Covid-19 di Gontor 2.

Sebelum Gontor, pandemi Covid-19 juga dialami santri Pesantren Temboro di Magetan, yang juga di Provinsi Jawa Timur pada Mei. Ketika itu ada 32 santri yang positif Covid-19. Semuanya menjalani isolasi dan sembuh. 

Sekolah berasrama juga menjadi sasaran Covid-19, seperti Seminari Bethel Jakarta dan Sekolah Pembentukan Perwira Lembaga Pendidikan Polri (Setukpa) di Sukabumi Jawa Barat. Ada 300 dari 1.550 siswa calon perwira Polri yang reaktif setelah mengikuti rapid test. Namun, kini para siswa di dua lembaga tersebut sudah mampu menangani pandemi. Para siswa sudah sembuh dan kembali beraktivitas seperti sedia kala. 

Saya memperkirakan Gontor akan mengalami hal sama, seperti Temboro, Seminari, dan Setukpa. Apa kuncinya?

Menurut Ahli epidemiologi Griffith University Dicky Budiman: Disiplin protokol kesehatan bisa menekan kurva 80 persen. Non Pharmaceutical Intervention (NPI) seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan harus ditegakkan di level komunitas agar lebih efektif.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengatakan disiplin menjalankan protokol pencegahan penularan Covid-19, adalah kunci menjadikan bertambahnya zona hijau. Jika masyarakat mengabaikan disiplin, maka pengidap Covid-19 akan bertambah. Status hijau akan berubah menjadi kuning, bahkan merah.

 
Kunci dari keberhasilan untuk mempertahankan zona hijau adalah yang pertama disiplin kepada protokol kesehatan yang kedua disiplin kepada protokol kesehatan.
LETNAN JENDERAL DONI MONARDO. Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
 

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu menyebut kata kunci 'disiplin' hingga dua kali. Artinya sikap inilah yang harus menjadi atensi bangsa untuk menekan penyebaran Covid-19.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan makna disiplin adalah tata tertib, seperti di sekolah dan kemiliteran. Arti lainnya adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan.

Kamus Merriam Webster mengartikan disiplin sebagai kendali berupa kepatuhan dan keteraturan, perilaku yang teratur. Juga bermakna sistem yang mengatur perilaku, dan upaya untuk memperbaiki prilaku. Juga berarti kontrol diri, sehingga terbiasa melaksanakan kebaikan.

Ahli  disiplin sekolah dan manajemen kelas dari State University of New York Richard L Curwin dalam bukunya Discipline with Dignity menjelaskan, disiplin yang baik adalah tentang melakukan hal terbaik bagi murid sehingga dia membuat pilihan yang baik dan sehat. Anak belajar di sekolah hanya setengah atau satu hari. Guru mendisiplinkan siswa; mengarahkan mereka untuk belajar dan menjaga perangai selama di sekolah. Orang tua juga ikut mengarahkan anak ketika di rumah, sehingga mereka bersikap baik dan terarah.

Disiplin yang baik adalah tentang memanfaatkan waktu mengajarkan skill parenting: mendidik si anak, mengarahkannya, memberitahukan yang baik dan buruk, perangai apa yang harus dilakukan dan ditinggalkan. Dengan begitu, kata Curwin, seseorang dapat mengontrol diri dan dapat mempelajari hal mendasar dan tingkatan berikutnya.

photo
Petugas melakukan swab test atau tes usap pada santri Pondok Pesantren Moderen Gontor Darussalam untuk melakukan di gedung Universitas Islam Negeri (UIN), Imam Bonjol Padang, Sumatra Barat, Kamis (11/6/2020). Sebanyak 138 santri yang berasal dari Sumatera Barat melaksanakan pengambilan tes usap sebagai salah satu syarat untuk kembali ke Pondok Pesantren Moderen Gontor Darussalam di Provinsi Jawa Timur - (Muhammad Arif Pribadi/ANTARA FOTO)

Disiplin Gontor

Sejak awal berdiri, disiplin sudah menjadi kultur seluruh elemen Gontor. Pada 1981, di hadapan para mahasiswa IKIP Yogyakarta yang bertamu ke Pondok Gontor, KH Imam Zarkasyi (satu dari tiga orang pendiri Gontor) menegaskan betapa strategisnya disiplin.

“Kami menjalankan disiplin secara adil, tidak membedakan orang, siapa pun dia, tak peduli anak kiai, kalau salah akan dihukum. Anak saya sendiri, kalau melanggar disiplin, ya dihukum. Pernah anak kami tidak disiplin, lalu organisasi pelajar ragu untuk menghukum dengan alasan anak kiai kok dihukum. Kemudian mereka lapor kepada saya. Saya katakan jalankan hukuman, tegakkan! Dengan begitu disiplin menjadi lebih baik, lebih maju. Inilah cara kami menegakkan disiplin. Cara kami menegakkan keadilan (KH Imam Zarkasyi: 1981).”

Ini bukan sekadar omongan. Saya sendiri mendengar kesaksian seorang alumnus KMI Gontor tahun 70-an. Pada masa itu ada seorang anak Pak Zar menonton TV dengan mengambil listrik Pondok di sebuah kamar. Santri memang dilarang menonton TV. Namun mereka dibolehkan membaca koran dan buku. Dengan membaca, santri mendapatkan pengetahuan dan informasi baru yang lebih komprehensif: ada latar belakang, inti tulisan, dan simpulan atau sikap penulis. Membaca artikel juga memotivasi orang untuk lebih menelusuri sumber tulisan, sehingga rasa ingin tahu seseorang semakin tajam.

Kembali ke kasus TV tadi, Hal ini mengakibatkan biaya listrik bertambah. Mengetahui hal tersebut, Pak Zar memanggil si anak dan menghukumnya di depan rumah. Ketika itu ada seribuan santri yang belajar di Pondok. Saat memasuki kelas, mereka menyaksikan sang ayah menghukum anaknya sendiri yang melanggar disiplin. Pak Zar memang tak pandang bulu dalam soal disiplin.

Pak Zar sudah tutup usia sejak 1985. Namun bukan berarti disiplin terkubur bersamanya. Tradisi ini menjadi legasi sang pendiri yang terus dijaga hingga detik ini. Disiplin tetap dipatuhi sepenuh hati, ditegakkan dengan berani, dan dilestarikan menjadi budi pekerti.

Dalam keseharian, santri Gontor dibiasakan untuk berdisiplin mulai bangun pada dini hari hingga tidur pada malam. Mereka bangun sebelum adzan subuh berkumandang, mendirikan shalat subuh berjamaah, mengaji Alquran, belajar mandiri, mandi dan sarapan, masuk kelas sebelum pukul 07.00 waktu setempat hingga siang hari, dan seterusnya.

Ketika mengikuti ujian, mereka harus jujur. Jika diketahui berbuat curang seperti mengintip sontekan, maka ujiannya gugur. Santri tersebut diskor hingga satu tahun ajaran. Prinsip ujian di sana adalah tenang, sehingga jarum jatuh pun terdengar, begitu Gontor membahasakan peraturannya.

photo
Mahasiswi Universitas Darussalam Gontor memasuki bilik disinfektan saat tiba di terminal Tamanan, Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (3/4/2020). Petugas kepolisian menyemprotkan disinfektan sekaligus memeriksa kondisi kesehatan 22 mahasiswi yang dipulangkan dari kawasan pondok pesantren Gontor Putri kabupaten Ngawi sebagai upaya antisipasi penyebaran COVID-19 - (ANTARA FOTO)

Mencuri merupakan dosa besar. Hukumannya langsung diusir, meski pun hanya pulpen yang harganya tak seberapa. Permasalahannya bukan di nilai barang yang dicuri, tapi perilaku dan kebiasaan. Sekali mencuri dan berhasil, maka akan mengulangi lagi. Kemudian akan ditiru oleh yang lain. Lambat laun kejahatan ini mewabah dan merusak mental santri. Disiplin yang tegas menekan risiko tersebut.

Tidak berjalan mudah. Ada pihak yang merasa dirugikan dengan penegakkan disiplin semacam ini. Ada pihak yang tidak terima anaknya dihukum. Mereka protes kepada ustaz. Namun itu tak menurunkan semangat para pembantu pondok untuk menjalankan tradisi yang sudah ada. Mereka tetap berkomitmen untuk menjalankan sunah pondok tersebut.

Kini disiplin di Pondok Gontor bertambah karena adanya pandemi Covid-19. Sejak di rumah mereka sudah menjalani isolasi mandiri agar menekan kemungkinan terpapar penyakit. Orang tua juga memberikan jaminan bahwa anak dalam kondisi sehat. Ikatan alumni pondok modern (IKPM) yang merupakan organisasi di bawah naungan Pondok Modern Gontor dilibatkan dalam menangani santri kembali ke Pondok.

Panitia penyambutan santri juga memberlakukan protokol kesehatan seperti penyemprotan disinfektan. Santri di sana diwajibkan mengenakan masker, membiasakan diri untuk cuci tangan, dan menjaga jarak.

Mereka yang dinyatakan positif Covid-19 wajib mengisolasi diri sampai sembuh. Setelah dinyatakan negatif Covid-19, mereka akan kembali membaur dengan santri lainnya.

Isolasi semacam ini juga pernah dilakukan Gontor beberapa tahun lalu, ketika itu ada wabah hepatitis. Santri yang terinfeksi penyakit itu langsung diisolasi di ruangan khusus yang terpisah dari asrama. Tim dokter mengontrol mereka setiap hari. Pengobatan dan asupan gizi yang mencukupi diberikan hingga mereka sembuh.

Pencegahan penyakit menular juga dilakukan secara berkala. Jika ada santri diketahui mengidap tuberculosis (TBC) misalkan, maka akan dipulangkan untuk menjalani pengobatan sampai sembuh. Dengan begitu santri lain tidak tertular dan tetap beraktivitas. 

Karena itu, Covid-19 yang kini terjadi di Gontor 2 bukan persoalan baru. Pemerintah beserta para ustaz dan kiai kini bersinergi untuk menangani pandemi, seperti ketika menangani penyakit lainnya. Dan insya Allah, dengan disiplin yang mereka jalankan, Gontor akan mempersempit penyebaran Covid-19. Seluruh santri kembali beraktivitas, lulus, dan kelak mengabdi untuk negeri.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat