Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Mengelola Musibah

Musibah yang dikelola dengan baik, insya Allah akan berbuah kesabaran.

Oleh PARIATMONO SUKAMDO

OLEH PARIATMONO SUKAMDO

Setiap manusia pasti pernah mengalami musibah. Apa yang sebenarnya dimaksud dengan musibah? Musibah (dan lawannya yaitu berkah) merupakan perbedaan antara takdir Allah yang terjadi dengan keinginan atau harapan seseorang. 

Jika takdir Allah lebih dari atau sama dengan harapan orang tersebut, dia mendapatkan berkah. Sebaliknya, jika takdir Allah yang terjadi kurang dari hajatnya, orang itu dikatakan mendapatkan musibah. Semakin besar perbedaan antara keinginan manusia dan takdir Allah yang terjadi, semakin besar pula musibah yang dirasakan. 

Bagaimana "mengelola" musibah? Yang dimaksud dengan "mengelola" adalah bagaimana sikap kita sebagai Muslim dalam menghadapi musibah. Musibah yang dikelola dengan baik, insya Allah akan berbuah kesabaran dan mempertinggi kedudukan manusia di sisi Allah SWT.

Sikap pertama yang harus dilakukan seorang Muslim dalam mengelola musibah, seberapa pun kecilnya, adalah mengucapkan "innalillahi wa innaailaihi raaji'un" sesuai dengan firman Allah dalam QS al-Baqarah [2]: 155-156. 

Musibah mempunyai dua sisi. Pertama, musibah adalah hukuman (QS 29: 40). Pada sisi lain, musibah juga ujian kesabaran untuk pengampunan dosa (QS 29: 2-3). Ketika seseorang tertimpa musibah, ia tidak tahu apakah yang itu hukuman atau ujian.

Karena itu, sikap kedua dalam mengelola musibah adalah memohon ampun agar musibah itu bukan azab. Pada saat bersamaan, ia harus yakin bahwa musibah tersebut dimaksudkan-Nya untuk peningkatan derajat. 

Sikap ketiga adalah percaya bahwa berkah dan musibah sama-sama membawa kebaikan. Sikap keempat, seorang Muslim harus yakin betul bahwa semua musibah itu datangnya dari Allah dan tidak mungkin ditolak. Jika keyakinan ini ditanamkan, Allah berjanji akan memberikan petunjuk-Nya (QS 64: 11).

Dalam Islam, musibah terbesar adalah kehilangan iman Islam. Jadi, sikap kelima, selama musibah itu bukan berupa kehilangan iman Islam, seorang Muslim harus bersyukur karena dia masih menjadi mukmin.

Untuk menjaga keimanan, sikap keenam seorang Muslim adalah banyak berdoa agar tidak sesat dan kehilangan petunjuk-Nya karena musibah. Karena itu, perlu diresapkan surah al-Fatihah (1): 6-7 setiap shalat.

Musibah terberat berikutnya adalah diperlakukan zalim dan tidak adil. Para Rasul pun mengalaminya. Jika ketidakadilan itu dilakukan oleh penguasa, seorang Muslim harus melakukan sikap ketujuh, yaitu hijrah, dalam arti pindah dari tempatnya berada ke negeri lain. 

Sedangkan, terhadap orang yang menzalimi, sikap kedelapan seorang Muslim adalah tidak perlu membenci, apalagi dendam. Allah SWT juga mendorong seorang Muslim untuk mengambil sikap kesembilan, yaitu membalas kejahatan dengan kebaikan.

Terakhir, terhadap orang yang tertimpa musibah, seorang Muslim harus menunjukkan sikap ke-10, yaitu empati dalam arti ikut merasakan emosi orang lain, ikut prihatin dan mencoba memberikan kontribusi untuk meringankan musibah. 

Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa berkenan memberi kita semua kekuatan untuk melakukan sikap-sikap tersebut sehingga dengan musibah, derajat kita justru akan meningkat. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat