Presiden Joko Widodo memasangkan tanda pangkat jabatan ke pundak Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang baru Jenderal TNI Andika Perkasa seusai pelantikan di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (22/11/2018). Presiden Jokowi melantik Jenderal TNI Andika Perkasa | ANTARA FOTO

Teraju

Energi Baru dari Seskoad

Kini mereka akan menjadi kolonel dengan energi baru, dan semangat baru

OLEH SELAMAT GINTING

Dua teman diskusi Jokowi saat jadi walikota Solo, kini duduki posisi jenderal bintang tiga. Siapa mereka?

Kereta melaju cepat. Melewati sejumlah stasiun. Meninggalkan Kota Pahlawan, Surabaya. Saat revolusi kemerdekaan, arek-arek (pemuda) Suroboyo mempertahankan kemerdekaan dari serangan penjajah.

Di dalam gerbong kereta api, ada dua orang sahabat. Keduanya mayor Angkatan Darat berusia sekitar 34-36 tahun. Dengan tenang duduk di kursi. Sampailah sang kondektur kereta api berpakaian jas, di tempat keduanya duduk.

"Mana karcisnya, Pak?"

"Kami tidak punya karcis," jawab seorang mayor muda itu.

"Tidak bisa, Pak. Bapak harus turun dari kereta."

"Baik, kami akan turun."

Kedua mayor itu dengan tenang, tanpa melakukan perlawanan. Menuruti perintah sang kondektur. Mereka akan turun di stasiun pemberhentian pertama.

Yang mengejutkan, mereka tidak menunjukkan identitasnya sebagai mayor Angkatan Darat. Mereka menyadari kekeliruannya. Turunlah dua arek Suroboyo itu di sebuah stasiun. Lalu, berjalan keluar dari stasiun menuju jalan raya. Mencari bus yang bisa membawa mereka.

Tujuan mereka hendak ke Bandung. Perhitungan mereka, jika naik kereta api akan tiba di Bandung, pukul 01.00 WIB dini hari. Akhirnya mereka mendapatkan bus ekonomi. Alhasil, sampai di Bandung, pukul 07.00 WIB. Selisih enam jam.

"Saat itu uang kami memang terbatas. Bahkan kami terpaksa pulang ke Surabaya, dua pekan sekali, karena uang untuk ongkos itu memang sedikit sekali," katanya menceritakan.

Kedua mayor bersahabat itu adalah perwira siswa Sekolah Staf dan Komando Angatan Darat (Seskoad) di Bandung. Kursus regular tahun 1999/2000. Usai lulus, keduanya menduduki jabatan komandan batalyon. Dan sudah bisa membayar tiket kereta api.

Suatu ketika, sang letkol naik kereta api lagi. Bertemu dengan kondektur yang pernah memaksanya turun. "Ini karcisnya, Pak," katanya tersenyum. Sang kondekturnya pun menerima karcis itu dan mengucapkan terima kasih.

photo
Irjenad Letjen TNI M Effendi bersama KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa - (Dok Dispenad)

Sukoharjo dan Solo

Dua puluh tahun kemudian, kedua mayor itu menduduki jabatan bintang tiga di Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad). Mayor yang dahulu bercerita itu kini berpangkat letnan jenderal (Letjen) TNI. Dialah, Letjen TNI R Wisnoe Prasetja Boedi, koordinator Staf Ahli Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

Letjen Wisnoe menceritakan pengalaman uniknya yang bersajaha, namun salah. Dia menceritakan kepada penulis saat acara olahraga bersama dan minum kopi pagi bersama pimpinan media massa dan wartawan di Mabesad, Rabu (24/6) lalu.

Kedua mayor yang dimaksud adalah Mayor (Infanteri) Wisnoe Prasetja Boedi dan Mayor (Zeni) Mochamad Effendi. Usai Seskoad Mayor Wisnoe menjadi Komandan Yonif 413, Brigif 6 Kostrad di Sukoharjo, Jawa Tengah. Sedangkan Mayor Effendi menjadi Komandan Yonzikon 11, Menzikon, Pusziad di Jakarta.

Keduanya bersahabat sejak taruna, dan lulus Akademi Militer tahun 1986. Yang menarik, Wisnoe empat kali menggantikan posisi yang ditinggalkan Effendi. "Saya empat kali gantikan posisi Mas Effendi. Dia memang lebih cepat satu putaran daripada saya," ujar Wisnoe.

Wisnoe memang menjadi komandan batalyon di Sukoharjo. Namun usai menjadi komandan batalyon, yang menjadi komandan Kodim 0726 di Sukoharjo, justru Letkol (Zeni) Effendi pada 2002-2004. Letkol (Infanteri) Wisnoe menggantikan Effendi, menjadi Dandim Sukoharjo pada 2004-2005.

Kemudian Letkol Effendi geser menjadi Komandan Kodim 0735 Surakarta. Pada 2005 berlangsung pemilihan kepada daerah (pilkada). Tampil sebagai wali kota baru Surakarta, Joko Widodo. Di situ Effendi berinteraksi dengan Jokowi sebagai mitra dalam Forum Koordinasi Kepala Daerah (Forkopimda) Solo. Kembali posisi Effendi digantikan sahabatnya, Wisnoe sebagai Komandan Kodim Solo.

Wisnoe pun bersama Wali Kota Solo Jokowi dalam Forkopimda Solo. Jadi, Effendi dan Wisnoe merupakan kawan lama Jokowi yang kini menjadi Presiden. Pemegang kekuasaan tertinggi atas TNI. Terkoneksi dari Solo. Solo connection.

photo
Koorsahli KSAD Letjen TNI Wisnoe PB bersama KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa - (Dok Dispenad)

Pergeseran posisi yang ketiga terjadi di almamater Akmil. Kolonel (Zeni) Effendi sempat menjadi Komandan Korem di Ternate Kodam Pattimura. Pernah pula menjadi Paban 2 Bindik Staf Personel Angkatan Darat di Mabesad. Kemudian menjadi Direktur Pembinaan Lembaga (Dirbinlem) Akmil pada 2014-2015.

Kolonel (Infanteri) Wisnoe mengikuti jejak Effendi pada 2016 menjadi Dirbinlem Akmil. Wisnoe sempat menjadi Komandan Korem di Surabaya. Cukup lama sekitar tiga tahun. Dia pun sudah siap-siap kalau kariernya mentok di kolonel. Usianya pada 2016 sudah 52 tahun. Enam tahun lagi pensiun.

Beberapa organisasi massa kemudian membujuknya agar bersedia menjadi bakal calon wali kota di Surabaya. Alasannya, Wisnoe paham sekali tentang kampung halamannya. Apalagi sudah menjadi Danrem di Surabaya. Wisnoe tidak menjawabnya. Saat itu pula dia dikembalikan ke almamaternya menjadi Dirbinlem Akmil. Posisi yang pernah ditempati Effendi.

Bintang tiga

Dari Dirbinlem Akmil, Effendi kembali masuk Mabesad di Inspektorat Jenderal Angkatan Darat (Itjenad). Menjadi Irutlog Itjenad pada 2015. Geser lagi menjadi Irben Itjenad. Dua jabatan ini membuatnya semakin paham tentang pemeriksaan di lingkungan Angkatan Darat.

Pecah bintang Effendi saat dia menjadi Direktur Umum Kodiklatad pada 2016-2017. Dua tahun dalam posisi Brigjen TNI, ia kemudian naik lagi. Kali ini promosi sebagai Perwira Staf Ahli Tingkat III bidang hubungan internasional Panglima TNI pada 2017-2018. Dengan pangkat Mayjen TNI.

Tidak disangka, yang menggantikannya, lagi-lagi Brigjen TNI Wisnoe Prasetja Boedi. Temannya yang sama-sama pernah 'diusir'dari kereta api. Wisnoe pecah bintang menjadi Brigjen TNI saat ia bergeser dari Dirbinlem Akmil, promosi menjadi Wakil Gubernur Akmil. Buyarlah harapan sejumlah ormas yang ingin menjadikan Wisnoe sebagai bakal calon wali kota Surabaya.

Wisnoe kemudian mutasi sebagai pati ahli KSAD bidang manajemen Sishankamneg (2017-2018). Hingga promosi pangkat Mayjen TNI. Gantikan Effendi, temannya di Seskoad tahun 1999-2000.

Usai menjadi perwira sfaf ahli di Mabes TNI, Effendi menduduki posisi mayjen mantap, Panglima Kodam Diponegoro. Ia menggantikan temannya sesama Akmil 1986, Mayjen Wuryanto. Terhitung 29 November 2018.

Jejaknya diikuti Wisnoe. Dua bulan kemudian menyusul menjadi Panglima Kodam Brawijaya di Surabaya. Tepatnya pada 25 Januari 2019. Wisnoe menggantikan Mayjen TNI Arif Rahman. Hanya satu tahun tiga bulan sebagai Panglima Kodam Brawijaya, Wisnoe pun promosi bintang tiga menjadi Koorsahli KSAD pada April 2020.

Hal yang sama dialami Effendi, dua bulan setelah promosi Wisnoe. Effendi menjadi Inspektur Jenderal Angkatan Darat (Irjenad) pertengahan Juni 2020 ini. Effendi baru dilantik menjadi Irjenad pada Kamis (25/6) lalu.

Ia tinggal menunggu kenaikan pangkat menjadi Letjen TNI. Irjenad sering disebut sebagai 'orang ketiga' di Mabesad, setelah KSAD dan Wakil KSAD. Kedua jenderal yang pernah menemani Presiden Jokowi saat menjadi Wali Kota Solo itu, kini berdinas tidak jauh dari istana negara. Bekas mayor bersahaja itu kini menuai hasil dari kerjanya, menjadi jenderal bintang tiga Angkatan Darat.

Seskoad 2000

Effendi dan Wisnoe, sama-sama lulusan Seskoad 2000, bersama KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa. Bahkan Andika tampil sebagai lulusan terbaik Seskoad pada tahun itu. Kini, Letjen Effendi membantu Jenderal Andika dalam bidang pemeriksaan. Letjen Wisnoe membantu Jenderal Andika sebagai pemasok kajian ahli para jenderal.

Soal pendidikan, Jenderal Andika Perkasa memang perwira terbaik. "Saat Seskoad saya bersama beliau. Saya baru belajar BAB I, Mayor Andika Perkasa sudah selesai baca BAB IV. Kutu buku dan pandai mengatur waktu. Wajar jika beliau menjadi lulusan terbaik Seskoad 2000. Tidak heran jika terpilih menjadi KSAD," ungkap Irjen Kementerian Pertahanan Letjen TNI Ida Bagus Purwalaksana kepada penulis, beberapa waktu lalu.

Sebagai sindikat. Bukan konotasi negatif. Melainkan kelompok bersama dengan tujuan yang sama. Lulusan Seskoad 1999/2000, kini umumnya memegang posisi-posisi strategis di Angkatan Darat. Saat itu ada 393 perwira siswa, mayoritas lulusan Akmil 1984 hingga 1987. Namun tidak semuanya berhasil menjadi perwira tinggi. Umumnya kini terhenti pada pangkat kolonel. Kolonel adalah pangkat tertinggi di korps.

Abituren Seskoad 1999/2000, antara lain: Jenderal TNI Andika Perkasa, Letjen TNI M Herindra, Letjen TNI Ida Bagus Purwalaksana, Letjen TNI Besar Harto Karyawan, Letjen TNI AM Putranto, Letjen TNI Joppye Onesimus Wayangau, Letjen TNI Tri Soewandono, Letjen TNI Ganip Warsito, Letjen TNI Wisnoe Prasetja Boedi, dan Letjen TNI M Effendi. Termasuk yang sudah pensiun Letjen TNI Hinsa Siburian, dan Letjen TNI Agus Kriswanto.

Beberapa dari mereka masih menjabat panglima Kodam, seperti: Pangdam Bukit Barisan Mayjen TNI Irwansyah, Pangdam Sriwijaya Mayjen TNI Irwan, Pangdam Brawijaya Mayjen TNI Widodo Irsyansah, Pangdam Diponegoro Mayjen TNI Bakti Agus Fadjari, Pangdam Udayana Mayjen TNI Kurnia Dewantara, Pangdam Hasanuddin Mayjen TNI Andi Sumangerukka, dan Pangdam Merdeka Mayjen TNI Santos G Matondang.

Termasuk mantan Pangdam Cendrawasih Mayjen TNI George E Supit dan Mayjen TNI Josua Pandit Sembiring, mantan Pangdam Pattimura Mayjen TNI Marga Taufiq, dan mantan Pangdam Udayana Mayjen TNI Benny Susianto. Begitu juga dengan Kapuspen TNI Mayjen Sisriadi, serta Kapusziad Mayjen M Munib.

Sejumlah Letjen TNI yang masih aktif, merupakan lulusan Seskoad 1998/1999, antara lain: Letjen TNI Doni Monardo, Letjen TNI Joni Suprianto, dan Letjen TNI Fachruddin. Termasuk yang sudah pensiun Jenderal TNI Mulyono, Letjen TNI Tatang Sulaiman, Letjen TNI Tri Legiono Suko, dan saudara kembar: Letjen TNI Yoedi Swastanto, Letjen TNI Yoedi Swastono.

Mayjen yang sudah pensiun di antaranya: Mayjen TNI Agung Risdhianto, Mayjen TNI Wiyarto, Mayjen TNI Komarudin Simanjuntak, dan Mayjen TNI Dominicus Agus Riyanto. Semua Letjen TNI yang masih aktif, baik lulusan Seskoad 1998/1999 maupun 1999/2000, masih berpeluang menjadi jenderal bintang empat pada tahun ini ataupun 2021 mendatang.

photo
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa (kiri) bergandengan tangan dengan istrinya saat tiba di bandara El Tari Kupang, NTT, Senin (9/12/2019). Kedatangan KSAD dalam rangka melakukan kunjungan kerja selama tiga hari, di antaranya adalah memantau lokasi pembangunan Yonarmed dan Yonarhanud, serta peresmian Kompi Kavaleri Komodo di Sumba Barat Daya - (Kornelis Kaha/Antara Foto)

Model baru

Seskoad (juga Seskoal dan Seskoau atau Sespimpol), menjadi syarat 'wajib' untuk menjadi kolonel (atau komisaris besar polisi). Jika tidak berhasil memasuki jenjang pendidikan tersebut, maka perwira menengah akan terseok-seok kariernya.

Peluangnya menjadi kolonel menjadi sangat tipis. Jadi tidak usah heran, perwira lulusan Akmil pun mayoritas berhenti di pangkat letnan kolonel (letkol). Bisa 10 hingga 15 tahun hingga pensiun dari dinas militer. Bahkan ada istilah yang tidak enak, PNS alias perwira non sesko.

Kini, KSAD Jenderal Andika Perkasa mengubah itu. Pada tahun ini, ia membuat perubahan total. Memberikan kesempatan kepada letkol yang tidak berhasil mengikuti Seskoad. Ia berikan kesempatan kepada abituren (lulusan) Akmil 1988 A dan B, 1989, 1990, 1991, 1992 dan seterusnya. Untuk bisa melanjutkan pendidikan Seskoad (gaya baru).

"Bagi saya, anggap saja seperti jenjang pendidikan. Yang belum berkesempatan mengikuti pendidikan tinggi, saya beri kesempatan. Jadi yang belum mengikuti Seskoad dan masih ada sisa waktu pengabdiannya di TNI hingga lima tahunan, kami berikan peluang mengikuti Seskoad," ujar Andika kepada penulis dalam wawancara khusus, baru-baru ini.

 
Jadi yang belum mengikuti Seskoad dan masih ada sisa waktu pengabdiannya di TNI hingga lima tahunan, kami berikan peluang mengikuti Seskoad.
ANDIKA PERKASA, KSAD
 

Jenderal Perkasa melanjutkan, jika para letkol sudah mengikuti Seskoad, maka yang diuntungkan adalah organisasinya dalam hal ini TNI. Perumpamaannya, seperti instansi lainnya akan diuntungkan jika pagawai atau karyawannya berlatar belakang pendidikan sarjana maupun magister.

Maka lulusan Seskoad Juni 2020 lalu, terdiri dari perwira siswa tertua, lulusan Akmil 1988 dan termuda lulusan Akmil 2006. Pendidikannya dipersingkat menjadi enam bulan. Sehinga dalam satu tahun menghasilkan dua gelombang lulusan. Begitulah cara Andika Perkasa, abituren Akmil 1987, mengangkat derajat para letkol untuk bisa menjadi kolonel. Baik lulusan Akmil maupun sekolah perwira (sepa) dari sumber sarjana.

"Saya tidak ingin mereka jadi tidak bersemangat lagi. Bahkan putus asa. Kerjanya pun asal-asalan sambil menunggu pensiun 58 tahun. Ini secara psikologis juga merugikan Angkatan Darat. Kini mereka akan menjadi kolonel dengan energi baru, dan semangat baru," pungkas KSAD, semringah.

Ini bukan seperti film 'pacar ketinggalan kereta'. Melainkan letkol sepuh naik kereta senja menuju Bandung penuh harapan.

 

ABITUREN SESKOAD 1999/2000

- Jenderal TNI M Andika Perkasa KSAD

- Letjen TNI M Herindra Irjen Mabes TNI

- Letjen TNI IB Purwalaksana Irjen Kemhan

- Letjen TNI Besar Harto Karyawan Pangkostrad

- Letjen TNI AM Putranto Dankodiklatad

- Letjen TNI Joppye Onesimus W Danpusterad

- Letjen TNI Tri Soewandono Sesmenko Polhukam

- Letjen TNI Ganip Warsito Pangkogabwilhan III TNI

- Letjen TNI Wisnoe Prasetja Boedi Koorsahli KSAD

- Letjen TNI M Effendi Irjenad

- Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian Ka BSSN, mantan Wakil KSAD

- Letjen TNI (Purn) Agus Kriswanto Mantan Pangkostrad

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat