Petugas melakukan pengasapan (fogging) di Perumahan Makmur Jaya, Drangong, Serang, Banten, Rabu (13/5/2020). Pemprov Banten menginstruksikan kedelapan Pemerintahan Kabupatan/Kota yang ada untuk bersiaga menghadapi peningkatan kasus demam berdarah yang kin | ASEP FATHULRAHMAN/ANTARA FOTO

Nasional

Waspadai DBD Saat Pandemi

Kasus DBD banyak ditemukan di wilayah tinggi kasus Covid-19.

JAKARTA -- Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro mengingatkan masyarakat agar mewaspadai kasus demam berdarah (DBD) selama pandemi. Ia menuturkan, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) wilayah dengan banyak kasus demam berdarah ditemukan di daerah dengan kasus Covid-19 yang tinggi.

Yakni seperti daerah Jawa Barat, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan. “Puncak kasus DBD biasa terjadi menjelang puncak pertengahan tahun seperti sekarang ini,” kata Reisa saat konferensi pers, Jumat (3/7).

Fenomena ini memungkinkan seseorang yang terinfeksi Covid-19 juga berisiko terinfeksi demam berdarah. Karena itu, ia mengingatkan agar masyarakat juga menjaga kebersihan rumahnya masing-masing.

“Di tengah pandemi Covid kita juga harus menekan angka kesakitan DBD. Kita harus tetap bergerak memantau nyamuk baik secara mandiri, bersama-sama maupun bekerja sama dengan pemerintah,” ujar dia. 

 
Penambahan kasus DBD masih tinggi hingga Juni 2020 meskipun biasanya puncak DBD pada Maret tiap tahunnya. 
 
 

Apalagi di situasi pandemi saat ini di mana para petugas kesehatan yang biasanya memantau DBD melalui sistem door to door juga terhambat kinerjanya karena Covid-19. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk kembali menjaga kebersihan lingkungan sekitar sehingga tak menjadi sarang bagi jentik nyamuk Aedes aegypti. “Sekarang kita mulai produktif kembali, maka mari perhatikan saluran air, tempat nyamuk bertelur dan tempat-tempat dengan reservoir air,” tambah Reisa.

Reisa menyampaikan, gejala demam berdarah yang paling umum yakni demam tinggi hingga 40 derajat celcius disertai tubuh yang menggigil dan berkeringat. Selain itu, orang yang menderita DBD juga akan merasakan gejala lainnya seperti sakit kepala, nyeri tulang, nyeri otot, mual, muncul bintik di kulit, hingga pendarahan pada hidung dan gusi.

“Hingga saat ini belum ada obat spesifik untuk menyembuhkan DBD. Pemberian obat hanya untuk mengurangi gejalanya,” tutur Reisa. Berdasarkan laporan Kemenkes, kasus DBD di Indonesia dari pekan pertama hingga pekan ke-27 tahun ini mencapai lebih dari 70 ribu kasus yang tersebar di berbagai daerah. Jumlah kematian DBD pun hampir mencapai 500 orang. 

Kasus DBD

Di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, data Dinas Kesehatan mencatat, selama Januari-Juni 2020, ada 758 kasus DBD yang menyebabkan 17 orang meninggal dunia. Wali Kota Tasikmalaya, Budi Budiman mengatakan, pihaknya telah mengundang para dokter dari setiap rumah sakit, klinik, dan puskesmas, untuk melakukan penanganan masif terhadap kasus DBD.

Ia menginginkan, pada Juli 2020 tak ada lagi kasus kematian akibat DBD. "Saya ingin Juli ini turun dan tidak ada angka kematian akibat DBD di Kota Tasikmalaya," kata dia.

Meski kasus terbilang cukup tinggi, Pemkot Tasikmalaya belum menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) DBD. Budi mengatakan, pihaknya masih akan menunggu perkembangan kasus pada Juli ini. "Kita tunggu Juli. Kita harapkan turun. Tapi kalau naik dua kali lipat, bisa saja (KLB)," kata dia.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jabar, Berli Hamdani, kasus DBD terbanyak di Jabar ada di Kota Bandung. "Pada Januari-Mei 2020 ini, di Kota Bandung kasus DBD nya mencapai 1.748 kasus dengan 9 kematian," ujar Berli pekan lalu.

Berli mengatakan, jika membaca kasus DBD di Kota Tasikmalaya, sudah seharusnya terjadi KLB DBD. Ia menjelaskan, pengertian KLB atau Kejadian Luar Biasa adalah kalau jumlah kasus sudah dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan data di tahun sebelumnya dalam periode yang sama.

"Misalnya, Januari-Mei 2020 dibandingkan denga Januari-Mei 2019. Atau, terjadi kematian walaupun hanya 1 orang yang meninggal yang diakibatkan penyakit tersebut," katanya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Tular Vektor dan Zoonotik dr Siti Nadia Tarmizi mengaku puncak kasus DBD biasa terjadi pada Maret setiap tahunnya. Namun, tahun ini, penambahan kasus masih terjadi cukup banyak hingga Juni.

''Kita melihat sampai saat ini kita masih menemukan kasus antara 100 sampai 500 kasus perhari (dari 10 Januari 19 Juni 2020). Kalau kita melihat jumlah kasus ada 68 ribu kasus DBD di seluruh Indonesia,'' katanya dikutip dari laman resmi Kemenkes, Senin (22/6) lalu.

Di sisi lain, menurut dr Nadia DBD juga menimbulkan angka kematian yang sudah mencapai angka 346, dan itu terjadi di beberapa wilayah dengan kasus Covid-19 yang tinggi. “Fenomena ini memungkinkan seseorang yang terinfeksi Covid-19 juga berisiko terinfeksi DBD. Pada prinsipnya sama, DBD adalah penyakit yang vaksinnya belum terlalu efektif dan salah satu upaya untuk mencegahnya adalah menghindari gigitan nyamuk,” ujarnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat