Petugas kesehatan keluarga berencana mengacungkan salam genre (generasi berencana) sesaat sebelum berangkat bersama Kepala BKKBN Hasto Wardoyo ke kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia di Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (15/2/2020). Pandemi Covid-19 dip | ANTARA FOTO

Nasional

BKKBN: Covid-19 Pengaruhi Pelayanan KB

Pandemi Covid-19 diperkirakan bisa mengubah proyeksi populasi global.

 

JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memprediksi populasi dunia akan meningkat secara pesat dalam kurun waktu 30 tahun mendatang. Adanya pandemi Covid-19 diperkirakan bisa mengubah atau setidaknya memengaruhi proyeksi populasi global tersebut.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan, saat ini kita semua berada di tengah masa yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Penyakit menular Covid-19 sangat mengubah cara hidup manusia. "Wabah Covid-19 juga memiliki dampak mendalam pada akses pelayanan keluarga berencana (KB) maupun informasi kesehatan reproduksi seksual," kata dia saat webinar internasional bertema "Covid-19: Public Health and Economic Perspective", Kamis (25/6).

Dia mengatakan, setiap negara di seluruh dunia kini berjuang untuk memastikan pelayanan program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi tetap tersedia. Di satu sisi, kata Hasto, ketidakpastian dan pembatasan sosial bisa memengaruhi upaya dalam mewujudkan kependudukan Indonesia yang bersaing. Lapangan pekerjaan dan kemampuan tenaga kerja adalah faktor kunci dalam pemanfaatan bonus demografi.

Indonesia diperkirakan menjadi salah satu negara "penyumbang" terbesar pertumbuhan penduduk dunia dalam kurun waktu 30 tahun ke depan. Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN Rizal Damanik mengatakan, perkiraan terburuknya adalah populasi global bertambah dari 7,7 miliar pada 2019 menjadi 9,7 miliar pada 2050. "Sembilan negara, termasuk Indonesia, akan mencapai lebih dari setengah proyeksi pertumbuhan antara sekarang dan 2050," kata dia.

Rizal mengatakan, dari hasil observasi BKKBN, para perempuan di Indonesia memilih untuk tidak datang ke fasilitas kesehatan karena khawatir terpapar Covid-19 atau karena adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

 
Indonesia diperkirakan menjadi salah satu negara "penyumbang" terbesar pertumbuhan penduduk dunia dalam kurun 30 tahun ke depan.
 
 

Kemudian, lanjut dia, adanya potensi gangguan rantai pasok yang membatasi ketersediaan alat kontrasepsi di beberapa daerah. Padahal, tidak dapat diaksesnya pelayanan keluarga berencana (KB), khususnya di Indonesia, menjadi ancaman terjadinya putus penggunaan alat kontrasepsi dan kehamilan yang tidak diinginkan.

Rizal melanjutkan, UNFPA memperkirakan sekitar 47 juta wanita secara global tidak dapat mengakses kontrasepsi modern. Kemudian, 7 juta dari mereka mengalami kehamilan yang tidak diinginkan serta 31 juta kasus kekerasan berbasis gender akan terjadi jika karantina wilayah (lockdown) berlanjut hingga enam bulan di 114 negara berpenghasilan rendah dan menengah. "Jadi, pandemi Covid-19 membuka kerentanan sistem kesehatan masyarakat kita," ujar dia.

President of Asian Population Association Aris Ananta menganjurkan BKKBN untuk dapat melaksanakan kembali pelayanan KB secara masif. Tentunya, pemberian pelayanan KB saat pandemi dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. "Masyarakat berhak mendapatkan akses KB walau di tengah pandemi karena kontrasepsi adalah kebutuhan dasar," kata dia dalam kesempatan yang sama.

Karena itu, ia meminta BKKBN harus fokus terhadap unmeet need, terutama di rural area atau daerah perdesaan yang jauh dari fasilitas kesehatan dan sulit dalam mengakses KB. Selain itu, dia meminta BKKBN memprioritaskan penggunakan kontrasepsi jangka panjang.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat