Seorang mahasiswa menuang cairan Cap Tikus ke gelas ukur di Laboratorium Kimia Universitas Negeri Manado (Unima), Tondano, Sulawesi Utara, Kamis (19/3). Mahasiswa Jurusan Kimia Unima berhasil menciptakan cairan pembersih tangan berkadar alkohol 80 persen | ANTARA FOTO

Kabar Utama

Miras Disulap Jadi Penyanitasi Tangan

Namanya hand sanitizer Sofi, asli buatan Gorontalo.

OLEH RR LAENY SULISTYAWATI, FEBRIAN FACHRI

Berbagai pihak terus mencoba untuk melakukan sejumlah inovasi dalam upaya melawan Covid-19. Banyak bidang yang bisa dipilih untuk berlomba-lomba dalam kebaikan ini. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo memilih untuk membuat inovasi hand sanitizer atau penyanitasi tangan dari bahan baku minuman keras (miras).

Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengatakan, salah satu cara yang dilakukan adalah mengolah 40 ton minuman beralkohol tradisional asal Minahasa, Sulawesi Utara. Miras itu merupakan hasil fermentasi dan distilasi air nira yang berasal dari pohon aren pinnata, yaitu miras Cap Tikus. Semua itu diolah menjadi penyanitasi tangan.

Rusli menceritakan, saat mendengar pemerintah Sulawesi Utara bersama dengan kapolda dan komandan Korem setempat akan memusnahkan 40 ton minuman Cap Tikus, ia memiliki ide untuk mengolahnya. Ia lantas menelepon Gubernur Sulawesi Utara dan menawarkan untuk bekerja sama.

“Jadi, petani tidak rugi, masyarakat juga tidak rugi karena meminum minuman keras, melainkan diubah menjadi hand sanitizer yang berkualitas,” kata dia saat konferensi pers virtual, Rabu (24/6).

photo
Beberapa mahasiswa meracik cairan pembersih tangan di Laboratorium Kimia Universitas Negeri Manado (Unima), Tondano, Sulawesi Utara, Kamis (19/3).  - (ANTARA FOTO)

Kemudian, Pemprov Gorontalo membawa minuman keras sitaan itu dan mengolahnya. Awalnya, kata Rusli, kandungan alkohol minuman itu hanya 40 persen. Kendati demikian, dia tetap menggunakan minuman ini sebagai bahan baku pembuatan penyanitasi tangan karena sulitnya bahan baku.

Gayung pun bersambut. Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menyatakan bisa membuat penyanitasi dengan bahan baku miras ini dan kadar alkohol bisa menjadi 70 persen. Hasilnya, penyanitasi tangan bisa diproduksi dan kini menjadi andalan Gorontalo. “Namanya hand sanitizer Sofi, asli buatan Gorontalo,” ujar dia.

Ke depan, Rusli berencana akan memperluas distribusi penyanitasi tangan ini ke seluruh wilayah Indonesia. Untuk memastikan bahan baku, pihaknya telah menjalin nota kesepahaman (MoU) dengan pemerintah Sulawesi Utara agar minuman Cap Tikus tidak menjadi produk ilegal dan penjualnya harus kucing-kucingan dengan petugas dan masyarakat. “Sekarang minuman itu bisa jadi bahan baku untuk membuat hand sanitizer,” katanya.

Untuk mencegah Covid-19, lanjut Rusli, masyarakat Gorontalo menghidupkan kembali kearifan lokal yang dimiliki sejak nenek moyang. Kearifan yang ia maksudkan, yakni menghidupkan lagi tradisi Beleuto sebagai pengganti masker yang dapat mengurangi terkena percikan cairan (droplet).

“Saya ingat orang tua dulu disebut Beleuto, ibu-ibu dan perempuan ketika keluar rumah memakai sarung menutupi mata kaki ke atas. Ini yang harus kita hidupkan kembali, jadi kita menuju kehidupan baru, tetapi juga adalah kehidupan zaman dulu Gorontalo,” ujar dia.

photo
Anggota polisi mendata minuman keras (miras) jenis Cap Tikus hasil sitaan yang dimasukkan ke dalam kantong plastik di Mapolda Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Senin (9/12/2019). - (Adiwinata Solihin/ANTARAFOTO)

Lebih lanjut, Rusli menjelaskan, zaman dahulu ketika ingin makan selalu menaburi garam pada piring bukan saat memasak di wajan. Ternyata dari literatur yang dia baca menyatakan, vitamin C yang terdapat pada garam dan cabai dapat meningkatkan imunitas tubuh.

“Ketika makan, di piring ditaburi garam dan cabai yang masih utuh, dengan memakan garam salah satu cara yang bisa melawan Covid-19,” ujar Rusli.

Sementara itu, strategi lainnya tetap dijalankan, yaitu bekerja sama dengan perangkat daerah serta seluruh elemen masyarakat untuk menerapkan protokol Kesehatan. “Penanganan Covid-19 tentunya menggandeng perangkat daerah, TNI/Polri, perangkat desa, LSM, mahasiswa, dan seluruh elemen masyarakat, dengan dilakukan secara masif, seperti ini membuat bertambahnya orang yang sembuh,” ujar dia.

Sementara itu, di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, Pelaksana Tugas Bupati Solok Selatan Abdul Rahman menyebut, dari sembilan kasus positif, sebanyak empat orang sudah dinyatakan sembuh. Abdul Rahman menjanjikan Pemkab Solsel akan memberi bantuan sembako warga positif Covid-19 supaya dapat fokus pada proses penyembuhan.

“Bantuan sembako untuk warga positif Covid-19 insya Allah akan kita cukupi yang berasal dari bantuan perusahaan-perusahaan di Solsel,” kata Abdul Rahman.

Pada Rabu (24/6), ada tambahan kasus positif Covid-19 sebanyak satu orang di Solsel, yakni seorang warga berinisial FZ berusia 33 tahun berjenis kelamin laki-laki. FZ diketahui berprofesi sebagai pedagang. FZ diduga terpapar setelah kembali dari Kabupaten Tanah Datar sekitar dua pekan lalu. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat