Nurbaiti (57), memegang foto anaknya, Risa Afrina, seorang tenaga kesehatan Covid-19 di Semen Padang Hospital yang meninggal saat bertugas. | Febrian Fachri/Republika

Kisah Dalam Negeri

Risa Afrina, Gugur di Hari Pertama Merawat

Impian Risa baru tercapai tahun ini, yakni ia diterima menjadi perawat di SPH, khusus untuk menangani pasien Covid-19.

OLEH FEBRIAN FACHRI

 

Nurbaiti (57 tahun), semula tidak percaya anaknya Ns Risa Afrina (25) meninggal saat bertugas sebagai perawat pasien Covid-19 di Semen Padang Hospital (SPT) kemarin, Selasa (16/5). Warga Rawang Ketaping, Kecamatan Kuranji, Kota Padang itu mengaku Risa berangkat bekerja ke SPH dalam keadaan sehat seperti hari-hari biasa. Jarak rumah Risa dengan SPH hanya sekitar 1,2 kilometer. 

"Pagi Risa pamit kepada saya untuk berangkat kerja. Dia dalam keadaan sehat. Dia tidak ada riwayat sakit apalagi tidak pernah dirawat di rumah sakit," kata Nurbaiti kepada Republika di kediamannya, Rabu (17/6).

Meninggalnya wanita 25 tahun itu mengejutkan karena baru bertugas di hari pertama sebagai perawat di ruangan Covid-19 SPH.  Direktur Utama SPH Farhaan Abdullah mengatakan, Risa merupakan 1 dari 30 orang nakes baru yang direkrut SPH untuk penanganan covid-19. "Dia (Risa Afrina) baru berdinas hari pertama (Selasa) kemarin itu. Dua hari sebelumnya dia bersama nakes baru lainnya kami berikan materi dan pembekalan penanganan covid," kata Farhaan, Rabu (17/6).

Farhaan menjelaskan, Risa mendapatkan tugas dari Kepala Ruangan (Karu) yang memimpinnya untuk memenani pasien melakukan pengambilan sampel swab di ruang isolasi lantai 1 Gedung SPH. Sekitar 15 menit baru mengenakan Alat Pengaman Diri (APD) level III, Risa menurut Farhaan mengeluh tidak enak badan. 

Risa kemudian memberitahukan kondisinya kepada salah seorang sekuriti. Setelah itu, Farhaan bersama beberapa nakes lain membawa Risa ke ruangan khusus untuk beristirahat. 

Tak lama setelah Risa diantarkan untuk beristirahat di ruangan khusus di lantai 4 SPH, Farhaan mendapat laporan bahwa Risa pingsan. 

Farhaan yang juga seorang dokter langsung menangani Risa. Seperti pijit jantung, oksigenasi dan dibawa ke ICU. Di ICU, Risa dipasangi bed set monitor dan beberapa alat lainnnya. Namun, Risa tidak dapat bertahan. Ia mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 12.40 WIB kemarin. 

Farhaan menduga, Risa meninggal karena dugaan serangan jantung. Karena hasil visum luar yang telah dilakukan tim medis SPH, tidak ada temuan penyebab lain dari diri Risa. Ia menyebut kecil kemungkinan Risa meninggal karena kelelahan karena ia baru sekitar 1 jam menggunakan APD level III. Farhaan juga menyebut tidak mungkin Risa meninggal karena covid. Karena Covid-19 tidak memberikan reaksi terlalu cepat. Sementara itu, Risa baru hari pertama menangani pasien covid.

"Kalau kecapekan tidak masuk akal karena baru kerja 1 hari dan baru 1-2 jam menggunakan APD level III. Kalau dehidrasi, itu biasanya kalau lebih dari 6 jam," kata Farhaan. 

Sampel swab Risa sudah sempat diambil untuk diperiksakan di Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Farhaan mengatakan, hasil pemeriksaan sampel swab negatif dari Covid-19. "Hasil sudah keluar dan negatif," kata Farhaan. 

Nurbaiti menceritakan, menjadi perawat merupakan hal yang dicita-citakan Risa sejak kecil. Risa merupakan tamatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang angkatan 2013. 

Petani dan pedagang sayuran di Kota Padang itu mengatakan, Risa ingin menjadi perawat karena saat masih kecil, pernah mendengarkan harapan orang tuanya. Suatu ketika Nurbaiti pernah berucap punya keinginan satu di antara lima anaknya ada yang bekerja di rumah sakit. 

 
Selama ini Risa ini yang paling taat. Dia rajin sholat dan puasa sunah. Allah sangat menyayangi Risa. Kami ikhlas.
 
 

Impian Risa baru tercapai tahun ini, yakni ia diterima menjadi perawat di SPH, khusus untuk menangani pasien Covid-19. Sebelumnya, saat masih mahasiswa, Risa juga pernah magang di SPH selama lima bulan. 

Risa merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Dari lima anaknya itu, menurut Nurbaiti, Risa yang paling disiplin dan tekun. Risa tidak pernah meninggalkan ibadah wajib, seperti sholat dan puasa. "Selama ini Risa ini yang paling taat. Dia rajin sholat dan puasa sunah. Allah sangat menyayangi Risa. Kami ikhlas," ujar Nurbaiti.

Risa sudah dimakamkan pada Selasa di salah satu tempat pemakaman di Kota Padang. Pihak Semen Padang Hospital kemarin memberikan penghormatan saat melepas jenazah Risa. 

"Perusahaan akan memberikan penghargaan, dan manajemen SPH akan ajukan surat ke Dinkes agar mendapat santunan karena gugur dalam melaksanakan tugas," ucap Farhaan. 

Risa sudah dimakamkan kemarin di salah satu tempat pemakaman di Kota Padang. Pihak Semen Padang Hospital kemarin memberikan penghormatan saat melepas jenazah Risa. Semua karyawan dan petugas di SPH melepas kepergian Risa dengan lagu Gugur Bung.

Menurut Farhaan meninggalnya Risa menjadi duka mendalam bagi SPH. Risa dianggap sebagai pahlawan yang sudah berjuang mempertaruhkan nyawa demi menangani kasus covid-19 di Sumbar.

Sebelum bekerja sebagai nakes tim covid-19 di SPH, dulunya Risa pernah bekerja sebagai tenaga medis magang selama 5 bulan. Risa mendapatkan penilaian baik dan dianggap mampu bekerja melayani pasien di rumah sakit. Pertimbangan itulah SPH menerima Risa sebagai salah satu tenaga medis baru untuk penanganan covid-19. "Perusahaan akan memberikan penghargaan. Dan manajemen SPH akan ajukan surat ke Dinkes agar mendapat santunan karena gugur dalam melaksanakan tugas," ucap Farhaan.  

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat