Transaksi di Kantor Cabang Pegadaian Bogor, jalan Juanda, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (14/5/2020). Gadai barang tentu membantu kondisi keuangan karena akan mendapat sejumlah uang tanpa kehilangan kepemilikan. | ARIF FIRMANSYAH/ANTARA FOTO

Perencanaan

Gadai Masih Jadi Pilihan

Menggadaikan barang sebaiknya hanya untuk kondisi darurat saja.

Menggadaikan barang menjadi pilihan bagi sebagian orang yang perekonomiannya terdampak pandemi Covid-19. Ketika menghadapi kebutuhan mendesak dan butuh uang, barang yang dimiliki bisa menjadi tanggungan untuk meminjam uang di lembaga gadai.

Financial expert dari platform penasihat keuangan digital Halofina, Mohammad Teguh, menyebut pilihan tersebut merupakan salah satu solusi jangka pendek dalam kondisi darurat. Pihak yang menggadaikan barang bisa langsung mendapat uang yang dibutuhkan.

"Yang harus diperhatikan adalah menggadaikan barang jangan sampai menjadi kebiasaan, untuk kondisi-kondisi yang mendesak saja," kata Teguh.

Dia mengkhawatirkan dampak lain jika seseorang terbiasa menggadaikan barang. Cara singkat mendapatkan uang tersebut bisa membuat seseorang tidak merancang perencanaan keuangan dan tidak memiliki dana darurat.

Menggadaikan barang tentu membantu kondisi keuangan karena akan mendapat sejumlah uang tanpa kehilangan kepemilikan atas barang yang digadaikan. Namun, tetap ada risiko kehilangan barang atau penyitaan ketika tidak mampu menebusnya.

Teguh menyampaikan, pilihan antara menjual atau menggadaikan barang perlu meninjau sejumlah hal.

Dia menyarankan untuk mengukur efektivitasnya. Apabila sulit menebus barang atau barang itu kurang diperlukan, menjualnya adalah solusi yang lebih baik.

Pasalnya, ketika menggadaikan barang, barang akan dinilai lebih rendah dari harga pasar saat itu. Otomatis dana yang diterima akan lebih sedikit dibandingkan jika barang tersebut dijual. Sebelum menggadaikan barang, perlu juga memperhatikan sejumlah aspek.

Pertama, perhatikan biaya-biaya yang harus dibayar, seperti biaya administrasi, bunga, dan fee penyimpanan. Tinjau pula kemampuan keuangan yang dimiliki. Pastikan mampu membayar biaya-biaya yang ada dan bisa menebus barang kembali pada saat jatuh tempo.

Selanjutnya, pastikan barang yang digadaikan masih diperlukan pada kemudian hari. Barang yang digadaikan harus memiliki nilai serta harga pasarannya mudah diketahui sehingga orang yang menggadaikan barang bisa mendapatkan besaran uang yang sesuai.

"Ketika barang sulit diketahui harga pasarnya, lembaga gadai biasanya akan menaksir barang gadai dengan jauh lebih rendah dibanding harga pasarannya,"ujar Teguh. 

photo
Pegawai melakukan transaksi gadai emas dengan nasabah di Kantor Mandiri Syariah, Kuningan, Jakarta, Senin (4/5/2020). Gadai barang tentu membantu kondisi keuangan karena akan mendapat sejumlah uang tanpa kehilangan kepemilikan - (Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO)

Opsi yang cukup solutif

Efan Adam adalah salah satu orang yang memiliki pengalaman menggadaikan barang. Empat bulan silam, dia menggadaikan ponsel miliknya karena sedang membutuhkan uang untuk keperluan yang cukup mendesak.

Saat itu, Efan melihat ponselnya masih berharga dan paling potensial untuk menjadi barang tanggungan atas pinjaman uang. “Sayang banget kalau harus dijual. Jadi, digadaikan dalam artian next time bakal balik lagi. Disekolahin dulu. Kalau sudah lulus baru diambil. Sekarang sudah ditebus, sekitar satu bulan yang lalu," ujarnya.

Pria 35 tahun yang berdomisili di Jakarta Selatan itu memilih menggadaikan ponselnya di Pusat Gadai yang terletak tidak jauh dari kediamannya. Alasan utama adalah karena dekat dari tempat tinggal sehingga mudah dijangkau.

Syaratnya pun cukup sederhana, hanya KTP dan barang yang hendak digadaikan. Efan mendapat nota, kemudian membayar sejumlah uang setiap bulannya. Ada denda sebesar lima persen apabila telat membayar, tetapi Efan bisa melunasinya tepat waktu sehingga tidak perlu membayar denda.

Menurut Efan, menggadaikan barang cukup solutif dalam kondisi darurat. Pria yang bekerja sebagai tenaga penjualan di diler motor tersebut tidak perlu kehilangan barang, tetapi bisa menebus kembali dalam jangka waktu tertentu.

Dia berpendapat, sebagian orang yang perekonomiannya terdampak pandemi Covid-19 bisa saja memilih opsi tersebut. Terlebih, ada banyak orang di-PHK, dirumahkan dengan pengurangan gaji atau tanpa digaji, serta pelaku UMKM yang kesulitan menjual produk.

"Mengandalkan pegadaian atau pusat gadai adalah jalan terbaik daripada harus menjual barang yang suatu saat tidak tahu apakah bisa dibeli lagi,"kata Efan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat