Penumpang kereta rel listrik (KRL) commuter line menunggu kereta di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Selasa (9/6/2020). Lalai jalani kenormalan baru dapat meningkatkan kasus positif Covid-19 | Muhammad Adimaja/Antara

Kabar Utama

Jangan Lalai Jalani Kenormalan Baru

Lalai jalani kenormalan baru dapat meningkatkan kasus positif Covid-19.


JAKARTA -- Penambahan kasus baru Covid-19 di Indonesia kembali menembus angka tertinggi secara harian. Pada Rabu (10/6), terdapat penambahan 1.241 pasien positif Covid-19 dalam 24 jam terakhir.

Angka itu menjadi yang tertinggi sejak kasus Covid-19 di Tanah Air dirilis pertama kali pada awal Maret. Rekor tertinggi sebelumnya terjadi pada Selasa (9/6) dengan penambahan kasus sebanyak 1.043 orang.

Ada berbagai faktor yang menurut pemerintah membuat penambahan kasus baru mencetak angka tertinggi dalam dua hari berturut-turut. Selain karena pemeriksaan dan pelacakan yang kian gencar, kasus Covid-19 terus bermunculan akibat masyarakat kurang patuh menjalani protokol kesehatan.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengungkapkan, ada lima provinsi yang mencatatkan penambahan kasus positif tertinggi. Pertama adalah Jawa Timur dengan penambahan kasus baru sebanyak 273 orang. Kemudian disusul Sulawesi Selatan dengan 189 kasus baru, DKI Jakarta dengan 157 kasus baru, Jawa Tengah dengan 139 kasus baru, dan Kalimantan Selatan dengan 127 kasus baru.

Yurianto mengeklaim, penambahan kasus yang signifikan disebabkan oleh proses pelacakan atau tracing yang semakin agresif dilakukan Dinas Kesehatan di daerah. Pelacakan dilakukan terhadap pihak mana pun yang sempat melakukan kontak langsung dengan pasien positif Covid-19, baik di tempat kerja atau lingkungan rumah.

photo
Calon penumpang mengantre menunggu bus Transjakarta di Halte Harmoni, Jakarta, Senin (8/6). Antrean calon penumpang terjadi setelah aktivitas perkantoran dan ekonomi kembali dibuka di Jakarta ditengah masa transisi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akibat pandemi Covid-19. Lalai jalani era normal baru dapat meningkatkan kasus positif Covid-19 - (Republika/Thoudy Badai)

"Sehingga bisa kita lihat sebagian besar penambahan kasus adalah spesimen yang dikirim puskesmas atau Dinas Kesehatan, bukan dari rumah sakit," kata Yurianto dalam keterangan pers, Rabu (10/6).

Ia berharap semakin gencarnya upaya pelacakan akan semakin banyak mengungkap kasus positif yang sebelumnya tersembunyi. Ia pun berpesan agar pasien positif melakukan isolasi mandiri di rumahnya atau di rumah sakit apabila memerlukan perawatan medis.

Yurianto mengungkapkan, saat ini masih ada orang-orang yang sebenarnya positif terinfeksi Covid-19 tetapi tidak melakukan isolasi mandiri di rumahnya. Mereka justru tetap melakukan aktivitas di luar rumah hingga meningkatkan risiko penularan kepada orang lain.

Menurut Yurianto, kondisi ini menjadi salah satu alasan di balik kenaikan jumlah kasus baru. "Mari kita pahami bahwa kasus ini terjadi karena penularan masih terjadi. Artinya, masih ada orang sakit yang tidak melakukan isolasi diri, masih berada di tengah masyarakat, serta masih ada masyarakat yang rentan karena belum jalankan protokol kesehatan," kata dia. 

Masih ada orang sakit yang tidak isolasi diri, masih ada masyarakat yang rentan karena belum menjalankan protokol kesehatan.
ACHMAD YURIANTO, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 

Jumlah kasus positif memang terus meningkat secara nasional. Namun, apabila dilihat lebih spesifik per provinsi, ada lebih banyak provinsi yang dianggap berhasil menjalankan penanganan Covid-19.

Yurianto mengatakan, pada Rabu ini, ada 15 provinsi yang mencatatkan penambahan kurang dari 10 kasus baru. Bahkan, ada enam provinsi yang mencatatkan penambahan nol kasus baru dalam satu hari terakhir.

Kasus baru
Lonjakan kasus mesti menjadi peringatan bagi semua pihak untuk semakin ketat dalam menerapkan protokol pencegahan Covid-19. Apalagi, saat ini berbagai pemerintah daerah mulai menerapkan era kenormalan baru dengan merelaksasi sejumlah aturan dalam pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Presiden Joko Widodo pun mengingatkan agar keputusan membuka sebuah tatanan baru masyarakat produktif yang aman dari Covid-19 harus dilakukan secara hati-hati dan melalui tahapan yang ketat. Ia tak ingin kebijakan diambil terburu-buru yang justru menimbulkan kenaikan jumlah kasus baru hingga menyebabkan terjadinya gelombang kedua penularan.

“Jangan sampai ada kesalahan kita memutuskan sehingga terjadi kenaikan kasus di sebuah daerah,” ujar Jokowi saat mengunjungi kantor Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 atau Gugus Tugas Nasional di BNPB, Rabu (10/6).



Pelaksanaan tatanan baru harus dilakukan dengan hati-hati berdasarkan data dan fakta di lapangan. Menurut dia, data yang dimiliki oleh Gugus Tugas Nasional telah lengkap.

Ia meminta Gugus Tugas terus memberikan peringatan kepada daerah-daerah dengan kasus tertinggi, daerah yang jumlah kasusnya meningkat, dan daerah yang angka kematiannya juga terus bertambah. Dengan begitu, daerah tersebut dapat meningkatkan kewaspadaan.

Jokowi pun meminta pemerintah daerah tak lengah saat angka kasus positif Covid-19 mulai menurun. Sebab, ancaman Covid-19 belum berakhir hingga saat ini. “Evaluasi secara rutin, sekali lagi, meskipun misalnya sebuah daerah kasus barunya sudah menurun, hati-hati jangan sampai lengah karena di lapangan masih sangat dinamis,” kata Jokowi.

Menurut Jokowi, situasi pandemi seperti saat ini masih akan terus dihadapi hingga vaksin virus korona ditemukan dan dapat digunakan secara efektif di masyarakat. Sebab, proses penemuan hingga penggunaan vaksin juga membutuhkan waktu yang cukup lama.

Karena itu, Presiden kembali menegaskan agar masyarakat mulai beradaptasi dengan pandemi Covid-19 dan juga kebijakan baru yang ditetapkan pemerintah. "Masyarakat harus membiasakan diri menjalankan protokol kesehatan sehingga aman dari penularan Covid-19 saat beraktivitas," ujar Jokowi.

Terkait era kenormalan baru, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan sejumlah ketentuan sebelum negara melakukan relaksasi pembatasan sosial. Lalu, apakah Indonesia sudah memenuhi persyaratan tersebut? 

Evaluasi secara rutin meskipun kasus barunya sudah menurun, hati-hati jangan sampai lengah karena di lapangan masih sangat dinamis.
PRESIDEN JOKO WIDODO 

Salah satu hal yang disyaratkan WHO sebelum dilakukan relaksasi adalah transmisi Covid-19 terbukti sudah bisa dikendalikan. Ini bisa diukur dari angka reproduksi (RO) dan melandainya angka penularan.

Pada pertengahan Mei, angka RO secara nasional berada di angka 2,5. Artinya, satu orang yang terinfeksi secara konsisten bisa menularkan kepada 2-3 orang lainnya. Sementara, pada awal Juni ini, angka RO nasional sebagaimana diinformasikan laman Indonesia.go.id, masih berada di kisaran 1,3.

Kendati demikian, angka reproduksi Covid-19 di daerah banyak sudah berada di bawah angka satu, salah satunya di DKI Jakarta yang sampai saat ini merupakan provinsi dengan angka kasus positif Covid-19 tertinggi. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat mengumumkan dimulainya PSBB transisi pada Jumat (5/6) menyebut angka RO di Ibu Kota berada di angka 0,99.

Syarat lain yang ditetapkan WHO adalah kemampuan melakukan tes Covid-19, mengidentifikasi, mengisolasi, melacak kontak, dan melakukan karantina. Dalam hal kemampuan tes Covid-19, jumlah spesimen terbanyak yang pernah diuji sekitar 14 ribu spesimen. Jumlah itu belum sesuai dengan target Presiden Joko Widodo yang menginginkan agar uji spesimen mencapai 20 ribu unit per hari.

Hal tersebut diakui secara langsung oleh Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito saat memberikan paparan kepada Presiden Jokowi, kemarin.

Wiku mengungkapkan, terdapat 147 laboratorium rujukan yang memiliki kemampuan melakukan uji spesimen dengan tes cepat molekular atau PCR. Percepatan memang berhasil dilakukan dari kapasitas awal yang hanya kurang dari 1.000 uji spesimen per hari, hingga kini tembus 10 ribu sampai 14 ribu per hari. Namun, angka target yang dipasang Presiden belum bisa tercapai.

"Karena laboratorium ini berada di bawah kementerian dan lembaga yang beda-beda. Ini adalah disrupsi sistem administrasi kelembagaan kita yang perlu ditingkatkan ke depan dalam rangka deteksi penyakit berbahaya," kata Wiku. Menurut dia, kepemilikan yang berbeda-beda ini membuat sinergi dan koordinasi data antar-laboratorium ikut terkendala.

Hingga Rabu (10/6), jumlah kasus Covid-19 telah menembus 34.316 kasus. Sebanyak 20.228 orang atau 58,99 persen dalam perawatan. Sementara, tingkat kesembuhan sebanyak 35,3 persen dari kasus terkonfirmasi atau jumlahnya mencapai 12.129 orang. Adapun tingkat kematian Covid-19 sebanyak 5,7 persen atau 1.959 orang.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat