Belajar jarak jauh | Pixabay

Inovasi

Pantang Berhenti Belajar karena Pandemi

 Dari Cina hingga Afrika, kini belajar dilakukan dengan bantuan teknologi karena pandemi. 

Lebih dari 1,5 miliar pelajar di seluruh dunia terdampak oleh adanya kebijakan penutupan institusi pendidikan selama pandemi Covid-19. Untuk memitigasi dampak yang ditimbulkan, UNESCO telah meluncurkan Koalisi Edukasi Global yang melibatkan organisasi internasional, masyarakat sipil, dan perusahaan- besar untuk bersinergi di dalamnya.

Hal ini dilakukan guna memastikan kegiatan belajar-mengajar tidak berhenti meski dunia tengah berjuang menghadapi wabah penyakit. Sebagai salah satu anggota dari Koalisi Edukasi Global UNESCO, Huawei berkomitmen mendistribusikan  teknologi yang dikembangkannya untuk dapat digunakan masyarakat luas. 

Melalui inisiasi bernama TECH4ALL, Huawei memperkenalkan program inklusi digital jangka panjang yang memanfaatkan teknologi untuk tujuan kebaikan. Salah satu fokus utamanya adalah, menghadirkan aksesibilitas terhadap pendidikan berkualitas.

Director UNESCO Institute for Information Technologies in Education (IITE), Zhan Tao mengungkapkan, sebagai bagian integral dari UNESCO, IITE dan para mitra di seluruh dunia kini bekerja sama di bawah inisiasi bertajuk ‘Combat Covid-19: Keep Learning Together, We Are on the Move!’. “Dalam inisasi ini, kami berbagi pengalaman, studi kasus dan sumber daya agar upaya bersama yang kami lakukan dapat berjalan efektif dan mampu menjangkau seluas mungkin,” ujar Tao.

Selama masa krisis, Huawei menyediakan dukungan dalam bentuk pendanaan, beragam platform terbuka, dan sumber daya edukasi yang dapat digunakan secara cuma-cuma.

Director Talent Ecosystem Development Department Huawei, Bradd Feng mengungkapkan, dengan memberikan dukungan terhadap penyelenggaraan pembelajaran daring, Huawei berharap dapat meminimalkan kendala yang dapat mengganggu proses belajar siswa selama berada di rumah. 

Lebih dari 13 sumber  Masif Open Online Course (MOOC) pun akan dibuka. Meliputi bidang-bidang canggih, seperti kecerdasan buatan (AI), big data, 5G, dan Internet of Things (IoT). Huawei juga akan menyediakan lebih dari 100 Train the Trainer (TTT) daring dari April hingga Desember 2020. 

Diharapkan, lebih dari 1.500 guru akan berpartisipasi dalam pelatihan ini. Huawei menargetkan sebanyak 50 ribu peserta akan mengikuti pelatihan yang diselenggarakan, tentang bagaimana melakukan belajar mandiri dan kelas-kelas secara daring.

Menemukan platform tepat

Universitas Wuhan (WHU) merupakan universitas nasional utama yang komprehensif dan langsung berada di bawah administrasi Departemen Pendidikan. Sejak didirikan, WHU telah mengembangkan lebih dari 300 ribu talenta profesional di berbagai pekerjaan. 

Di antaranya, terdapat lebih dari 100 anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Cina dan Akademi Teknik Cina. Wakil Dekan School of Computer Science/ Universitas Wuhan, Liu Shubo mengungkapkan, bagaimana cara mereka mengajar secara daring di tengah pandemik Covid-19. 

Di awal, para pengajar memilih platform pengajaran daring mereka. Platform ini harus memenuhi beberapa kriteria, yakni memiliki persetujuan tinggi, trafik yang besar, dan kinerja real time yang baik dan stabil. 

Selain itu, platform juga harus sederhana untuk digunakan dan cocok untuk pengajar dari berbagai usia. Selanjutnya yang dilakukan adalah menyiapkan konten belajar. 

Liu mengungkapkan, sebagian besar sesi belajar di kampus Universitas Wuhan memiliki courseware elektronik. Yang paling umum digunakan adalah slide PowerPoint. “Semua sumber daya e-book di perpustakaan diunduh gratis. Lembaga sosial juga telah membuka sumber daya seperti MOOC,” ujar Liu.

Sebelum mengajar, ada bimbingan dan latihan bagi para pengajar dan mahasiswa untuk mempersiapkan kelas daring. Semua yang akan mengikuti sesi belajar juga telah membentuk Grup QQ atau grup WeChat berdasarkan nomor sesinya.

Menurut Liu, hal terpenting dalam pemilihan platform pengajaran, adalah membagi kegiatan pengajaran menjadi beberapa bagian. Kemudian, fokus pada platform yang memiliki lebih banyak kapasitas, seperti QQ WeChat and Tencent Meeting, U Classroom, BiliBili, atau DingDing. “Akhirnya, ketika para pengajar telah berhasil menjelajahi platform pengajaran yang pasti, kami akan berbagi dengan yang lain dan menjelaskan cara penggunaannya,” kata Liu.

Platform pengajaran yang digunakan di WHU beragam. Ada QQ WeChat, U Classroom, Kuaishou, DingDing, BiliBili, Xuexi Tong, Luojia online, dan lain sebagainya. Selain itu, jenis pengajarannya beragam. 

Mereka bisa menerapkan sistem mengajar dengan tipe penjelasan daring, tipe pertanyaan, tipe tanya jawab, question driven type, cutting edge technology question type atau flipped classroom.

Mengintip Proses Belajar di Kenya

photo
Belajar jarak jauh di kala pandemik - (Pixabay)

Samuel Kinuthia dari Universitas Zetech, Kenya, mengungkapkan kegiatan belajar di universitas secara tatap muka mulai ditangguhkan sejak Maret lalu. Ini dikarenakan efek dari pandemi Covid-19.

Samuel mengungkapkan, saat ini Universitas Zetech berkolaborasi dengan Huawei Technologies dalam program “Learning Never Stop”. Program ini memfasilitasi pembelajaran yang memungkinkan akses ke WeLink Meeting Huawei, bundle data siswa masing-masing 2.000 shilling Kenya, dan konten pembelajaran untuk guru serta siswa.

Semuel menggambarkan bagaimana proses membuat kelas daring di Universitas Zetech. Semuanya dimulai dengan grup WhatsApp untuk berkomunikasi.

Setelah itu, mereka membagi kelas menjadi grup yang lebih kecil. Setiap perwakilan kelompok di kelas bisa membuat tindak lanjut untuk siswa yang tidak memungkinkan bergabung di kelas tepat waktu atau siswa yang tidak bisa menghadiri kelas karena masalah lain. “Kemudian kami memonitor kelas melalui lembar Google bersama,” ujar Samuel.

Mahasiswa diharuskan memiliki webcam laptop atau desktop, kemudian memasang aplikasi Zoom dan headphone. Konektivitas internet juga menjadi suatu keharusan.

Pengajar bisa membagikan rencana tabel kelas dan bagaimana mereka akan mengajar ke staf Huawei. Staf Huawei kemudian membuat WeLink Meeting untuk semua kelas.

Samuel pun mengajarkan bagaimana cara menggunakan Zoom pada mahasiswanya untuk kelas daring ini. Sebab, sebagian besar dari mereka belum mengerti cara menggunakan Zoom. 

Pada awal mula kelas, Samuel menuturkan, pengajar biasanya meminta staf untuk bergabung dengan kelas. Mereka memastikan Samuel atau siapa pun, telah siap menjadi host. 

Pengajar bisa mengontrol dan memastikan kelas terkoordinasi dengan baik saat mengajar. Samuel kemudian menerapkan istirahat lima menit setelah mengajar 30 menit di kelas.

Saat istirahat, ia biasanya menanyakan pertanyaan acak kepada mahasiswanya. Hal ini berfungsi agar semua yang ada di dalam kelas aktif terlibat dan juga memastikan mahasiswa yang ada di kelas benar-benar bersamanya.

Selain itu, kegiatan belajar di kelas direkam dalam bentuk audio dan video yang dibagikan setelah kelas berakhir. Jadi, siswa yang berada di kelas dan siswa yang tidak dapat mengikuti kelas bisa meninjau ulang pelajaran mereka.

Untuk sesi praktek, siswa dapat berpartisipasi dengan melakukan praktek di perangkat mereka. Di akhir kelas, Samuel mengadakan diskusi dengan para mahasiswanya. Kehadiran di kelas daring ini memiliki bobot sebanyak 76 sampai 84 persen.

Konektivitas jadi tantangan 

Kurangnya perangkat pembelajaran dan minimnya konektivitas di daerah terpencil menjadi tantangan universitas di Kenya dalam melaksanakan kelas daring. Selain itu, minimalnya kontak langsung dengan siswa, menjadi tantangan dalam upaya transisi menuju pembelajaran jarak jauh. 

Kelas daring juga menghadapi tantangan keterampilan manajemen waktu, motivasi diri dan disiplin siswa.
SAMUEL KINUTHIA, Universitas Zetech Kenya

Meski begitu, ia memiliki saran untuk para pengajar agar sukses melaksanakan kelas daring. Pertama, aturlah waktu kerja pengajar dan pastikan siswa bergabung secara teratur untuk menghadiri kelas.

Kedua, sediakan alat bantu mengajar yang bisa diakses di aplikasi media yang dipilih. Kemudian, pastikan pengajar memiliki internet yang stabil dan mengisi daya perangkat atau cadangan. Dan yang terakhir, karena mengajar dilakukan dari rumah pastikan untuk bebas dari gangguan, misalnya dari anggota keluarga yang lain. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat