Warga asal Gorontalo merayakan tradisi tumbilotohe atau malam pasang lampu di rumah karena tak bisa mudik pada masa pandemi Covid-19, di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (20/5/2020). | Mohamad Hamzah/ANTARA FOTO

Cahaya Ramadhan

Hindari Silaturahim Langsung Saat Pandemi

Hukum silaturahim adalah sunah, menjaga diri dari penyakit mematikan hukumnya wajib.

 

 

JAKARTA -- Perayaan Hari Raya Idul Fitri identik dengan silaturahim. Di tengah kondisi pandemi global Covid-19, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau umat Islam tidak bersilaturahim secara langsung.

Ketua Komisi Dakwah dan Pengem bangan Masyarakat (MUI) KH Muhammad Cholil Nafis mengatakan, pahala melakukan silaturahim secara virtual di tengah pandemi bisa saja lebih besar dari silaturahim dengan tatap muka. "Insya Allah dalam rangka menjaga diri dengan tidak melakukan kontak fisik, menjaga jarak, itu pahalanya lebih besar," ujar Kiai Cholil Nafis saat dihubungi Republika, Selasa (19/5).

Kiai Cholil Nafis menyebut, hukum silaturahim adalah sunah. Se mentara, menjaga diri dari penyakit yang mematikan hukumnya adalah wajib.

Kiai Cholil menyebut pada era kemajuan teknologi dan informasi saat ini, beragam cara bisa dilakukan untuk tetap saling berkomunikasi. Selain melakukan sambungan telepon, kini masyarakat juga bisa memanfaatkan panggilan video. "Insya Allah, pahala silaturahim dengan cara ini (virtual) sama, bahkan lebih besa karena kita dalam kondisi sabar menghadapi cobaan dari Allah SWT," kata dia.

Pemimpin Pondok Pesantren Daarut Tauhid, KH Abdullah Gymnastiar, mengatakan, yang terpenting dari silaturahim adalah tersambungnya hati. "Walau jarak jauh, kalau berkomunikasi pakai hati (melalui) telepon atau dengan sarana media lainnya yang betul-betul tulus itu akan lebih tersambung ke hati. Daripada fisik dekat, tapi hatinya yang jauh," kata pria yang akrab disapa Aa Gym kepada Republika.

Menurut dia, akan menjadi kebaikan apabila melaksanakan Idul Fitri di rumah karena mengikuti anjuran MUI dan pemerintah. Aa Gym juga mengajak umat menahan diri untuk tidak mudik. Tujuannya agar tidak menimbulkan musibah bagi orang-orang terdekat yang dikunjungi.

Aa Gym mengingatkan, pasti banyak hikmah dan kebaikan di balik pandemi Covid-19. Oleh karena itu, dia mengajak umat Islam menggunakan momen Idul Fitri kali ini untuk menambah lebih banyak kebaikan. Caranya dengan mematuhi seruan MUI, pemerintah, dan menjaga diri serta keluarga dari penularan wabah Covid-19.

"Percayalah, semua kebaikan yang Allah ciptakan di balik (pandemi) Covid-19 ini akan kembali kepada siapa pun yang melakukannya dengan ikhlas, ridha, dan sungguh- sungguh," ujar Aa Gym.

Peneliti Rumah Fiqih Indonesia Ustaz Ahmad Zarkasi mengatakan, menghindari silaturahim secara langsung merupakan kaidah fikih yang disepakati oleh seluruh ulama sejagat raya. "Yaitu mencegah keburukan itu jauh lebih diutamakan dibanding mendatangkan kemaslahatan," kata Ustaz Ahmad.

Menurut dia, jangan sampai kebaikan yang ditunaikan justru mendatangkan keburukan. Untuk itu, sebaiknya ditinggalkan guna mencegah keburukan.

photo
Sejumlah pengunjung memilih pakaian di salah satu mal di Cirebon, Jawa Barat, Rabu (20/5/2020). Umat Islam diimbau menghindari silaturahim langsung saat Idul Fitri karena virus Covid-19 masih mungkin menular - (NOVA WAHYUDI/ANTARA FOTO)

 

Panduan khotbah

Ulama asal Pekanbaru, Riau, Ustaz Abdul Somad (UAS), mengatakan shalat Idul Fitri bisa dilakukan sendiri di rumah atau dilaksanakan berjamaah di rumah jika ada empat orang lebih. UAS mengatakan, untuk khatib saat shalat Idul Fitri di rumah, rukun khotbahnya sama seperti khotbah Idul Adha dan khotbah Jumat. "Cuma lima saja," kata UAS.

Dia menjelaskan, tata cara khotbah Idul Fitri di rumah. Pertama, khatib harus berdiri. Kemudian, takbir, mengucap alhamdulillah, setelah itu membaca shalawat (Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa'ala ali sayyidina Muhammad).

Setelah itu, membaca ayat Alquran (Ya ayyuhalladzina amanu ittaqullah). Jika tidak hafal, boleh membaca qul huwallhu ahad Allahus somad. Setelah itu, wasiat takwa (Usikum wanafsi bitaqwallahi). "Jika tidak bisa bahasa Arab, sebutkan, 'Kuwasiatkan kepada kamu, takutlah kepada Allah'."

Setelah itu, khatib duduk sebentar. Sebab, khotbahnya terdiri atas dua khotbah. "Setelah itu, berdiri lagi dan ulang lagi. Alhamdulillah, shalawat, membaca qul huwallhu ahad Allahus somad, jamaah sekalian mari kita tingkatkan takwa, mudah-mudahan kita makin takwa kepada Allah," kata UAS.

Selanjutnya, membaca doa (Allahumma muslimin). Kalau tidak bahasa Arab, bisa berdoa, Ya Allah lepaskan bencana ini dan ditutup kalimat Alhamdulillahirabbil alamin. "Selesai, habis," ujar UAS.

"Tidak ada alasan untuk tidak beribadah. Mudah-mudahan bermanfaat, terima kasih," kata UAS.

photo
Penjual kulit ketupat menata jualannya di Pasar Besar, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Rabu (20/5/2020). Umat Islam diimbau menghindari silaturahim langsung saat Idul Fitri karena virus Covid-19 masih mungkin menular - (Makna Zaezar/ANTARA FOTO)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.