Personel TNI menyalurkan bantuan beras di Kodim 0508/Depok, Jawa Barat, Senin (27/4). Sasaran bantuan ini adalah warga terdampak korona. | Republika/Thoudy Badai
Sejumlah petugas memeriksa identitas penumpang di kedatangan Terminal Bungurasih, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (23/4/2020). Mereka juga akan menjalani pemeriksaan untuk mencegah korona. | Umarul Faruq/ANTARA FOTO
Siswa berdoa agar wabah korona segera selesai, | Oky/Antara
Warga berdoa agar dunia dibebaskan dari wabah korona. | Republika

Hikmah

Khairul Bariyyah, Korona, dan Inspirasi Dunia

Allah menurunkan para penolong untuk membantu manusia melawan wabah korona. Merekalah khairul bariyah.

 

Oleh M Towil Akhirudin

Pengajar di Pondok Pesantren Darunnajah 8 Cidokom Bogor Jawa Barat

 

Di tengah wabah korona yang menghujam gerak perekonomian dunia, para penolong Allah beterbaran menebar kebaikan. Mereka berbagi harta, memerhatikan nasib warga yang terdampak wabah, dan menginspirasi negeri ini untuk membantu sesama. 

Hal ini menjadi pertanda bahwa kasih sayang Tuhan masih sangat berlimpah. Dan sungguh Tuhan mencintai orang yang berbuat kebaikan. Orang-orang baik tersebut bermunculan di tengah wabah Covid-19. Penyakit ini bersifat menular. Penyebabnya adalah virus yang mengganggu dan merusak organ pernafasan manusia.

Di antara orang-orang baik tersebut adalag Nurhayati Subakat. Seorang wanita kelahiran Padang Panjang, Sumatra Barat. Tepatnya lahir pada 27 Juli 1950. Anak kedua dari delapan bersaudara.Seorang santri alumnus Pesantren Diniyyah Putri Padang Panjang tahun 1973.

Ia adalah pendiri PT Pusaka Tradisi Ibu. Yang sekarang lebih dikenal dengan PT Paragon Technology and Innovation (PTI). Sebuah perusahaan besar yang menangani 3 brand kosmetik lokal ternama, Wardah, Emina, Make Over dan perawatan rambut Putri dan IX.

Belum lama ini masyhur di jagat media sosial perihal donasi PTI sejumlah Rp 40 miliar untuk penanganan virus korona. Donasi tersebut berupa alat kesehatan, yang diberikan ke sejumlah rumah sakit, di antaranya RS Persahabatan, RS Pelni, dan RS Sulianto Saroso. Diketahui bahwa rumah sakit tersebut adalah rumah sakit yang memang dikhususkan dalam penanganan pasien Covid-19.

Lalu ada Ahmad Alghozi. Seorang milenial. Lulusan D-3 Jurusan Informatika STT Telkom (Telkom University) Bandung. Berdasarkan catatan Dahlan Iskan Way, Ahmad Alghozi membuat sebuah aplikasi tracking Covid-19 yang disebut dengan FightCovid19.id. Aplikasi ini dibuatnya dan diberikan kepada Indonesia tanpa harap materi.

Kemudian di saat hebohnya sebagian masyarakat menolak jenasah pasien Covid-19 untuk dimakamkan di wilayahnya, seperti di Banyumas Jawa Tengah. Hadirlah seorang Kiai dari sebuah pondok pesantren di Banjarnegara. Kiai Khayatul Makki pengasuh ponpes Alif Baa Banjarnegara mewakafkan sebagian tanahnya untuk menjadi area pemakaman jenasah pasien Covid-19.

Yang tidak kalah hebat dan baiknya adalah para tenaga medis. Dokter dan perawat. Para petugas keamanan. Juga Pemerintah pusat dan daerah. Merekalah pejuang garis depan semasa Covid-19. Berkorban tenaga, pikiran dan waktu. Bahkan tidak sedikit yang telah gugur. Merekalah para pejuang kemanusiaan.

Mereka inilah yang saat ini. Di masa wabah Covid 19 adalah sebaik-baik makhluk. Di dalam Alquran sebaik-baik makhluk disebutkan dengan kata khairul bariyyah. Frasa ini berada di Alquran juz 30 surat ke-98 albayyinah ayat 7.

photo
Petugas medis membantu mendorong kursi roda milik seorang warga negara Indonesia (WNI) yang sedang sakit dari Port Dickson Malaysia setibanya di Pelabuhan Internasional PT Pelindo I Dumai di Dumai, Riau, Rabu (22/4/2020) - (Aswaddy Hamid/ANTARA FOTO )

Kata albariyyah disebut dua kali di dalam Alquran. Di surat yang sama al-Bayyinah. Tersebut di ayat 6 dan 7. Syarrul bariyyah dan khairul bariyyah. Bermakna seburuk-buruk makhluk dan sebaik-baik makhluk.

Al-bariyyah berasal dari kata bara’a, yang berarti mencipta. Dengan demikian kata tersebut menjadi albariiah, yang bermakna makhluk yang diciptakan Allah. Namun adapula yang berpendapat kata al-bariyyah diambil dari al-bara, yaitu tanah. Kemudian kata tersebut menjadi al-bariyyah, yang dimaksud adalah manusia karena manusia diciptakan dari tanah. Begitu dijelaskan Muhammad Quraish Shihab dalam tafsir Misbah volume 15.

Sedangkan menurut ulama asal Suriah Wahbah Zuhaili dalam kitabnya Attafsir Almunir. Albariyyah adalah bani Adam. Karena kata tersebut merupakan pecahan kata dari barri yang berarti tanah liat, bukan dari segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah. Siapakah khairul bariyyah yang dimaksud?

Di dalam ayat ketujuh surah al-Bayyinah dalam terjemahannya tersebut. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, itulah mereka sebaik-baik makhluk (khairul bariyyah). Muhammad Quraish Shihab menjelaskan ayat tersebut; Sesungguhnya orang-orang yang beriman secara benar dan membuktikan kebenaran iman mereka dengan mengerjakan amal saleh, itulah yang sungguh tinggi dan jauh kedudukan mereka yang secara khusus adalah sebaik-baik makhluk.

Ulama asal Suriah Wahbah Zuhaili menjelaskan; Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Tuhan mereka, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya dan hari akhir serta beramal saleh dengan badan mereka, maka mereka adalah makhluk yang paling utama; baik kondisi dan tempat kembalinya.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Tidakkah kalian mau aku beritahu sebaik-baik makhluk (khairul bariyyah)? Para sahabat menjawab: Iya wahai Rasulullah. Rasul bersabda: Seseorang yang membawa kudanya untuk perang di jalan Allah. Setiap kali terdengar musuh datang maka dia langsung menungganginya. Maukah kalian aku beritahu lainnya? Para sahabat menjawab: Iya wahai Rasulullah. Rasul bersabda: Seseorang mempunyai banyak kambing dia menunaikan shalat dan zakat. Maukah kalian aku beritahu makhluk yang paling jelek(Syarrul bariyyah)? Para sahabat menjawab: Iya wahai Rasulullah. Rasul menjawab: Orang yang meminta karena Allah dan tidak memberi karena-Nya.

Manusia-manusia yang disebutkan pada bagian pertama. Mereka tidak punya kuda perang. Mereka juga sedang tidak berperang melawan musuh dalam bentuk manusia.

photo
Personil Dit Pol Air Polda Aceh bersama ibu Bhayangkari membagikan nasi bungkus kepada nelayan di Pelabuhan Perikanan Kutaraja, Banda Aceh, Aceh, Senin (20/4). Dit Pol Air Polda Aceh di daerah itu, selain membantu sembako untuk anak yatim juga membagikan sejumlah nasi bungkus untuk nelayan dan pekerja buruh pelabuhan yang terdampak pandemi COVID-19 - (ANTARA FOTO)

Yang mereka punya adalah harta yang dapat mereka sumbangkan untuk penanganan Covid-19. Mereka menggunakan tenaga dan pikiran berperang melawan virus. Mengobati yang sudah terpapar. Mencegah bagi mereka yang masih dalam keadaan sehat afiat. Waktu yang mereka miliki dimanfaatkan untuk penanganan Covid-19. Dan mereka tidak lupa dengan Tuhannya.Menjalankan ibadah sebagaimana yang telah disyariatkan.

Memperhatikan manusia-manusia yang beriman dan berbuat baik di saat wabah Covid 19, dapat disimpulkan bahwa mereka adalah khairul bariyyah.

Masih banyak orang-orang yang khairul bariyyah. Orang-orang beriman dengan sebenar-benar iman.Beriman kepada Allah. Beriman kepada malaikat Allah, kitab-kitab Allah, rasul-rasul Allah, hari kiamat dan qadha qadar.

Orang yang beriman ini kemudian beramal saleh. Berbuat baik pada dirinya, keluarganya dan masyarakatnya. Berbuat baik saat Covid-19 sangat sederhana. Taat dan patuh atas apa yang diarahkan pemerintah dan ulama. Karena ketaatan dan kepatuhan menjadi kunci keselamatan di tengah wabah ini.

Menyayangi diri sendiri juga menyayangi orang lain adalah keniscayaan. Sayangilah orang-orang yang berada di bumi, maka yang berada di langit yaitu malaikat pun akan menyayangi orang tersebut. Karena Allah Yang Maha Penyayang menyayangi orang-orang yang berkasih sayang. Tidak bertindak egois. Mementingkan diri sendiri tanpa peduli situasi dan kondisi. Ini berbahaya dan membahayakan.

Berupaya membantu sesama.Karena yang terdampak dari wabah ini tidak hanya mereka yang berstatus pasien. Baik Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Maupun Orang Dalam Pemantauan (ODP). Namun juga orang-orang yang kehilangan mata pencarian.Orang-orang yang terisolasi di rumah karena berstatus ODP. Bukankah Allah menolong hamba-Nya selagi hamba-Nya menolong sesamanya?

 

 

Masih banyak lagi upaya-upaya yang bisa dilakukan di saat wabah Covid-19. Merubah keadaan menjadi lebih baik sesuai dengan profesi masing-masing. Jika memiliki kekuasaan dan kewenangan, seperti aparatur pemerintah. Baik aparat tertinggi hingga terendah. Maka gunakan kekuasaan dan kewenangan tersebut untuk merubah keadaan bangsa menjadi lebih baik.

 

 
 

Hal ini juga dapat berlaku di masing-masing keluarga. Kepala keluarga dapat mengatur dan mendisiplinkan anggota keluarganya berdasarkan ketentuan-ketentuan dari pemerintah, tenaga medis dan ulama. Jika tidak memiliki kekuasaan dan kewenangan sebagaimana pemerintah.Maka bisa menggunakan lainnya sesuai dengan kemampuannya.Jurnalis bisa berjuang merubah keadaan dengan penanya yang tajam.

Guru berjuang dengan ilmunya mendidik dan mengajar murid-murid. Walau mendidik disini tidak terbentur dengan sebuah ruangan 8 kali 8. Mendidik dan mengajar pun tetap disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan.

Para pedagang dapat berjuang dengan hartanya. Yang dengan hartanya, maka orang-orang yang tidak kesulitan dalam mata pencarian, yang kesulitan dari memenuhi kebutuhan pokok berupa pangan dapat terbantukan.

Bahkan seandainya memang tidak memiliki apapun, maka berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa pun adalah perbuatan baik. Berdoa semoga wabah Covid-19 cepat berakhir.Dan umat manusia diberikan kesabaran dan ketabahan. Jangan meremehkan kekuatan doa, karena dia adalah senjata orang-orang beriman. Doa adalah otak dari sebuah rangkaian ibadah.

Namun apapun profesinya yang digunakan untuk membantu sesama, tetaplah berpedoman pada keselamatan diri pribadi. Dengan semangat gotong royong. Yadan bi yadin (tangan satu dengan lainnya). Semangat taawun alal birri wattaqwa, wabah Covid-19 dapat teratasi.

Firman Allah surat ke-13 Arra’d ayat 11yaitu; Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum (masyarakat/bangsa) sebelum mereka mengubah keadaan diri sendiri.

Diri sendiri di sini dalam ayatnya berbentuk plural yaitu anfus dari bentuk tunggal nafsun yang bermakna seorang atau seseorang. Maka anfus di sini bermakna orang-orang, dengan berbagai potensi yang dimiliki, yang saling membantu satu dan lainnya. Dengan kebersamaan inilah perubahan besar terwujud untuk melawan pandemi ini. ';