Ilustrasi Gaza dan Palestina | Republika/ Tahta Aidilla

Cahaya Ramadhan

Ramadhan, Belenggu Israel, dan Jalur Gaza

Semua kegiatan yang biasa dilaksanakan di bulan Ramadhan dihentikan.

Seperti di belahan dunia lainnya, Ramadhan tahun ini tidak cukup semarak di Gaza, Palestina. Hal ini karena adanya pembatasan aktivitas di luar rumah untuk mengurangi penyebaran virus korona.

Namun, bagi sebagian penduduk Palestina, penerapan lockdown ibarat perpanjangan dari pengepungan yang diberlakukan oleh Israel semenjak 2007.

Di wilayah ini, banyak orang yang tinggal di dalam rumah selama 52 hari berturut-turut pada 2014 untuk menyelamatkan diri dari pengeboman Israel. Kini, warga menahan diri di dalam rumah untuk mencegah infeksi virus korona.

Seorang warga Gaza, Ahmed Elqattawi (25 tahun), menyebut peristiwa yang terjadi di seluruh dunia ini memengaruhi semua orang secara psikologis. "Persiapan saya untuk Ramadhan tetap sama, tetapi tidak memiliki kegembiraan dan kesiapan mental," kata dia, dilansir di Anadolu Agency, baru-baru ini.

Menurut dia, semua kegiatan yang biasa dilaksanakan di bulan Ramadhan dihentikan. Ini termasuk shalat Tarawih berjamaah dan kunjungan kerabat untuk menghindari pencegahan infeksi virus. 

Selain memengaruhi sejumlah kegiatan yang biasa dia lakukan di bulan Ramadhan, pandemi Covid-19 turut berpengaruh pada penghasilannya. Pekerjaan Elqattawi bergantung pada kontrak kerja dan kerja lapangan.

Bulan suci Ramadhan 1441 Hijriyah membawa kembali kenangan ketika Israel meluncurkan Operation Protective Edge pada 2014. Kejadian itu menewaskan ratusan warga sipil di wilayah tersebut. 

Mohammed Abu Oun (31 tahun) kehilangan pamannya dalam agresi Israel. "Saya masih ingat dengan sangat jelas, itu adalah pagi yang paling menyedihkan yang pernah ada," kata Abu Oun.

Abu Oun menerima berita itu ketika dia menemani saudara perempuannya ke rumah sakit di Kota Nuseirat setelah sebuah roket menghantam rumahnya. Menurut dia, semangatnya menghadapi Ramadhan tahun ini berbeda dari biasanya. 

Meski begitu, istrinya, Asmaa, membuat balon berbentuk bulan sabit dan lentera agar anak-anak turut merasakan bulan suci. "Bagian dari ritual memang hilang, tetapi saya ingin anak-anak saya setidaknya merasakan sukacita," kata dia.

Di Pasar Al-Zawiya yang merupakan pasar tertua di sana, Om Ahmed (62 tahun) menjual acar. Biasanya, setiap Ramadhan, dia banyak mendapatkan pelanggan. Dia biasanya menerima sejumlah besar pengunjung setiap tahun terutama dua pekan sebelum awal bulan suci. "Tahun ini, pembeli langka dan saya hampir tidak menghasilkan uang," kata Om Ahmed. 

Dia menjadi tulang punggung untuk keluarganya. Saat Ramadhan, dia biasa mendapatkan keuntungan dari berjualan acar, bahan penting makanan iftar yang cukup penting di Palestina.

"Saya takut, saya tidak punya apa-apa tahun ini karena masjid dan organisasi amal ditutup," kata Om Ahmed.

Di sisi lain, di lingkungan al-Shujaiya di Gaza, Walid Al Hattab (57 tahun) telah menemukan hasrat yang dia miliki. Dia mengingat waktu pertama kali menemukan ide untuk membagikan makanan buatannya. 

"Saya duduk di sana melihat tetangga saya, baik miskin dan kaya dan saya memutuskan untuk memasak beberapa Gresha (gandum menir) dan membagikannya kepada siapa pun yang lewat," kata Hattab dilansir di the National.

Walid dengan jelas mengetahui bagaimana kondisi kehidupan yang mengerikan di daerah itu memengaruhi kehidupan sehari-hari penghuninya. Terlebih lagi, selama bulan suci Ramadhan. Inilah sebabnya dia memutuskan membiasakan memasak Gresha untuk keluarga miskin di lingkungannya. 

"Ini sangat sederhana dan saya bisa membuatnya dengan biaya rendah. Gresha pada dasarnya adalah gandum parut yang dimasak dengan daging domba dan beberapa rempah-rempah," kata dia.

Di tempat ini, kondisi ekonomi dan kemanusiaan memburuk bagi dua juta orang dalam beberapa tahun terakhir. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) untuk Pengungsi Palestina melaporkan bahwa hampir 1,3 juta di Gaza mengandalkan bantuan makanan dan sekarang menjadi sasaran dari pandemi korona.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.