Jamaah menunaikan ibadah tarawih pertama Ramadhan 1441 Hijriyah di Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, Kamis (23/4). | Wihdan Hidayat/Republika

Cahaya Ramadhan

Shaum Ramadhan Memupuk Kesalehan Sosial

Ramadhan menjadi kesempatan untuk meningkatkan empati.

 

 

 

Rasulullah mengajarkan umatnya hidup sederhana dan tidak berlebihan. Di bulan Ramadhan pun Nabi Muhammad SAW menjalani hidup yang sederhana, tetapi menjadi lebih dermawan.

Wakil Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Agus Abdul Ghofur menyampaikan, sebetulnya substansi dari puasa adalah melatih seorang Muslim untuk mengendalikan hawa nafsunya. Contoh, pada hari-hari biasa orang ingin memakan berbagai macam makanan, itu boleh saja dilakukan, tapi kadang-kadang menjadi berlebihan. Maka, di bulan puasa diajarkan untuk mengendalikan dan membatasi keinginan atau hawa nafsu. 

"Jadi puasa ala Rasulullah itu waktu berbuka puasa jangan berlebihan. Kalau waktu buka puasa berlebihan maka kurang dapat pesan moral dari puasa itu sendiri," kata Kiai Agus kepada Republika, Selasa (21/4). 

Ia menerangkan, Rasulullah SAW tetap hidup sederhana di bulan Ramadhan. Nabi juga mengajarkan keseimbangan dan kesederhanaan. Rasulullah pernah mengatakan, makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah dengan tidak berlebih-lebihan serta tidak diiringi dengan kesombongan.

Hal yang disampaikan Rasulullah itu adalah pola hidup sehari-hari manusia. Tapi, Rasulullah menuntunnya ke jalan kesederhanaan dan tidak berlebihan serta tidak ada niat sombong. 

Ia mencontohkan, kadang orang makan di kafe bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tapi, ada keinginan untuk menunjukkan status sosialnya.

“Maka hal yang seperti ini bisa dikendalikan di momen Ramadhan,” katanya. 

Pimpinan Ponpes Madinatunnajah, Tangerang Selatan, ini menjelaskan, ‘Aisyah menyaksikan Rasulullah di bulan Ramadhan. Menurutnya, Nabi bertambah dermawan. 

photo
 

"Artinya, kita (diajarkan untuk) mampu merasakan penderitaan orang lain melalui simbol lapar dan haus saat berpuasa, maka kita berbagi kepada orang lain. Jadi, kita bisa merasakan ternyata rasa lapar dan haus ini rasanya begini," ujarnya.

 

Menurut Kiai Agus, menahan haus dan lapar saat berpuasa bisa untuk mengasah simpati dan empati terhadap sesama. Apalagi, sekarang dunia dalam kondisi yang memprihatinkan karena ada wabah virus korona (Covid-19). Maka, Ramadhan tahun ini adalah momen untuk lebih dermawan kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan.

 
Orang yang dermawan, menurutnya, adalah orang yang mampu mengalahkan sifat egois dalam diri. Sekarang, ada orang yang ketakutan dalam kondisi tidak pasti ini sehingga mereka menumpuk barang dan harta untuk menghadapi ketidakpastian.

"Memang mempersiapkan diri hal yang baik, tapi ketakutan berlebihan memunculkan sifat egois dan rakus, ini hal yang bertentangan dengan nilai ajaran agama Islam," jelas dia.

Ketua Umum Rabithah Alawiyah, Habib Zen bin Umar Smith, juga sependapat bahwa Ramadhan bukan bulan untuk berpesta dan bermewah-mewahan dalam mengonsumsi makanan. 

"Rasulullah menjalani Ramadhan dengan kesederhanaan yang luar biasa, kadang-kadang beliau berbuka puasa hanya dengan sebiji kurma dan air putih," kata dia.

 Ia menyampaikan, umat Islam diminta untuk melakukan hal yang sama seperti Nabi, walau tidak sepenuhnya sama. Minimal, kesederhanaan umat Islam dalam berbuka puasa menonjol pada Ramadhan ini.

"Selama ini, mungkin banyak yang lupa sehingga berlebihan dalam mengonsumsi makanan. Maka, Ramadhan kali ini mari menjalankan ibadah puasa ala Rasulullah dengan kesederhanaan," ujar pucuk pimpinan organisasi Islam yang mewadahi para habib se-Indonesia ini.

Habib Zen mengatakan, di zaman Rasulullah, banyak umat Islam melaksanakan qiyamul lail di rumah, sekarang umat Islam kembali kepada kebiasaan tersebut. Syiar yang biasanya ke luar, sekarang syiar di dalam rumah masing-masing. 

"Saya yakin bahwa pada saat kita beribadah di rumah masing-masing, di atas selalu terlihat kerlap-kerlip atau sinar-sinar di setiap rumah yang (penghuninya) melakukan tadabur Alquran, membaca Alquran, Tarawih bersama keluarga,” katanya.

Ia juga menanggapi kondisi masjid yang kosong di tengah pandemi Covid-19. Menurut dia, masjid bisa digunakan sebagai pusat pelaksanaan kegiatan sosial atau menyalurkan bantuan. Jadi, kegiatan ibadah dilakukan di rumah, tapi kegiatan sosial dan koordinasi serta yang lainnya dilakukan di masjid. 

"Jadi, di rumah tetap ada ibadah dan di masjid tetap ada ibadah, tapi ubudiahnya berbeda-beda.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.