Tenaga Medis beraktivitas di Wisma Atlet Kemayoran yang difungsikan sebagai rumah sakit darurat di Jakarta, Selasa (14/4). | Republika/Putra M. Akbar

Kabar Utama

Mereka yang Terpanggil Melawan Pandemi

Saat ini terdapat sebanyak 23.472 orang yang terdaftar sebagai relawan Covid-19.

Oleh RR LAENY SULISTYAWATI, PUTI ALMAS

Angka yang terus dimunculkan setiap harinya dan digaungkan rupa-rupa media membuat risau Ika Dewi Maharani. Seperti banyak warga Indonesia, ia melihat penularan Covid-19 terus meningkat hari demi hari.

Terutama, di zona merah seperti DKI Jakarta. “Saya lihat angka penularan di Jakarta ini tinggi sekali,” kata Ika dalam rekaman video yang dilansir Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (16/4). Ika tak bisa tinggal diam. Meski berkuliah di Surabaya dan aslinya dari Maluku Utara, Ika terpanggil. Difasilitasi Rumah Sakit Universitas Indonesia, ia kemudian mendaftar sebagai relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan ditempatkan di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet.

Uniknya, bukan keahliannya merawat pasien yang kemudian digunakan. Sehubungan punya keahlian mengemudi, untuk pertama kali dalam hidupnya Ika harus mengemudikan ambulans. Ia mengisi kekurangan petugas ambulans untuk menjemput para pasien orang dalam pemantauan (ODP) hingga pasien dalam pengawasan (PDP).

"Dengan keahlian yang saya miliki, saya bisa menyetir. Saya pada dasarnya perawat, jadi pas saya sesuai dengan panggilan hati, dengan kemampuan yang saya punya, saya harus melayani," ujar Ika.

Tergabung dalam asosiasi profesi perawat Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (Hipgabi), menangani pasien di rumah sakit menjadi hal biasa bagi Ika. Namun, mengantarkan pasien ke rumah sakit menjadi persoalan lain. "Untuk ambulans, baru pertama kali di dalam hidup saya, tapi ternyata di ambulans tidak semudah yang kita bayangin," kata Ika.

photo
Ika Dewi Maharani - (tangkapanlayar)

Meski telah membunyikan sirine, ia mengakui sering kali orang-orang di sekitar tidak peka memberikan jalan untuknya yang tengah mengangkut pasien. Beruntung ada orang dengan kesadaran memberikan jalan, jadi ia tetap dapat dengan cepat membawa pasien ke tempat yang dirujuk.

Mengemban tugas untuk mengantarkan PDP atau pasien positif Covid-19 membuat Ika berisiko besar terinfeksi virus korona. Dalam menjalankan tugasnya itu, dia menegaskan, keamanan adalah kunci utama. 

Menggunakan alat pelindung diri (APD) menjadi wajib bagi Ika sebelum berangkat bertugas. Tidak hanya agar dirinya aman, tetapi juga agar para pasien tetap aman. 

Meski telah mengenakan APD, sebagai manusia biasa, Ika mengaku perasaan takut ada dalam dirinya. "Rasa takut ada pasti, cuma ini harus kita lihat lagi, ini adalah tugas bagi kita sebagai relawan medis, kita harus menangani pasien dari awal sampai akhir pasien itu kita harus tangani," ujar dia.

Untuk menjaga imunitas tubuh sebagai cara untuk melawan virus korona, di tengah shift 12 jam yang dia jalani, Ika selalu menyempatkan diri untuk makan teratur dan istirahat yang cukup.

"Shift pagi dari jam 07.00 sampai jam 19.00 malam, itu pertama harus makan dulu. Selesai absen, kita makan. Ada panggilan untuk kita rujuk, setelah itu selesai, baru kita makan. Yang penting makan harus sehari tiga kali, multivitamin, dan susu," kata dia.

Ia berharap dengan mengabdikan diri sebagai relawan maka penanggulangannya wabah ini semakin cepat. Akhirnya, harapan pandemi virus ini cepat berakhir bisa diwujudkan.

Sementara itu, ratusan relawan di Jakarta telah menyatakan kesediaannya menjadi “teman ngobrol” bagi para pasien dengan kasus Covid-19 yang sedang menjalani masa karantina di rumah sakit ataupun mandiri di rumah. "Kami membuka pendaftaran pada tanggal 14 hingga 16 April 2020, sampai saat ini sudah ada hampir 150 relawan yang mendaftar," kata Ketua Relawan Jakarta Maju Bersama, Usamah Abdul Aziz, di Jakarta, Kamis.

Relawan terpilih akan dikumpulkan dalam grup perbincangan pada aplikasi khusus yang memungkinkan mereka saling berdialog secara tulis maupun panggilan video. Pada grup tersebut akan diberikan pengarahan dan materi pendampingan terhadap pasien dalan pengawasan (PDP), orang dalam pemantauan (ODP), maupun pasien. "Kami berkerja sama dengan seorang dosen psikologi yang sudah membuatkan modul untuk dijadikan bahan beraktivitas," katanya.

photo
Tim medis bersiap menaiki mobil ambulans di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (16/4/2020). - (ABRIAWAN ABHE/ANTARA FOTO)

Relawan Jakarta Maju Bersama juga sudah bekerja sama dengan beberapa dokter yang siap membantu memberikan saran dan arahan bila ada pertanyaan dan keluhan yang disampaikan ODP maupun PDP kepada relawan. "Setelah itu, relawan akan diberi nomor telepon ODP atau PDP, satu relawan untuk satu ODP atau PDP," katanya.

Nantinya relawan akan secara rutin menyapa dan mengawasi ODP dan PDP. "Kita akan pantau dan jaga semangatnya ODP ataupun PDP," katanya. Usamah mengatakan, kegiatan itu tecetus karena banyaknya ODP maupun PDP yang mengalami stres akibat status Covid-19 yang disandang.

 "Seolah merasa kematian di depan mata, dan faktanya stres bisa berdampak pada turunnya imunitas dalam tubuh, hal ini harus dihentikan, saudara kita ini harus diberikan pendampingan secara rutin, diberikan informasi yang tepat, dihibur dan dikuatkan mental nya agar kondisinya bisa lebih baik," katanya.

Saat ditanya terkait jumlah ODP maupun PDP yang kini mengajukan permintaan pendampingan dari relawan “teman ngobrol”, Usamah mengatakan, jumlahnya masih sedikit. "Masih sedikit untuk ODP dan PDP-nya, tapi kami masih terus mencari," katanya.

Pihaknya berharap kegiatan ini bisa menurunkan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit akibat kondisi kesehatan tubuh yang semakin memburuk. "Nantinya saya harap akan meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan. Kami yakin di Indonesia banyak sekali orang baik yang akan bersedia membantu menjadi relawan untuk mendampingi saudara sebangsanya," katanya.

Koordinator Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Andre Rahadian menyebutkan, masyarakat banyak yang mendaftar menjadi relawan untuk menangani virus korona SARS-CoV-2. Gotong royong menjadi motivasi mereka bergabung menjadi tenaga sukarela menangani virus korona.

"Dari pembicaraan yang kami gali, para relawan mengatakan kalau ini tantangan yang harus dihadapi bersama. Covid-19 ini bisa menjangkiti semua orang sehingga muncul rasa persatuan dan ingin menolong yang sangat besar," ujarnya melalui konferensi video yang difasilitasi BNPB, Kamis (16/4).

Andre mengatakan, saat ini terdapat sebanyak 23.472 orang yang terdaftar sebagai relawan, tercatat dalam hasil rekapitulasi data hingga Kamis (16/4). Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.401 di antaranya merupakan relawan medis, sementara 19.071 orang lainnya berasal dari kalangan non-medis. 

“Relawan tersebar dari Provinsi Aceh hingga Papua. Jumlah paling besar dari Jawa Barat, yaitu sekitar 5.900 orang,” ujar Andre dalam keterangan yang disiarkan Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha BNPB di Jakarta, Kamis (16/4). 

Meski banyak yang mendaftar, menurut Andre, keperluan untuk para relawan medis masih dinanti seiring meningkatnya kebutuhan dari rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat terus masuk. Meski telah bekerja sama dengan banyak organisasi, seperti Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Andre juga mengajak relawan untuk mendaftar melalui Gugus Tugas maupun desk relawan di BNPB.

 "Jadi, di Gugus Tugas ini, kita punya desk relawan sendiri yang menerima pendaftaran, dan saya rasa karena ini bentuknya adalah untuk bersama-sama semua pihak, makin banyak relawan dengan bisa semakin banyak wilayah yang masuk semakin baik," ujar Andre.

Andre mengatakan, pelatihan untuk relawan non-medis yang berjumlah 80 persen dari total jumlah relawan Covid-19 telah dilakukan. “Mereka melihat ini adalah tantangan yang harus kita hadapi bersama. Virus ini bisa menjangkiti semua orang, sehingga rasa persatuan dan kesatuan ingin menolong sangat besar," kata Andre. n 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat