Internasional
Gencatan Senjata Gaza di Ujung Tanduk
Israel kembali serang Gaza dan bunuh puluhan orang.
GAZA – Gencatan senjata Israel-Hamas yang diumumkan pada Oktober lalu di ujung tanduk. Pada Rabu, Israel kembali membombardir Jalur Gaza, menewaskan puluhan warga Gaza termasuk perempuan dan anak-anak.
Koresponden WAFA mengatakan bahwa serangan pesawat tak berawak Israel yang menargetkan rumah keluarga al-Banna di lingkungan al-Sabra, selatan Kota Gaza, mengakibatkan terbunuhnya empat orang dan melukai sembilan lainnya, termasuk seorang anak dan bayi. Beberapa lainnya hilang di bawah reruntuhan
Dalam insiden terpisah, seorang warga syahid dan lainnya terluka ketika tentara Israel mengebom tenda tempat berlindung para pengungsi di selatan kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah. Lima orang juga syahid ketika tentara Israel mengebom sebuah kendaraan di sebuah jalan di Khan Yunis, selatan Jalur Gaza.
WAFA menambahkan bahwa serangan udara Israel menargetkan kamp pengungsi al-Shati dan sekitar Jalan Abu Hasira, sebelah barat Kota Gaza, selain serangan udara yang menargetkan lingkungan al-Zeitoun, sebelah timur kota tersebut. Artileri Israel juga menembaki bagian timur Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah.
Sumber-sumber medis di Gaza mengatakan jumlah korban meninggal mencapai puluhan jiwa. Aljazirah menyampaikan jumlahnya mencapai 21 orang, sementara sumber Republika memerkirakan bahwa setidaknya 37 warga Palestina syahid dan sekitar puluhan lainnya terluka akibat serangan udara Israel di wilayah yang dilanda perang tersebut. Ini jumlah kematian terbanyak dalam sehari setelah gencatan senjata diumumkan Oktober lalu.
Sayap militer Hamas telah mengumumkan bahwa mereka akan menunda penyerahan jenazah tawanan Israel yang ditemukan hari ini “karena pelanggaran” oleh Israel. Dalam sebuah pernyataan, Brigade Qassam menekankan bahwa setiap eskalasi Israel “akan menghambat operasi pencarian, penggalian, dan pengambilan jenazah, yang akan menyebabkan tertundanya pencarian jenazah” para tawanan yang tewas.
Hamas menuduh Perdana Menteri Israel Netanyahu mencari-cari alasan untuk menarik diri dari kewajiban Israel berdasarkan perjanjian yang ditengahi AS. Berdasarkan ketentuan gencatan senjata, Hamas membebaskan semua sandera yang masih hidup dengan imbalan hampir 2.000 narapidana Palestina dan tahanan masa perang, sementara Israel menarik kembali pasukannya dan menghentikan serangannya. Israel terus hanya mengizinkan sedikit bantuan yang sangat dibutuhkan ke Gaza yang dilanda perang.
Setidaknya 94 warga Palestina telah syahid sejak dimulainya gencatan senjata dengan Israel pada 10 Oktober. Pasukan Israel mengatakan mereka melewati “garis kuning” yang menggambarkan zona kendali Israel di Gaza.
Namun pada beberapa hari pertama gencatan senjata, warga Palestina di sini bahkan tidak mengetahui di mana letak garis tersebut – di mana garis tersebut dimulai dan di mana berakhir. Pasukan Israel memasang beberapa tanda “bahaya” berwarna kuning di beberapa area tetapi tidak secara keseluruhan.
Sekitar 10 hari yang lalu, keluarga Abu Shaaban yang terdiri dari 11 warga Palestina syahid dalam serangan Israel di Kota Gaza – di antara mereka adalah anak-anak dan perempuan yang kembali ke rumah mereka. Ada seorang jurnalis yang terbunuh selama gencatan senjata, dan serangan mematikan Israel kini terus berlanjut.
Serangan terbaru Israel, bermula dari laporan adanya baku tembak di Rafah di Gaza selatan dekat perbatasan dengan Mesir. Baku tembak itu disebut melibatkan tentara Israel dan pejuang dari Jalur Gaza. Tak lama kemudian, penembakan artileri dimulai dan ledakan terdengar di Rafah dan bagian timur kota Khan Younis.
Perdana Menteri Israel Netanyahu mengatakan dia telah menginstruksikan militer untuk segera melakukan serangan kuat di Gaza. Pemerintah Israel mengatakan ini adalah respons terhadap apa yang mereka sebut sebagai pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan Hamas dengan tidak menyerahkan jenazah 13 tawanan lainnya yang masih berada di Gaza.
Sementara, Hamas menuduh Israel menghalangi upaya untuk menemukan jenazah tawanan Israel, dengan mengatakan bahwa Israel memblokir alat berat untuk memasuki Gaza dan mencegah tim pencari – termasuk personel Palang Merah – mengakses area-area penting. Dalam sebuah pernyataan, Hamas menolak tuduhan Israel bahwa mereka “lambat” dalam melepaskan jenazah para tawanan dan menyebutnya sebagai upaya “tidak berdasar” “untuk menyesatkan opini publik”.
Kelompok tersebut juga menuduh Israel mencoba “membuat dalih palsu sebagai awal untuk mengambil langkah agresif baru terhadap rakyat kami yang merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata”. “Mengingat hal ini, kami menyerukan kepada para mediator dan pihak penjamin untuk memikul tanggung jawab mereka dalam menghadapi hambatan serius ini,” kata Hamas.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada Aljazirah bahwa gencatan senjata masih berlaku meskipun Israel mengancam akan menyerang Gaza setelah menuduh pelanggaran gencatan senjata. Rencana perdamaian Presiden Trump menghadapi banyak tantangan, namun pemerintah yakin rencana tersebut akan tetap membuahkan hasil, kata pejabat tersebut.
“Perjanjian gencatan senjata masih berlaku di Gaza, dan kami terus berupaya menerapkan rencana perdamaian Presiden Trump,” kata pejabat AS yang tidak ingin disebutkan namanya. “Transisi menuju perdamaian permanen di Gaza adalah tugas yang sulit setelah dua tahun konflik di Jalur Gaza.”
Watch | One of the Israeli airstrikes on Gaza City hit the Ministry of Finance building in Tal al-Hawa neighborhood moments ago. https://t.co/Gq4Oy6Eayp pic.twitter.com/uyCMFPiNKr — Quds News Network (QudsNen) October 29, 2025
Agresi Israel di Timur Tengah belum berhenti meski perjanjian gencatan senjata sudah diumumkan hampir sebulan lalu. Tak hanya di Gaza, Israel juga menyerang Tepi Barat dan Lebanon.
Pakta tersebut, yang ditetapkan pada 10 Oktober, telah mengurangi tekanan terhadap warga Palestina di Gaza, meskipun serangan Israel di sana terus berlanjut. Dan di wilayah lain, Israel masih melakukan serangan dari berbagai arah.
Aljazirah melaporkan, Lebanon, Suriah dan Tepi Barat telah menyaksikan serangan-serangan Israel pada minggu lalu, hal ini memberikan kepercayaan pada gagasan bahwa Israel sedang berusaha membuat negara-negara tetangganya tidak stabil dan lemah.
Para pejabat Amerika Serikat mengunjungi Israel minggu ini, namun pendukung terbesar Tel Aviv tampaknya tidak menunjukkan kesiapannya untuk meminta pertanggungjawaban negara tersebut atas permusuhan regionalnya, dan memusatkan perhatiannya pada Gaza.
Militer Israel telah membunuh lebih dari 1.000 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023 di Tepi Barat saja dan telah mengintensifkan upayanya untuk mencaplok wilayah pendudukan tersebut. Untuk pekan kedua berturut-turut, tentara dan pemukim Israel mengganggu dan menangkap warga Palestina yang mencoba memanen buah zaitun mereka.
Salah satu warga Palestina yang baru-baru ini ditahan oleh Israel telah dibebaskan selama gencatan senjata yang berlangsung singkat pada bulan Januari dalam pertukaran tahanan, kemudian ditangkap kembali, menurut kantor berita WAFA.
Kekerasan di lapangan juga disertai dengan retorika dari para pejabat Israel, termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang mendesak para pendukungnya untuk menekan Presiden AS Donald Trump agar mendukung aneksasi Tepi Barat.
Dia juga mengatakan bahwa Israel harus mendeklarasikan “kedaulatan” atas Tepi Barat yang diduduki, dengan mengatakan bahwa hal ini akan menghalangi “gagasan berbahaya tentang negara Palestina”.
Militer Israel sangat aktif di Suriah dalam beberapa hari terakhir, dengan media lokal melaporkan serangan hampir setiap hari ke wilayah Suriah di sepanjang perbatasan selatan.
Desember lalu, ketika rezim Presiden terguling Bashar al-Assad jatuh, Israel merambah wilayah Suriah dan menyerang infrastruktur militernya di seluruh negeri.
Israel terus melanjutkan serangannya, meskipun pemerintahan baru Suriah belum membalas agresi Israel.
Serangan tersebut termasuk pengintaian, infiltrasi darat oleh tentara Israel, penangkapan dan penghilangan warga Suriah, dan pendirian pos pemeriksaan di wilayah Suriah, menurut media Suriah.
Agresi terbaru Israel terjadi pada Minggu pagi di desa al-Razaniyah dan Sayda al-Hanout, di pedesaan Quneitra, menurut laporan media pemerintah Suriah, SANA.
"Satu unit pasukan Israel, yang terdiri dari empat kendaraan militer, mendirikan pos pemeriksaan di antara kedua desa tersebut. Selama operasi tersebut, pasukan tersebut menahan seorang distributor roti lokal yang melayani desa-desa sekitar dekat Sayda, sebelum melepaskannya dan menarik diri dari daerah tersebut," kata seorang reporter SANA.
Banyak desa di Quneitra, Suriah selatan, telah menjadi sasaran serangan Israel dalam beberapa pekan terakhir, menurut media Suriah Enab Baladi.
Pada sidang Dewan Keamanan PBB pada tanggal 24 Oktober, Perwakilan Suriah untuk PBB Ibrahim Olabi mengatakan Israel harus menahan diri untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri Suriah dan harus menghentikan serangannya ke wilayah Suriah.
Dia juga mengutuk pendudukan Israel yang terus berlanjut di wilayah Suriah, termasuk Dataran Tinggi Golan.
Olabi mengatakan praktik “agresif” Israel melanggar Perjanjian Pelepasan 1974 antara Suriah dan Israel. Israel sebelumnya mengatakan perjanjian tahun 1974 tidak berlaku lagi sejak jatuhnya Assad.
Di Lebanon, Israel terus melakukan pelanggaran rutin terhadap gencatan senjata dengan Hizbullah. Wilayah selatan telah menjadi sasaran pemboman besar-besaran oleh Israel dalam beberapa hari terakhir.
Pada hari Senin, pasukan penjaga perdamaian PBB UNIFIL menembak sebuah drone Israel dari langit setelah mereka mengklaim bahwa drone tersebut menjatuhkan granat di dekat sebuah patroli. UNIFIL mengatakan sebuah tank Israel kemudian menembaki pasukan penjaga perdamaian, tanpa menimbulkan korban jiwa. Serangan terhadap UNIFIL oleh Israel bukanlah hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sebelumnya, pada Ahad Israel membunuh dua orang, satu di Nabi Chit, Baalbek, dan satu lagi di Naqoura, Lebanon selatan. Perang Israel terhadap Lebanon berakhir pada 27 November 2024, ketika gencatan senjata ditandatangani antara pemerintah Lebanon dan Israel.
Namun militer Israel tidak sepenuhnya menarik pasukannya dari Lebanon dan terus membombardir negara tersebut hampir setiap hari.
Serangan baru-baru ini telah menghancurkan peralatan rekonstruksi dan membunuh warga sipil, dan media Israel mengklaim serangan ini bertujuan untuk menghalangi Hizbullah membangun kembali wilayah selatan.
Wakil Presiden AS JD Vance mengatakan dalam kunjungannya ke Israel pekan lalu bahwa gencatan senjata yang disepakati pada 10 Oktober antara Hamas dan Israel berjalan “lebih baik dari yang diharapkan”.
Namun, Israel terus melancarkan serangan di Gaza dan membunuh orang, sehingga definisi yang diharapkan oleh pemerintah AS menjadi kabur.
Di luar serangan yang terus berlanjut, Israel juga merusak perjanjian gencatan senjata dengan menyusup lebih jauh ke Gaza, melampaui “garis kuning” yang tidak terlihat yang seharusnya menjadi tujuan penarikan diri, seperti dilansir BBC.
Meskipun serangan Israel lebih jarang terjadi dibandingkan sebelum gencatan senjata, penderitaan warga Palestina di tangan Israel masih terus berlanjut di Gaza. Selain terus menghambat pasokan bantuan yang masuk ke Gaza, Israel terus meningkatkan jumlah korban tewas.
Serangan ini menewaskan seorang warga Palestina dan melukai empat lainnya dalam serangan pesawat tak berawak pada Sabtu malam di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza, menurut pernyataan Rumah Sakit al-Awda. Hampir 100 warga Palestina telah terbunuh sejak gencatan senjata diberlakukan.
Sementara itu, Israel juga memblokir orang sakit untuk keluar melalui perbatasan Rafah.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
