
Sastra
Awan Mendung di Sela Rindu yang Menghujam
Puisi Muhammad Aqil Siroj Jazuli
Oleh MUHAMMAD AQIL SIROJ JAZULI
Awan Mendung di Sela Rindu yang Menghujam
Terkadang masih menimbulkan pertanyaan,
apakah aku benar-benar mencintainya?
Apakah dia juga benar-benar mencintaiku?
Rasanya tak pantas jika rindu ini disampaikan kepada orang yang bukan pemiliknya atau disampaikan kepada orang yang merasa bukan sebagai pemiliknya
Apakah aku tidak yakin dengan diriku sendiri akan perasaan ini?
Apakah dengan mempertanyakan keyakinan ini, menjadi tanda akan keraguan?
Ku harap dia mengerti
Seperti halnya mendung sebagai tanda akan turun hujan
Seperti rindu yang telah lama tak pernah dipertemukan
Dalam menjalin kasih, akan terciptalah kisah
Di dalam setiap kisah akan senantiasa ada luka, duka, dan resah
Tapi di dalam setiap kisah juga akan ada suka, tawa, dan bahagia
Begitukah arti sebuah cinta?
Apakah cinta adalah perasaan saling mepertahankan dan saling tak ingin melepaskan?
Ku harap kita sama-sama saling mengerti dan memahami.
Ku harap kita dipertemukan di atas mimbar suci untuk mencari keabsahan sejati.
Ku harap hadirku menyudahi pelikmu dan mewarnai sukamu.
Di antara permata pada obrolan manis di atas meja
2024
***
Hadirnya Petaka
Memang manusia tempatnya salah, dusta, dan nestapa
Manusia hadir dengan kesempurnaannya
Apa yang dialaminya menjadi refleksi
Berharap bisa menuju ke arah yang lebih baik, atau malah harapan itu terpatahkan menuju ke arah sebaliknya
Semua terjadi begitu saja
Kita tidak akan pernah menduga apa yang akan terjadi selanjutnya
Kita hanya bisa berpasrah dan berdoa kepada-Nya
Menata ulang dan menetapkan strategi dengan bijaksana
Mengapa kita senantiasa dicap sebagai seorang yang luar biasa
Meskipun kita tahu kalau kita bukanlah apa-apa
Menatap diri yang lain di luar sana, terkadang menguras energi dan mematahkan asa
Apa yang sebenarnya terjadi?
Tidak mensyukuri nikmat diri yang telah diberikan oleh sang Ilahi
2024
***
Dalam Angan
Ia mulai menyadari bahwa hidup tak akan pernah berhenti
Ia juga memahami bahwa hidup adalah tentang untuk menjadi berarti
Dalam angan, ia kembali bermimpi untuk kembali
Menuju elegi yang telah lama ia tinggal pergi
Bagaimana mungkin, ia tidak menemukannya kembali di tengah sunyi, di tengah sepi
Dalam khayal, ia termangu menatap sungai tak tahu ujunngnya
Meratapi tipuan senja yang indah
Menjadi terlena
Dalam angan, ia merasakan desir pasir yang membelai di antara rambut-rambut halus nanti anggun
Menatap senja, menatap luka, menebas fana
Ia pun berharap, tak ada lagi yang menjadi rintang
Di antara rindu, di antara sendu yang mengguncang
2025
***
Haribaan
Apa yang sebenarnya hendak kita cari dari pergolakan fana di dunia ini?
Semua terasa cemas
Segala tuntutan akan sempurna begitu terasa hingga membuatku terhempas
Menuju angan yang sulit untuk terlepas
Sulit menentukan arah
Tak jelas bagaimana cara untuk melangkah
Menjadi getir pahit nan perih
Memintal kefanaan makna yang tak pasti
Andai waktu dapat diputar untuk berevaluasi
Tak ada pilihan lain untuk terus pergi
Berhenti adalah pilihan yang tak patut untuk diulangi
Pulang sejenak mengurai letih
Mensucikan ragu yang tak tertolong lagi
2025
***
Muhammad Aqil Siroj Jazuli. Biasa disapa dengan Aqil. Remaja beranjak dewasa kelahiran 2004 ini kini mulai tinggal jauh di luar kota asalnya, Mojokerto. Merasakan geliat rasa bangku perkuliahan Ilmu Kedokteran di Surabaya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.