Puisi Surat untuk Diriku | Daan Yahya/Republika

Sastra

Surat Cinta Untuk Diriku

Puisi Rofiatul Adawiyah

Oleh ROFIATUL ADAWIYAH

Surat Cinta Untuk Diriku

 

Diriku yang kucintai,

Kata-kata tidak lahir dari kesunyian. Manusia memungutnya dari interaksi sehari-hari. Ia jembatan bagi hati yang terasing. Juga segala sesuatu yang ditawarkan dunia. Jangan banyak mengurung agar tak banyak pula singgah sepinya.

 

Diriku yang kucintai,

Temui kata-kata di meja-meja perjamuan, di segala pertemuan, juga perkumpulan-perkumpulan. Sekalipun tak ada hidangan baik sepanjang hari. Sesekali nikmati saja sela perihnya. Derita sudah dibagi rata dan seadil-adilnya. Tumbuhlah lebih baik dari waktu ke waktu. Cerdas tidak menggurui, tajam tidak melukai.

 

Diriku yang kucintai, 

Barangkali pecahan masa lalu benar melukaimu. Bukankah setiap luka tanda keberanian, ketahanan. Biarkan kata-katamu menari-nari. Mulai saja dari yang sedikit. Yang sedikit banyak-banyak dicintai. Biar ia tumbuh, subur, mekar, dan suatu hari tidak sedikit lagi. Seperti air yang tak terikat; mengalir bebas, membawa serpihan rasa, mengisi cekungan hati, memecah kebisuan, mencari maknanya setiap detik hingga terucap semua harapan.

 

Diriku yang kucintai,

Aku akan menemanimu di tengah pesta. Pun dalam kesunyian yang kau pendam sendirian. Mendengar suara-suara dalam dirimu. Setiap detak jantung dan nyala api dalam jiwamu. Meneguhkanmu dalam zona akumulasi keberanian. Tempat harapan dan mimpi bersatu. Tempat hati-hati tergerak. Melawan bayang, melawan sunyi, menembus batas yang tak terduga demi versi terbaikmu.

 

***

 

Tuhan Bukan Jauh

 

Yang sering terjadi adalah kita lalai. Kita lalai memaknai kehilangan sebagai anugerah rasa. Kita lalai memandang dunia yang penuh tipu daya. Kita lalai merawat sujud dan doa yang memeluk dalam belantara. Kita lalai bertanya; apakah akhirat menanti dengan bahagia?

 

Yang sering terjadi adalah kita mahir.  Kita mahir membiarkan tubuh terkurung dalam rasa. Kita mahir menyulam harapan di atas luka. Kita mahir menggenggam dunia dan terjebak dalam kisah dusta. Kita mahir mempercayai bayang dan kehilangan cahaya.

 

Yang sering terjadi adalah kita serakah.  Kita serakah atas pertemuan, perjamuan, perkumpulan. Kita serakah atas kebaikan yang tak berpaling. Kita serakah atas air yang mengalir dan angin yang berbisik. Kita serakah atas semua yang berbicara dalam bahasa cinta.

 

Yang sering terjadi adalah kita penakut.  Kita takut pada jalan yang panjang dan penuh liku. Kita takut pada angin, hujan, dan ombak yang datang. Kita takut menyelami arti hidup yang benar. Kita takut memecahkan keinginan yang mengikat. Kita takut terbunuh dalam gemerlap dunia.

 

Yang sering terjadi adalah kita berani.  Kita berani mengikuti zaman yang haus akan makna. Kita berani meninggalkan arah dan tujuan yang hakiki. Kita berani memburu waktu yang memberikan kesenangan dan keuntungan semata. Kita berani meminta bukti kebesaran dan kesempurnaan-Nya, tanpa mengimani-Nya.

 

***

 

Dalam Suara, Dalam Doa

 

Aku telah berbesar hati,

memikul bagian-bagian yang tidak pernah kau tanyakan.

Aku tidak lagi menyuarakan luka,

meski tidak mudah menutupi tubuh yang menantikan pertolongan.

Aku akan terus hidup,

saat luka itu menyebar ke segala situasi sekalipun.

Aku ingin berkelana dengan pikiran terbuka,

sebab lelah telah menjadi bahasa sehari-hari; dalam suara, dalam doa.

 

Rofiatul Adawiyah. Seorang anak perempuan yang terlahir dari kecil di Situbondo, 18 Agustus 1998. Pemilik blog Jalanpikiran (@rrofiatul.blogspot.com). Ia bisa dihubungi di Instagram: @rftladwyh18

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat